Jenderal AS Sebut Perang 20 Tahun di Afghanistan Kegagalan Strategis

Rabu, 29 September 2021 - 18:09 WIB
loading...
Jenderal AS Sebut Perang...
Jenderal AS sebut perang 20 tahun Afghanistan kegagalan strategis. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
WASHINGTON - Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley menyebut perang 20 tahun di Afghanistan sebagai kegagalan strategis. Ia pun mengakui lebih suka mempertahankan beberapa ribu tentara AS di negara itu untuk mencegah runtuhnya pemerintah Kabul yang didukung Washington dan pengambilalihan kekuasaan yang cepat oleh Taliban .

Hal itu diungkapkan Milley kepada Kongres AS. Dalam penilaian yang blak-blakan tentang perang yang menelan korban 2.461 nyawa orang Amerika, Milley mengatakan bahwa hasilnya membutuhkan waktu bertahun-tahun.

"Hasil dalam perang seperti ini, hasil yang merupakan kegagalan strategis - musuh berkuasa di Kabul, tidak ada cara lain untuk menggambarkan itu - itu adalah efek kumulatif dari 20 tahun," katanya seperti dikutip dari AP, Rabu (29/9/2021).

Milley menolak untuk mengatakan nasihat apa yang dia berikan kepada Presiden Joe Biden musim semi lalu ketika ia mempertimbangkan apakah akan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat pemerintahan Trump dengan Taliban untuk mengurangi kehadiran pasukan Amerika menjadi nol pada Mei 2021, mengakhiri perang AS yang dimulai pada Oktober 2001.

Milley, yang diangkat ke posisinya sebagai ketua Kepala Staf Gabungan oleh Presiden Donald Trump dan dipertahankan oleh Biden, mengatakan adalah tanggung jawabnya untuk memberikan saran terbaiknya kepada panglima tertinggi.

Ketika ditekan, Milley mengatakan kepada komite Kongres adalah pendapat pribadinya bahwa setidaknya 2.500 tentara AS diperlukan untuk menjaga terhadap runtuhnya pemerintah Kabul dan kembalinya kekuasaan Taliban.

"Presiden tidak harus setuju dengan saran itu," kata Milley.

“Dia tidak harus membuat keputusan itu hanya karena kita adalah jenderal. Dan itu akan menjadi tindakan pembangkangan politik yang luar biasa bagi seorang perwira yang ditugaskan untuk mengundurkan diri hanya karena saran saya tidak diambil," tuturnya.



Berbeda dengan penilaian intelijen AS, pemerintah Afghanistan dan tentaranya yang dilatih Amerika runtuh pada pertengahan Agustus. Ini memungkinkan Taliban, yang telah memerintah di negara itu merebut Kabul.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1776 seconds (0.1#10.140)