Tentara Wanita AS Dilecehkan Pengungsi Afghanistan, FBI Turun Tangan

Sabtu, 25 September 2021 - 19:29 WIB
loading...
Tentara Wanita AS Dilecehkan Pengungsi Afghanistan, FBI Turun Tangan
Tempat penampungan sementara untuk pengungsi Afghanistan di Dona Ana, New Mexico, bagian dari kompleks Fort Bliss pada 22 Agustus 2021. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - FBI akan menyelidiki dugaan pelecehan terhadap seorang tentara wanita Amerika Serikat (AS) oleh sekelompok pria Afghanistan yang ditempatkan di kamp pengungsi di New Mexico.

Pernyataan itu diungkapkan Biro Investigasi Federal (FBI) dan militer AS pada media. Prajurit wanita yang tidak disebutkan namanya itu diserang “kelompok kecil” pengungsi Afghanistan di Kompleks Dona Ana Fort Bliss di New Mexico pekan lalu.

“Kami menanggapi tuduhan itu dengan serius dan dengan tepat merujuk masalah ini ke Biro Investigasi Federal. Keselamatan dan kesejahteraan anggota layanan kami, serta semua yang ada di instalasi kami, adalah yang terpenting,” ungkap juru bicara pangkalan militer Divisi Lapis Baja 1 dan Urusan Publik Fort Bliss dalam pernyataan yang dikirim melalui email ke Fox dan The Hill pada Jumat (24/9/2021).



Kedua outlet juga mengkonfirmasi keterlibatan FBI, dengan Agen Khusus Pejabat Urusan Publik FBI Jeanette Harper mengatakan kepada Fox bahwa FBI sedang menyelidiki tuduhan itu.



The Hill menambahkan bahwa kantor FBI di El Paso, Texas akan mengambil bagian dalam penyelidikan.



Pangkalan militer mencatat insiden itu terjadi pada 19 September. Tidak ada rincian lain yang diberikan mengenai apa yang mungkin terjadi atau sifat pasti dari serangan itu.

Juru bicara Fort Bliss mencatat, bagaimanapun, tentara AS sejak itu telah ditawari layanan konseling, dan protokol keamanan tambahan akan diterapkan di lokasi tersebut.

“Task Force-Bliss juga menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan untuk memasukkan peningkatan patroli kesehatan dan keselamatan, pencahayaan tambahan, dan penegakan sistem teman di Kompleks Dona Ana,” papar pernyataan itu.

"Kami akan bekerja sama sepenuhnya dengan FBI dan akan terus memastikan anggota layanan yang melaporkan serangan ini didukung penuh," papar pernyataan itu.

Bliss hanyalah satu di antara delapan pangkalan militer AS yang digunakan untuk menampung hingga 50.000 pengungsi Afghanistan.

Para pengungsi melarikan diri dari Afghanistan ketika militer Amerika mengakhiri perang 20 tahun di sana dan menarik pasukannya.

Puluhan ribu pendatang baru dibawa sebagai bagian dari upaya evakuasi tergesa-gesa dari bandara Kabul bulan lalu, meskipun masalah ini telah menjadi perdebatan politik di antara anggota parlemen Partai Republik.

“(Presiden) Joe Biden membuat keputusan mendorong puluhan ribu orang ke pesawat agar terlihat seperti evakuasinya yang gagal berjalan dengan baik. Yang benar adalah dia tidak tahu siapa yang dia bawa ke AS. Itu sebabnya saya memimpin surat hari ini menuntut pertanggungjawaban dan jawaban,” cuit Senator Texas Ted Cruz.

Dia menjadi salah satu penentang yang paling vokal dari upaya relokasi massal untuk para pengungsi Afghanistan. Dia pun berbagi laporan tentang pelecehan terhadap tentara wanita itu.

Cruz menandatangani surat tertanggal Kamis bersama sesama Senator GOP Tom Cotton (Arkansas), Ron Johnson (Wisconsin) dan Kevin Cramer (North Dakota), menuntut Biden menyelidiki bagaimana operasi evakuasi pemerintahannya mungkin telah “memfasilitasi transportasi dan perdagangan pengantin anak dan gadis Afghanistan lainnya yang menjadi sasaran pelecehan seksual oleh laki-laki Afghanistan” di antara perhatian serius lainnya.

Kelompok Senator Republik lainnya mengeluarkan surat terpisah untuk Biden pada hari yang sama, di antaranya James Lankford (Oklahoma), Rand Paul (Kentucky), Rick Scott (Florida), Josh Hawley (Missouri) dan Johnson, semua anggota Senat Komite Keamanan Dalam Negeri.

Seperti surat lainnya, para senator juga menyuarakan perhatian tentang proses pemeriksaan bagi warga Afghanistan yang baru tiba, mengutip dua pria yang telah didakwa dengan kejahatan kekerasan dan seksual sejak memasuki Amerika Serikat.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1264 seconds (0.1#10.140)