Menlu Jerman: Show Taliban di PBB Tidak akan Ada Gunanya
loading...
A
A
A
NEW YORK - Jerman menyuarakan penentangan terhadap permintaan Taliban untuk berbicara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Jerman mengatakan "show" oleh penguasa baru Afghanistan tidak akan ada gunanya.
Sikap Jerman itu diungkapkan pada Rabu (22/9/2021). Komite kredensial PBB sedang meninjau permintaan Taliban untuk berpidato di Majelis Umum PBB atas nama Afghanistan.
Saat ini Afghanistan masih diwakili di PBB oleh duta besar dari pemerintah yang runtuh bulan lalu.
“Menjadwalkan show di Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak akan menghasilkan apa-apa,” ungkap Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada wartawan saat mengomentari permintaan Taliban tersebut.
“Yang penting adalah tindakan nyata dan bukan hanya kata-kata, termasuk hak asasi manusia dan khususnya hak-hak perempuan dan pemerintahan yang inklusif serta menjauhkan diri dari kelompok teroris,” ujar dia.
Maas mengatakan penting untuk berkomunikasi dengan Taliban, tetapi dia mengatakan, "Majelis Umum PBB bukanlah tempat yang tepat untuk itu."
Seorang pejabat senior AS menyarankan agar komite kredensial, yang mencakup Amerika Serikat, tidak akan membuat keputusan sebelum Majelis Umum berakhir pada Senin.
"Ini akan memakan waktu untuk mempertimbangkan," papar pejabat AS itu.
Belum ada negara yang secara resmi mengakui Taliban yang rezim brutalnya pada 1996-2001 hanya mendapat pengakuan dari tiga negara yakni Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Taliban kembali berkuasa setelah pasukan AS keluar dari Afghanistan secara memalukan.
Sikap Jerman itu diungkapkan pada Rabu (22/9/2021). Komite kredensial PBB sedang meninjau permintaan Taliban untuk berpidato di Majelis Umum PBB atas nama Afghanistan.
Saat ini Afghanistan masih diwakili di PBB oleh duta besar dari pemerintah yang runtuh bulan lalu.
“Menjadwalkan show di Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak akan menghasilkan apa-apa,” ungkap Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada wartawan saat mengomentari permintaan Taliban tersebut.
“Yang penting adalah tindakan nyata dan bukan hanya kata-kata, termasuk hak asasi manusia dan khususnya hak-hak perempuan dan pemerintahan yang inklusif serta menjauhkan diri dari kelompok teroris,” ujar dia.
Maas mengatakan penting untuk berkomunikasi dengan Taliban, tetapi dia mengatakan, "Majelis Umum PBB bukanlah tempat yang tepat untuk itu."
Seorang pejabat senior AS menyarankan agar komite kredensial, yang mencakup Amerika Serikat, tidak akan membuat keputusan sebelum Majelis Umum berakhir pada Senin.
"Ini akan memakan waktu untuk mempertimbangkan," papar pejabat AS itu.
Belum ada negara yang secara resmi mengakui Taliban yang rezim brutalnya pada 1996-2001 hanya mendapat pengakuan dari tiga negara yakni Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Taliban kembali berkuasa setelah pasukan AS keluar dari Afghanistan secara memalukan.
(sya)