Terungkap, 407 Truk Bantuan Tidak Kembali dari Tigray yang Dilanda Perang
loading...
A
A
A
TIGRAY - Ratusan truk bantuan belum kembali dari wilayah Tigray yang dilanda perang di Ethiopia . Hilangnya ratusan truk itu adalah “hambatan utama” untuk meningkatkan respons kemanusiaan.
Pernyataan itu diungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (17/9/2021).
Pengungkapan dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB datang di tengah meningkatnya kekhawatiran kematian warga karena kelaparan di Tigray.
PBB sebelumnya memperkirakan 400.000 orang menghadapi kondisi seperti kelaparan di Tigray.
“Sejak 12 Juli, sebanyak 445 truk non-WFP yang dikontrak telah memasuki Tigray, tetapi hanya 38 truk yang kembali,” papar juru bicara WFP Gemma Snowdon.
Itu artinya masih ada 407 truk yang belum kembali dari misi pengiriman bantuan tersebut.
“Saat ini, kejadian itu adalah hambatan utama untuk memindahkan bantuan kemanusiaan ke Tigray. Kami tidak dapat mengumpulkan konvoi dengan ukuran yang signifikan karena kurangnya truk,” ujar Snowdon.
“Kami terus bekerja dengan para pengangkut dan otoritas lokal di Tigray untuk truk yang akan dikembalikan,” papar dia.
“WFP tidak memiliki informasi tentang di mana truk itu atau untuk apa truk itu digunakan,” ungkap Snowdon.
Tigray telah terperosok dalam konflik sejak November ketika Perdana Menteri Abiy Ahmed mengirim pasukan untuk menggulingkan partai penguasa regional, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Langkah itu menurut Ahmed dilakukan sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019 itu menjanjikan kemenangan cepat, tetapi TPLF merebut kembali sebagian besar Tigray termasuk ibu kotanya Mekele pada Juni dan Abiy kemudian mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan.
Namun PBB mengatakan Tigray tetap berada di bawah "blokade de facto" dan telah memperingatkan "malapetaka yang mengancam" karena pertempuran telah berlarut-larut dan menyebar ke wilayah tetangga.
Pihak berwenang Ethiopia dan pemberontak Tigray saling menyalahkan karena menghalangi konvoi kemanusiaan yang berusaha mencapai Tigray.
Akun Twitter pemerintah pada Kamis merujuk pada “kecurigaan bahwa TPLF menyita truk-truk itu untuk logistik sendiri.”
Namun juru bicara TPLF Getachew Reda mengutip kendala yang dihadapi para pengemudi saat memasuki Tigray dari wilayah tetangga Afar. Dia menambahkan situasi di Afar "tidak ada hubungannya" dengan para pejabat Tigray.
"Para pengemudi truk yang ditugaskan PBB mengeluh tentang ketersediaan bahan bakar, masalah (keamanan), pelecehan di pos pemeriksaan, terdampar di Afar selama berbulan-bulan, dan lainnya," tweet dia di Twitter.
Seorang pejabat kemanusiaan di Tigray, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan banyak pengemudi truk adalah warga Tigray dan telah menghadapi pelecehan bermotif etnis di pos pemeriksaan saat menuju ke wilayah konflik tersebut.
Pernyataan itu diungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (17/9/2021).
Pengungkapan dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB datang di tengah meningkatnya kekhawatiran kematian warga karena kelaparan di Tigray.
PBB sebelumnya memperkirakan 400.000 orang menghadapi kondisi seperti kelaparan di Tigray.
“Sejak 12 Juli, sebanyak 445 truk non-WFP yang dikontrak telah memasuki Tigray, tetapi hanya 38 truk yang kembali,” papar juru bicara WFP Gemma Snowdon.
Itu artinya masih ada 407 truk yang belum kembali dari misi pengiriman bantuan tersebut.
“Saat ini, kejadian itu adalah hambatan utama untuk memindahkan bantuan kemanusiaan ke Tigray. Kami tidak dapat mengumpulkan konvoi dengan ukuran yang signifikan karena kurangnya truk,” ujar Snowdon.
“Kami terus bekerja dengan para pengangkut dan otoritas lokal di Tigray untuk truk yang akan dikembalikan,” papar dia.
“WFP tidak memiliki informasi tentang di mana truk itu atau untuk apa truk itu digunakan,” ungkap Snowdon.
Tigray telah terperosok dalam konflik sejak November ketika Perdana Menteri Abiy Ahmed mengirim pasukan untuk menggulingkan partai penguasa regional, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Langkah itu menurut Ahmed dilakukan sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019 itu menjanjikan kemenangan cepat, tetapi TPLF merebut kembali sebagian besar Tigray termasuk ibu kotanya Mekele pada Juni dan Abiy kemudian mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan.
Namun PBB mengatakan Tigray tetap berada di bawah "blokade de facto" dan telah memperingatkan "malapetaka yang mengancam" karena pertempuran telah berlarut-larut dan menyebar ke wilayah tetangga.
Pihak berwenang Ethiopia dan pemberontak Tigray saling menyalahkan karena menghalangi konvoi kemanusiaan yang berusaha mencapai Tigray.
Akun Twitter pemerintah pada Kamis merujuk pada “kecurigaan bahwa TPLF menyita truk-truk itu untuk logistik sendiri.”
Namun juru bicara TPLF Getachew Reda mengutip kendala yang dihadapi para pengemudi saat memasuki Tigray dari wilayah tetangga Afar. Dia menambahkan situasi di Afar "tidak ada hubungannya" dengan para pejabat Tigray.
"Para pengemudi truk yang ditugaskan PBB mengeluh tentang ketersediaan bahan bakar, masalah (keamanan), pelecehan di pos pemeriksaan, terdampar di Afar selama berbulan-bulan, dan lainnya," tweet dia di Twitter.
Seorang pejabat kemanusiaan di Tigray, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan banyak pengemudi truk adalah warga Tigray dan telah menghadapi pelecehan bermotif etnis di pos pemeriksaan saat menuju ke wilayah konflik tersebut.
(sya)