Putra Osama bin Laden Malu dengan Kejahatan Ayahnya, Ingin Kunjungi Israel
loading...
A
A
A
PARIS - Omar bin Laden, 40, salah satu putra pendiri al-Qaeda Osama bin Laden , mengaku malu dengan kejahatan ayahnya. Omar juga berharap Israel segera berdamai dengan Palestina dan dia ingin mengunjungi negara Yahudi tersebut.
Omar diharapkan menjadi pewaris ayahnya dan mengambil kepemimpinan al-Qaeda, tetapi dia menolak tawaran itu. Dia mengatakan dia merasa "malu dan ngeri" terhadap kejahatan yang dilakukan ayahnya.
"Sulit bagi saya untuk percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatur hal seperti itu," katanya tentang peran ayahnya dalam serangan 11 September 2001 terhadap Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City, Pentagon di luar Washington, dan di lapangan terbuka di Shanksville, Pennsylvania.
"Hari itu mengubah hidup kami selamanya, dan sangat sulit untuk melanjutkan hidup setelahnya. Selama tahun-tahun kehilangan dan rasa sakit ini, saya dipaksa untuk menerima kebenaran tentang ayah saya," papar Omar, seperti dilansir dari Israel Hayom, Selasa (14/9/2021).
Omar bin Laden menjalani hidup sebagai seorang seniman di Normandia, Prancis. Dia rindu untuk mengunjungi Amerika Serikat dan Israel, mencatat bahwa istrinya, yang pihak keluarga ibu adalah Yahudi dan berasal dari Israel, menerima tawaran untuk memberikan kuliah tentang perdamaian di universitas-universitas Israel.
"Saya tahu bahwa ini adalah negara yang indah, dan banyak orang di dalamnya menginginkan perdamaian dengan Palestina," katanya.
"Saya tahu bahwa sejak tahun 1948, orang-orang Palestina telah hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Kami percaya bahwa dunia perlu hidup sebagai satu kesatuan dan bahwa tetangga dari setiap agama dapat hidup berdampingan dengan damai," imbuh dia.
Omar diharapkan menjadi pewaris ayahnya dan mengambil kepemimpinan al-Qaeda, tetapi dia menolak tawaran itu. Dia mengatakan dia merasa "malu dan ngeri" terhadap kejahatan yang dilakukan ayahnya.
"Sulit bagi saya untuk percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatur hal seperti itu," katanya tentang peran ayahnya dalam serangan 11 September 2001 terhadap Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City, Pentagon di luar Washington, dan di lapangan terbuka di Shanksville, Pennsylvania.
"Hari itu mengubah hidup kami selamanya, dan sangat sulit untuk melanjutkan hidup setelahnya. Selama tahun-tahun kehilangan dan rasa sakit ini, saya dipaksa untuk menerima kebenaran tentang ayah saya," papar Omar, seperti dilansir dari Israel Hayom, Selasa (14/9/2021).
Omar bin Laden menjalani hidup sebagai seorang seniman di Normandia, Prancis. Dia rindu untuk mengunjungi Amerika Serikat dan Israel, mencatat bahwa istrinya, yang pihak keluarga ibu adalah Yahudi dan berasal dari Israel, menerima tawaran untuk memberikan kuliah tentang perdamaian di universitas-universitas Israel.
"Saya tahu bahwa ini adalah negara yang indah, dan banyak orang di dalamnya menginginkan perdamaian dengan Palestina," katanya.
"Saya tahu bahwa sejak tahun 1948, orang-orang Palestina telah hidup berdampingan dengan bangsa Yahudi. Kami percaya bahwa dunia perlu hidup sebagai satu kesatuan dan bahwa tetangga dari setiap agama dapat hidup berdampingan dengan damai," imbuh dia.
(min)