Dalam 24 Jam, Ratusan Siswa Nigeria Korban Penculikan Dibebaskan
loading...
A
A
A
“Mereka terpapar cuaca yang keras ini, tidak ada makanan, nyamuk di mana-mana,” ungkapnya.
“Beberapa dari mereka tidak pernah berada di luar kenyamanan rumah mereka,” imbuhnya.
Berita pembebasan anak-anak itu dirayakan di seluruh Nigeria, di mana penculikan telah meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk berbuat lebih banyak guna mengamankan fasilitas pendidikan di daerah terpencil.
Tetapi pertanyaan tetap ada pada hari Jumat tentang berapa banyak uang tebusan yang telah dibayarkan untuk menjamin pembebasan anak-anak itu, dan jika demikian apakah hal itu dapat memicu penculikan lebih lanjut oleh kelompok bersenjata tak dikenal yang secara lokal disebut sebagai bandit.
Muhammad Musa Kawule (42) mengakui membayar perantara dengan harapan bisa mengamankan kebebasan putrinya yang berusia 6 tahun.
“Saya menghabiskan banyak uang tetapi hari ini, saya senang,” katanya kepada The Associated Press pada hari Jumat. Dia tidak merinci berapa banyak dia telah membayar atau apakah pejabat pemerintah telah terlibat.
Anak-anak itu kemudian dibawa ke ibu kota negara bagian Niger, Minna, di mana mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan bertemu dengan gubernur. Video menunjukkan sejumlah anak-anak TK keluar dari minibus putih, gadis-gadis kecil mengenakan jilbab biru panjang yang dikenal sebagai cadar.
Sementara Nigeria telah melihat sejumlah penculikan sekolah untuk tebusan, penculikan negara bagian Niger membuat orang terperanjat karena anak-anak masih sangat muda. Konsekuensinya juga bisa bertahan lama karena orang tua mempertimbangkan kembali apakah akan menyekolahkan anak-anak mereka.
“Ini telah mempengaruhi moral dan kepercayaan masyarakat dan bahkan membuat orang tua berpikir dua kali sebelum mereka mengirim anak-anak mereka ke sekolah,” kata Gubernur negara bagian Niger Abubakar Sani Bello tentang penculikan anak-anak tersebut.
“Beberapa dari mereka tidak pernah berada di luar kenyamanan rumah mereka,” imbuhnya.
Berita pembebasan anak-anak itu dirayakan di seluruh Nigeria, di mana penculikan telah meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk berbuat lebih banyak guna mengamankan fasilitas pendidikan di daerah terpencil.
Tetapi pertanyaan tetap ada pada hari Jumat tentang berapa banyak uang tebusan yang telah dibayarkan untuk menjamin pembebasan anak-anak itu, dan jika demikian apakah hal itu dapat memicu penculikan lebih lanjut oleh kelompok bersenjata tak dikenal yang secara lokal disebut sebagai bandit.
Muhammad Musa Kawule (42) mengakui membayar perantara dengan harapan bisa mengamankan kebebasan putrinya yang berusia 6 tahun.
“Saya menghabiskan banyak uang tetapi hari ini, saya senang,” katanya kepada The Associated Press pada hari Jumat. Dia tidak merinci berapa banyak dia telah membayar atau apakah pejabat pemerintah telah terlibat.
Anak-anak itu kemudian dibawa ke ibu kota negara bagian Niger, Minna, di mana mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan bertemu dengan gubernur. Video menunjukkan sejumlah anak-anak TK keluar dari minibus putih, gadis-gadis kecil mengenakan jilbab biru panjang yang dikenal sebagai cadar.
Sementara Nigeria telah melihat sejumlah penculikan sekolah untuk tebusan, penculikan negara bagian Niger membuat orang terperanjat karena anak-anak masih sangat muda. Konsekuensinya juga bisa bertahan lama karena orang tua mempertimbangkan kembali apakah akan menyekolahkan anak-anak mereka.
“Ini telah mempengaruhi moral dan kepercayaan masyarakat dan bahkan membuat orang tua berpikir dua kali sebelum mereka mengirim anak-anak mereka ke sekolah,” kata Gubernur negara bagian Niger Abubakar Sani Bello tentang penculikan anak-anak tersebut.