Gedung Putih dalam Mode Pengendalian Kerusakan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Gedung Putih memasuki mode pengendalian kerusakan pada Kamis kemarin. Pemicunya adalah pernyataan Presiden Joe Biden dalam sebuah wawancara yang menyiratkan Amerika Serikat (AS) tidak akan mundur dari hipotesis mempertahankan Taiwan seperti yang dilakukan di Afghanistan melawan Taliban .
“Ada perbedaan mendasar antara – antara Taiwan, Korea Selatan, NATO (dan Afghanistan),” kata Biden, berbicara kepada ABC News pada hari Kamis.
“Kami berada dalam situasi di mana mereka berada di - entitas yang telah kami sepakati berdasarkan bukan perang saudara yang mereka alami di pulau itu atau di Korea Selatan, tetapi pada kesepakatan di mana mereka memiliki pemerintahan persatuan, yang sebenarnya, sedang berusaha mencegah orang jahat melakukan hal-hal buruk kepada mereka,” sambungnya.
“Kami telah membuat – menepati setiap komitmen. Kami membuat komitmen suci pada Pasal Lima bahwa jika memang ada orang yang menyerang atau mengambil tindakan terhadap sekutu NATO kami, kami akan merespons. Sama dengan Jepang, sama dengan Korea Selatan, sama dengan - Taiwan,” tegas Biden seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (21/8/2021).
Seorang pejabat senior mendukung komentar Biden, dengan mengatakan bahwa posisi AS di Taiwan tetap tidak berubah, dan Washington akan terus mematuhi posisi “ambiguitas strategis” dalam hubungan dengan pulau itu.
“Kebijakan AS sehubungan dengan Taiwan tidak berubah,” kata pejabat itu kepada Reuters, mengacu pada kebijakan AS yang hanya mempertahankan hubungan tidak resmi Washington-Taipei sejak AS beralih untuk mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya China sejati pada 1979.
Media China mengecam Biden atas komentarnya. Surat kabar Global Times mengeluarkan tajuk rencana yang menuduh pernyataan presiden AS itu adalah "kata-kata kosong dan sembrono" di Taiwan setelah AS melakukan hal memalukan di Afghanistan.
“Gagap ketika berbicara tentang pertanyaan Taiwan, Biden seperti orang bodoh, dan kami ragu apakah dia tahu persis apa yang dia bicarakan. Tidak ada pejabat senior yang menjabat di AS yang membuat pernyataan seperti yang dikatakan Biden. Biden kehilangan muka karena situasi Afghanistan ... Dia sangat bersemangat dan malu untuk menyelamatkan muka untuk dirinya sendiri sehingga dia berbicara sembarangan, tanpa berpikir,” tulis Global Times.
Surat kabar itu memperingatkan bahwa jika pemerintahan Biden tidak mundur dari klaim presiden dengan beralih dari "ambiguitas strategis" ke membuat pernyataan yang jelas tentang pembelaannya terhadap Taiwan, maka ia harus bersiap untuk badai yang jauh lebih besar di Selat Taiwan.
“Ada perbedaan mendasar antara – antara Taiwan, Korea Selatan, NATO (dan Afghanistan),” kata Biden, berbicara kepada ABC News pada hari Kamis.
“Kami berada dalam situasi di mana mereka berada di - entitas yang telah kami sepakati berdasarkan bukan perang saudara yang mereka alami di pulau itu atau di Korea Selatan, tetapi pada kesepakatan di mana mereka memiliki pemerintahan persatuan, yang sebenarnya, sedang berusaha mencegah orang jahat melakukan hal-hal buruk kepada mereka,” sambungnya.
“Kami telah membuat – menepati setiap komitmen. Kami membuat komitmen suci pada Pasal Lima bahwa jika memang ada orang yang menyerang atau mengambil tindakan terhadap sekutu NATO kami, kami akan merespons. Sama dengan Jepang, sama dengan Korea Selatan, sama dengan - Taiwan,” tegas Biden seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (21/8/2021).
Seorang pejabat senior mendukung komentar Biden, dengan mengatakan bahwa posisi AS di Taiwan tetap tidak berubah, dan Washington akan terus mematuhi posisi “ambiguitas strategis” dalam hubungan dengan pulau itu.
“Kebijakan AS sehubungan dengan Taiwan tidak berubah,” kata pejabat itu kepada Reuters, mengacu pada kebijakan AS yang hanya mempertahankan hubungan tidak resmi Washington-Taipei sejak AS beralih untuk mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya China sejati pada 1979.
Media China mengecam Biden atas komentarnya. Surat kabar Global Times mengeluarkan tajuk rencana yang menuduh pernyataan presiden AS itu adalah "kata-kata kosong dan sembrono" di Taiwan setelah AS melakukan hal memalukan di Afghanistan.
“Gagap ketika berbicara tentang pertanyaan Taiwan, Biden seperti orang bodoh, dan kami ragu apakah dia tahu persis apa yang dia bicarakan. Tidak ada pejabat senior yang menjabat di AS yang membuat pernyataan seperti yang dikatakan Biden. Biden kehilangan muka karena situasi Afghanistan ... Dia sangat bersemangat dan malu untuk menyelamatkan muka untuk dirinya sendiri sehingga dia berbicara sembarangan, tanpa berpikir,” tulis Global Times.
Surat kabar itu memperingatkan bahwa jika pemerintahan Biden tidak mundur dari klaim presiden dengan beralih dari "ambiguitas strategis" ke membuat pernyataan yang jelas tentang pembelaannya terhadap Taiwan, maka ia harus bersiap untuk badai yang jauh lebih besar di Selat Taiwan.