Panglima Militer Afghanistan Dipecat saat Taliban Makin Menggila

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 05:01 WIB
loading...
Panglima Militer Afghanistan...
Panglima Militer Afghanistan Jenderal Wali Mohammad Ahmadzai dipecat dari jabatannya. Foto/twitter
A A A
KABUL - Panglima Militer Afghanistan Jenderal Wali Mohammad Ahmadzai dipecat saat gerilyawan Taliban terus membuat kemajuan pesat dengan menguasai lebih banyak ibu kota provinsi.

Gerilyawan telah menguasai 10 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan dan kini bergerak mendekati ibu kota negara, Kabul.

Pada Kamis (12/8) Taliban telah merebut kota Ghazni yang strategis, berada di jalan utama menuju ibu kota nasional Kabul.



Presiden Ashraf Ghani sebelumnya terbang ke kota utara Mazar-i-Sharif yang secara tradisional merupakan benteng anti-Taliban, untuk mencoba mengumpulkan pasukan pro-pemerintah.



Pemecatan Panglima Militer Jenderal Wali Mohammad Ahmadzai, dikonfirmasi kepada BBC pada Rabu (11/8). Dia baru menjabat sejak Juni.



Penggantinya harus berurusan dengan meningkatnya kekerasan di penjuru negeri, karena Taliban melanjutkan serangan mereka.

Pasukan Amerika Serikat (AS) dan pasukan asing lainnya telah ditarik setelah 20 tahun operasi militer.

Lebih dari 1.000 warga sipil telah tewas di Afghanistan dalam sebulan terakhir, menurut PBB.

Juga pada Rabu, Presiden Ghani mengadakan pembicaraan krisis di Mazar-i-Sharif dengan panglima perang etnis Uzbekistan Abdul Rashid Dostum dan pemimpin etnis Tajik terkemuka Atta Mohammad Noor tentang mempertahankan kota.

Dostum adalah seorang komandan veteran yang mengatakan, "Taliban telah datang ke utara beberapa kali tetapi mereka selalu terjebak."

“Selama bertahun-tahun, Ghani mencoba mengesampingkan para panglima perang dalam upaya memperkuat Tentara Nasional Afghanistan, dan sekarang dia berpaling kepada mereka pada saat dibutuhkan,” tutur wartawan BBC Ethirajan Anbarasan.

Awal pekan ini, presiden juga setuju mempersenjatai milisi pro-pemerintah untuk berperang melawan Taliban.

Mazar-i-Sharif terletak dekat perbatasan dengan Uzbekistan dan Tajikistan, dan kehilangan kota itu akan menandai runtuhnya kendali pemerintah atas Afghanistan utara.

Di Kunduz, ibu kota provinsi utara lainnya, ratusan tentara pemerintah yang sebelumnya mundur ke bandara setelah Taliban menyerbu kota, kini telah menyerah.

Menurut laporan media lokal, Taliban kini telah mengambil alih bandara Kunduz dan korps tentara yang ditempatkan di sana telah menyerah.

Sumber-sumber lokal mengatakan kepada BBC bahwa pertempuran juga berkecamuk di Ghazni Afghanistan timur pada Rabu, setelah gerilyawan Taliban memasuki pusat kota.

Kelompok kemanusiaan Palang Merah Internasional (ICRC) kemudian mengatakan pertempuran sengit "jalan-demi-jalan" terjadi di kota terbesar kedua di Afghanistan, Kandahar.

Taliban mengklaim telah mengambil alih penjara kota, meskipun hal ini belum dikonfirmasi.

Menurut seorang pejabat AS yang berbicara kepada CBS News, ibu kota Afghanistan, Kabul, bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu 90 hari.

Namun, pejabat itu mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pasukan keamanan Afghanistan mungkin menghentikan momentum Taliban dengan melakukan lebih banyak perlawanan.

Dia menambahkan, “Jatuhnya Kabul bukanlah kesimpulan yang sudah pasti."

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, dilaporkan mengutip intelijen AS.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1711 seconds (0.1#10.140)