Presiden Madagaskar Pecat Seluruh Menterinya karena Kinerja Buruk
loading...
A
A
A
ANTANANARIVO - Presiden Madagaskar Andry Rajoelina telah memecat seluruh menterinya. Pemecatan massal ini diumumkan Rabu malam atau beberapa hari setelah sang presiden mengkritik beberapa menteri yang kinerjanya di bawah standar.
Langkah mengejutkan Presiden Rajoelina ini hanya berselang beberapa minggu setelah para pejabat mengeklaim bahwa mereka telah menggagalkan rencana untuk membunuh mantan pemimpin kudeta itu.
Kantor Rajoelina, yang dikutip Reuters, Kamis (12/8/2021), tidak memberikan alasan pemecatan seluruh menterinya.
Pada hari Minggu, Rajoelina mengatakan kinerja beberapa menteri tidak memuaskan.
"Seperti di tim sepak bola, Anda harus berubah ketika ada kegagalan di pemerintahan," katanya dalam komentar yang disiarkan di televisi nasional.
“Akan ada perubahan dan ini menyangkut mereka yang tidak melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka," katanya lagi.
Pekan lalu, seorang jaksa senior mengatakan Madagaskar telah menangkap 21 tersangka lagi, termasuk 12 personel militer, sehubungan dengan rencana untuk membunuh Rajoelina dan menggulingkan pemerintah.
Enam orang, salah satunya warga negara Prancis, ditangkap bulan lalu karena dicurigai terlibat dalam plot tersebut, setelah apa yang dikatakan para pejabat adalah penyelidikan selama berbulan-bulan di pulau Samudra Hindia itu.
Madagaskar, negara bekas jajahan Prancis yang miskin dan berpenduduk 26 juta, memiliki sejarah kekerasan dan ketidakstabilan politik. Rajoelina, 44, dilantik sebagai presiden pada 2019 setelah pemilu yang disengketakan dengan panas dan gugatan di Mahkamah Konstitusi dari rivalnya.
Rajoelina pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta Maret 2009, menggulingkan Marc Ravalomanana. Dia tetap memegang kendali sebagai kepala pemerintahan transisi hingga 2014.
Dalam pemilu 2019, Ravalomanana menantang Rajoelina, kalah, dan mengatakan pemungutan suara pemilu itu curang.
Langkah mengejutkan Presiden Rajoelina ini hanya berselang beberapa minggu setelah para pejabat mengeklaim bahwa mereka telah menggagalkan rencana untuk membunuh mantan pemimpin kudeta itu.
Kantor Rajoelina, yang dikutip Reuters, Kamis (12/8/2021), tidak memberikan alasan pemecatan seluruh menterinya.
Pada hari Minggu, Rajoelina mengatakan kinerja beberapa menteri tidak memuaskan.
"Seperti di tim sepak bola, Anda harus berubah ketika ada kegagalan di pemerintahan," katanya dalam komentar yang disiarkan di televisi nasional.
“Akan ada perubahan dan ini menyangkut mereka yang tidak melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka," katanya lagi.
Pekan lalu, seorang jaksa senior mengatakan Madagaskar telah menangkap 21 tersangka lagi, termasuk 12 personel militer, sehubungan dengan rencana untuk membunuh Rajoelina dan menggulingkan pemerintah.
Enam orang, salah satunya warga negara Prancis, ditangkap bulan lalu karena dicurigai terlibat dalam plot tersebut, setelah apa yang dikatakan para pejabat adalah penyelidikan selama berbulan-bulan di pulau Samudra Hindia itu.
Madagaskar, negara bekas jajahan Prancis yang miskin dan berpenduduk 26 juta, memiliki sejarah kekerasan dan ketidakstabilan politik. Rajoelina, 44, dilantik sebagai presiden pada 2019 setelah pemilu yang disengketakan dengan panas dan gugatan di Mahkamah Konstitusi dari rivalnya.
Rajoelina pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta Maret 2009, menggulingkan Marc Ravalomanana. Dia tetap memegang kendali sebagai kepala pemerintahan transisi hingga 2014.
Dalam pemilu 2019, Ravalomanana menantang Rajoelina, kalah, dan mengatakan pemungutan suara pemilu itu curang.
(min)