Kapal Selam Serangan Nuklir China Kuntit Kapal Induk Inggris di Pasifik

Senin, 09 Agustus 2021 - 07:39 WIB
loading...
Kapal Selam Serangan Nuklir China Kuntit Kapal Induk Inggris di Pasifik
Kapal induk HMS Queen Elizabeth Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - Sedikitnya dua kapal selam serangan nuklir China diam-diam menguntit kapal induk Inggris; HMS Queen Elizabeth , saat berlayar ke Pasifik.

Namun, mereka terdeteksi oleh operator sonar anti-kapal selam di atas fregat yang melindungi Kelompok Tempur Kapal Induk (CSG) HMS Queen Elizabeth.



Dua kapal selam kelas Shang berbobot 7.000 ton, yang dipersenjatai dengan rudal jelajah, ditemukan oleh spesialis di ruang operasi fregat HMS Kent dan HMS Richmond saat CSG tersebut meninggalkan Laut China Selatan dan pindah ke Samudra Pasifik.

Angkatan Laut Kerajaan Inggris telah memperkirakan aktivitas dari kapal selam dan kapal mata-mata pengumpulan intelijen China, dan kapal induk itu dikuntit untuk waktu yang singkat sebelum dideteksi oleh radar sonar.

Operator di fregat, yang bekerja bersama dalam pola menyapu, mendeteksi "ping"—istilah Angkatan Laut untuk menemukan kontak bawah permukaan—dalam waktu enam jam setelah meninggalkan Laut Cina Selatan, wilayah di mana Beijing bersikeras memiliki kedaulatan hampir seluruhnya setelah itu membangun beberapa pulau buatan.

“China mengembangkan kapal selamnya dengan cepat, dan kita tidak boleh meremehkan mereka, tetapi mereka tidak memiliki pengalaman tempur yang dikembangkan oleh skuadron kapal selam Amerika Serikat dan Inggris sebagai hasil dari operasi Perang Dingin di ruang gelap yang dalam di Atlantik," kata sumber Angkatan Laut Inggris.

“Beijing menggunakan teknologi untuk menemukan posisi kami, tetapi mengerahkan kapal selam untuk memperkuat niat mereka yang lebih luas untuk bergerak menuju status kekuatan super dan mendominasi perdagangan dan keamanan di seluruh Pasifik— bertentangan dengan hukum internasional," lanjut sumber militer tersebut seperti dikutip dari Express.co.uk, Senin (9/8/2021).

Beijing mengoperasikan enam kapal selam generasi kedua baru, yang secara resmi dikenal sebagai kelas Type 093, yang mulai beroperasi pada tahun 2006. Memiliki 85 awak, mereka dapat tinggal di laut selama 80 hari dengan kemampuan untuk mengirimkan rudal pembunuh kapal supersonik.

Sebuah kapal selam kelas Astute Angkatan Laut Kerajaan diketahui telah mengidentifikasi kapal Shang ketiga saat berpatroli di depan gugus tugas dalam apa yang oleh awak kapal selam sebut proses "berlari diam", di mana tidak ada suara yang dibuat oleh kru dan memungkinkan operator untuk menemukan kontak bawah permukaan apa pun.

Operator dapat mengidentifikasi sebagian besar kapal perang dan kapal selam dengan suara yang dihasilkan dari baling-balingnya—ciri khas yang unik untuk setiap kapal selam—yang dirujuk dalam "perpustakaan digital" suara kapal selam.



China saat ini memiliki 66 kapal selam, lebih banyak dari Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris, yang digunakan untuk memproyeksikan kekuatan militer untuk memengaruhi negara-negara di Pasifik di mana Presiden Xi Jinping mengatakan negaranya akan mendominasi perdagangan dan menyatukan kembali pulau Taiwan dengan China daratan.

Sumber Angkatan Laut AS juga mengatakan bahwa kapal China telah berusaha untuk membayangi kapal Amerika dan semakin aktif di Pasifik.

Pada tahun 2015 kapal induk USS Ronald Reagan dibuntuti oleh kapal selam China dan pada tahun 2009 sebuah kapal selam kelas Song China muncul dalam jarak lima mil dari kapal induk USS Kitty Hawk, tampaknya tanpa terdeteksi.

Pada Sabtu malam, HMS Queen Elizabeth dan rombongan kapal pengawalnya berlabuh di Pelabuhan Apra, pangkalan Angkatan Laut AS di Guam. Rencana kunjungan ke Korea Selatan dan Jepang dibatalkan karena pandemi COVID-19.

HMS Richmond dan Kent sedang menuju pulau Kyush Jepang, di mana mereka akan berlabuh di pangkalan Angkatan Laut AS Sasebo.

Mantan Laksamana Muda Chris Parry, yang selama Perang Falklands terlibat dalam satu-satunya penenggelaman kapal selam musuh sejak Perang Dunia kedua, mengatakan: “Kami selalu khawatir tentang kapal selam meskipun kami lebih khawatir tentang Kapal Rusia karena mereka lebih maju dan lebih tenang."

“Ini menunjukkan bahwa kemampuan anti-kapal selam kami yang menurun secara signifikan selama [perang] Irak dan Afghanistan kembali ke kecepatan dan doping apa yang seharusnya mereka lakukan. Ini kabar baik," ujarnya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)