Ratusan Wanita Skandinavia Alami Gangguan Menstruasi Setelah Vaksinasi COVID-19
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Ratusan wanita Skandinavia melaporkan alami gangguan menstruasi setelah divaksinasi COVID-19 . Menurut Badan Produk Medis di Swedia ada sebanyak 400 kasus, sementara Denmark telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus kelainan menstruasi sehubungan dengan vaksinasi COVID-19 .
“Ini adalah kelainan menstruasi sehubungan dengan vaksinasi terhadap COVID-19. Ini bisa karena menstruasi yang tidak teratur, tetapi bisa juga tentang pendarahan setelah menopause,” jelas Ebba Hallberg, ahli senior di Badan Produk Medis Swedia, kepada stasiun televisi nasional Swedia, SVT, seperti disitir dari Sputnik, Kamis (4/8/2021).
Hallberg pun mengimbau agar agensinya dan European Medicines Agency (EMA) mengikuti perkembangan tersebut. Meski begitu, saat ini ia tidak dapat mengatakan apakah itu efek samping atau tidak karena tidak ada hubungan yang pasti.
“Ini yang kita awasi, tapi saat ini kita belum bisa berkomentar apakah ada hubungannya dengan vaksin atau tidak. Ini juga diikuti di tingkat UE, tetapi tidak ada dukungan untuk koneksi yang ditemukan di sana juga,” kata Hallberg.
Gangguan menstruasi saat ini dapat terjadi karena berbagai alasan, katanya, seraya menambahkan bahwa itu mungkin terjadi bahkan secara normal, tanpa ada hubungannya dengan vaksinasi.
“Itulah yang membuatnya sangat sulit untuk diketahui, apakah itu normal atau tidak,” ujar Hallberg.
Namun, sebagian besar laporan telah dinilai sebagai reaksi merugikan yang diduga tidak serius dan tidak dipandang sebagai penyebab kekhawatiran.
“Itu tidak menyebabkan tinggal di rumah sakit atau mengancam jiwa. Di Swedia, sebagian besar laporan berasal dari individu pribadi,” rangkumnya.
Namun, karena cerita tentang perubahan sementara dalam siklus menstruasi setelah vaksinasi terus menumpuk di seluruh dunia, fenomena ini juga akan diperiksa melalui studi oleh University of Illinois.
Menurut peneliti Ali Harandi dari University of Gothenburg, vaksin yang mempengaruhi periode menstruasi tidak sepenuhnya tidak mungkin. Namun, bahkan jika ini masalahnya, itu akan diklasifikasikan sebagai efek samping yang tidak berbahaya, SVT melaporkan.
“Ini adalah kelainan menstruasi sehubungan dengan vaksinasi terhadap COVID-19. Ini bisa karena menstruasi yang tidak teratur, tetapi bisa juga tentang pendarahan setelah menopause,” jelas Ebba Hallberg, ahli senior di Badan Produk Medis Swedia, kepada stasiun televisi nasional Swedia, SVT, seperti disitir dari Sputnik, Kamis (4/8/2021).
Hallberg pun mengimbau agar agensinya dan European Medicines Agency (EMA) mengikuti perkembangan tersebut. Meski begitu, saat ini ia tidak dapat mengatakan apakah itu efek samping atau tidak karena tidak ada hubungan yang pasti.
“Ini yang kita awasi, tapi saat ini kita belum bisa berkomentar apakah ada hubungannya dengan vaksin atau tidak. Ini juga diikuti di tingkat UE, tetapi tidak ada dukungan untuk koneksi yang ditemukan di sana juga,” kata Hallberg.
Gangguan menstruasi saat ini dapat terjadi karena berbagai alasan, katanya, seraya menambahkan bahwa itu mungkin terjadi bahkan secara normal, tanpa ada hubungannya dengan vaksinasi.
“Itulah yang membuatnya sangat sulit untuk diketahui, apakah itu normal atau tidak,” ujar Hallberg.
Namun, sebagian besar laporan telah dinilai sebagai reaksi merugikan yang diduga tidak serius dan tidak dipandang sebagai penyebab kekhawatiran.
“Itu tidak menyebabkan tinggal di rumah sakit atau mengancam jiwa. Di Swedia, sebagian besar laporan berasal dari individu pribadi,” rangkumnya.
Namun, karena cerita tentang perubahan sementara dalam siklus menstruasi setelah vaksinasi terus menumpuk di seluruh dunia, fenomena ini juga akan diperiksa melalui studi oleh University of Illinois.
Menurut peneliti Ali Harandi dari University of Gothenburg, vaksin yang mempengaruhi periode menstruasi tidak sepenuhnya tidak mungkin. Namun, bahkan jika ini masalahnya, itu akan diklasifikasikan sebagai efek samping yang tidak berbahaya, SVT melaporkan.
(ian)