Krisis Air Picu Aksi Protes, Khamenei: Jangan Salahkan Demonstran

Sabtu, 24 Juli 2021 - 05:37 WIB
loading...
Krisis Air Picu Aksi Protes, Khamenei: Jangan Salahkan Demonstran
Pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Foto/Washington Times
A A A
TEHERAN - Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran , Ayatollah Ali Khamenei , mengatakan bahwa warga negara irtu tidak dapat disalahkan karena memprotes kekurangan air. Ia pun meminta para pejabat untuk menangani krisis tersebut.

Warga Iran selama lebih dari seminggu telah turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan mereka terhadap krisis air kekeringan terburuk dalam setengah abad melanda negara itu dan ketika ekonomi runtuh di bawah sanksi Amerika Serikat (AS) dan COVID-19 .

“Orang-orang menunjukkan ketidaksenangan mereka, tetapi kami tidak dapat menyalahkan orang-orang karena masalah air bukanlah masalah kecil terutama di iklim panas Khuzestan,” kata Khamenei mengacu pada aksi protes, menurut stasiun televisi pemerintah.

“Sekarang, alhamdulillah, semua berbagai lembaga, pemerintah dan non-pemerintah, bekerja (untuk menyelesaikan krisis air) dan harus melanjutkan dengan segala keseriusan,” tambah Khamenei seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/7/2021).

Semalam kerusuhan menyebar dari provinsi barat daya Khuzestan yang kaya minyak ke kota Aligudarz di mana seorang pemuda ditembak mati dan tujuh terluka, kata seorang pejabat polisi, menyalahkan "kontra-revolusioner" atas kekerasan itu.



Demonstran di Aligudarz, di provinsi Lorestan, berbaris untuk menunjukkan solidaritas bagi pengunjuk rasa di negara bagian tetangga Khuzestan pada Kamis malam, malam kedelapan aksi protes. Video di media sosial menunjukkan mereka meneriakkan slogan-slogan menentang Khamenei.

Kantor berita semi-resmi Iran, Fars, mengutip seorang pejabat polisi yang mengatakan beberapa orang ditahan setelah kekerasan di Aligudarz, dengan empat petugas polisi tertembak dan terluka.

Setidaknya satu polisi dan tiga pemuda telah ditembak mati dalam protes sebelumnya, menurut pejabat Iran yang menyalahkan "perusuh" atas kematian tersebut.

Amnesty International (AI) mengatakan, setidaknya delapan orang tewas selama kerusuhan itu.

"Rekaman video yang diverifikasi oleh Amnesty dan pengakuan yang konsisten dari lapangan menunjukkan pasukan keamanan menggunakan senjata otomatis mematikan, senapan dengan amunisi yang tidak pandang bulu, dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa," kata AI.



Kepala HAM PBB Michelle Bachelet mengatakan dia sangat prihatin dengan kematian dan cedera yang terjadi selama seminggu terakhir, serta penangkapan dan penahanan yang meluas.

“Dampak krisis air yang menghancurkan terhadap kehidupan, kesehatan, dan kemakmuran rakyat Khuzestan harus menjadi fokus perhatian pemerintah, bukan protes yang dilakukan oleh orang-orang yang putus asa karena diabaikan selama bertahun-tahun,” katanya.

Pengawas internet NetBlocks melaporkan pemadaman akses web seluler di Khuzestan, pembatasan yang sering diberlakukan oleh pihak berwenang selama protes.

"Amerika Serikat mendesak Iran untuk mengizinkan warga negara untuk menggunakan hak universal mereka atas kebebasan berekspresi, serta secara bebas mengakses informasi online,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter.

Kekeringan parah di Iran telah mempengaruhi rumah tangga, menghancurkan pertanian dan peternakan, serta menyebabkan pemadaman listrik.

Ekonomi negara itu telah dirusak oleh sanksi yang dijatuhkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, dan pandemi. Pekerja, termasuk ribuan di sektor energi penting, dan pensiunan telah memprotes selama berbulan-bulan di tengah ketidakpuasan atas salah urus, pengangguran dan inflasi.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1350 seconds (0.1#10.140)