AS Didesak Membom Negara Komunis Kuba
loading...
A
A
A
Tapi itu bukan hanya Panama, Suarez menjelaskan dalam wawancara Fox News secara terpisah pada hari Selasa—bahwa kedua partai politik AS bisa berada di balik serangan udara terhadap Kuba.
"Sama seperti pemerintahan Bush dari Partai Republik menyingkirkan Noriega, Anda memiliki intervensi oleh presiden Demokrat yang menyingkirkan Osama bin Laden di Pakistan. Dan Presiden Clinton di Kosovo melakukan intervensi dalam masalah kemanusiaan dengan serangan udara. Jadi ada banyak, banyak peluang dalam sejarah," paparnya.
Komentar wali kota itu kemudian dipotong oleh pembawa ancara Fox News; Maria McCallum, yang tidak percaya, yang bertanya apakah dia benar-benar menyarankan serangan udara di Kuba. Suarez tidak memanfaatkan kesempatan untuk mundur, mengatakan kepadanya bahwa intervensi militer harus dilakukan.
"Pilihan itu adalah salah satu yang harus dieksplorasi dan tidak dapat dibuang sebagai salah satu yang tidak ada di atas meja," katanya.
Suarez dengan keras menentang upaya apa pun oleh pemerintahan Joe Biden untuk melonggarkan embargo yang telah mencegah negara-negara lain mengirim bantuan ke negara kepulauan itu sejak 1960, bersikeras bahwa pemerintah Kuba akan menggunakan uang yang masuk untuk melawan Washington.
“Mereka ingin bisa menyalahkan AS atas sistem pemerintahan mereka yang gagal,” ujar wali kota tersebut.
“Apa pun yang kami lakukan untuk membantu pulau itu pada akhirnya menjadi bahan bakar bagi mereka untuk menindas warganya,” keluhnya.
Dia memperluas subjek dalam wawancara lainnya, dengan alasan bahwa embargo itu tidak "kejam" sambil menyarankan bahwa pemerintah Kuba sendiri—bukan blokade yang diberlakukan Washington di pulau itu—yang harus disalahkan atas keadaan ekonominya.
Sementara koalisi besar anti-Castro di Miami telah berbaris dalam "solidaritas" dengan para pengunjuk rasa di Havana selama akhir pekan. Kendati demikian, sebagian dari mereka melalui media sosial tidak setuju dengan seruan agar AS membom Kuba.
“Kirim makanan, obat-obatan, insinyur, dan pekerja sosial...bukan tentara. Mari kita lakukan invasi damai sekali saja,” tulis seorang pendukung Biden di Twitter dengan akun @quakerorts, seperti dikutip Russia Today, kemarin.
"Sama seperti pemerintahan Bush dari Partai Republik menyingkirkan Noriega, Anda memiliki intervensi oleh presiden Demokrat yang menyingkirkan Osama bin Laden di Pakistan. Dan Presiden Clinton di Kosovo melakukan intervensi dalam masalah kemanusiaan dengan serangan udara. Jadi ada banyak, banyak peluang dalam sejarah," paparnya.
Komentar wali kota itu kemudian dipotong oleh pembawa ancara Fox News; Maria McCallum, yang tidak percaya, yang bertanya apakah dia benar-benar menyarankan serangan udara di Kuba. Suarez tidak memanfaatkan kesempatan untuk mundur, mengatakan kepadanya bahwa intervensi militer harus dilakukan.
"Pilihan itu adalah salah satu yang harus dieksplorasi dan tidak dapat dibuang sebagai salah satu yang tidak ada di atas meja," katanya.
Suarez dengan keras menentang upaya apa pun oleh pemerintahan Joe Biden untuk melonggarkan embargo yang telah mencegah negara-negara lain mengirim bantuan ke negara kepulauan itu sejak 1960, bersikeras bahwa pemerintah Kuba akan menggunakan uang yang masuk untuk melawan Washington.
“Mereka ingin bisa menyalahkan AS atas sistem pemerintahan mereka yang gagal,” ujar wali kota tersebut.
“Apa pun yang kami lakukan untuk membantu pulau itu pada akhirnya menjadi bahan bakar bagi mereka untuk menindas warganya,” keluhnya.
Dia memperluas subjek dalam wawancara lainnya, dengan alasan bahwa embargo itu tidak "kejam" sambil menyarankan bahwa pemerintah Kuba sendiri—bukan blokade yang diberlakukan Washington di pulau itu—yang harus disalahkan atas keadaan ekonominya.
Sementara koalisi besar anti-Castro di Miami telah berbaris dalam "solidaritas" dengan para pengunjuk rasa di Havana selama akhir pekan. Kendati demikian, sebagian dari mereka melalui media sosial tidak setuju dengan seruan agar AS membom Kuba.
“Kirim makanan, obat-obatan, insinyur, dan pekerja sosial...bukan tentara. Mari kita lakukan invasi damai sekali saja,” tulis seorang pendukung Biden di Twitter dengan akun @quakerorts, seperti dikutip Russia Today, kemarin.