'Gagal', Militer AS dan Norwegia Hentikan Eksperimen pada Ikan Paus

Selasa, 29 Juni 2021 - 18:56 WIB
loading...
Gagal, Militer AS dan...
Militer Amerika Serikat (AS) dan Norwegia menghentikan eksperimen kontroversial terhadap ikan paus. Foto/Ist
A A A
OSLO - Militer Amerika Serikat (AS) dan Norwegia menghentikan eksperimen kontroversial terhadap ikan paus. Dalam eksperimen itu para peneliti akan mengurung selusin paus Minke untuk menguji pendengaran mereka.

Proyek yang bertujuan untuk mengetahui jenis suara luar apa yang dapat mengganggu paus memicu tentangan sengit dari para aktivis hak-hak binatang, namun diberi izin dari Otoritas Keamanan Pangan Norwegia.

Namun, setelah hampir tiga minggu, para peneliti sekarang menghentikan penelitian lebih lanjut tanpa hasil apa pun. Para peneliti hanya berhasil menangkap paus saja, namun, dua di antaranya tampak terlalu besar untuk alat uji dan salah satunya berhasil menemukan lubang di kandang dan melarikan diri.

Meski demikian, Lembaga Penelitian Angkatan Bersenjata Norwegia menolak untuk mengakui bahwa proyek tersebut telah gagal.

"Kami belum mencapai garis finis. Itu juga bukan tujuan proyek tahun ini. Rencananya akan berlanjut hingga tahun depan. Kami telah menempuh perjalanan jauh dan belajar banyak", kepala Petter Kvadsheim, peneliti Norwegian Defense Research Establishment.

Para peneliti memiliki teori bahwa suara dapat menakut-nakuti hewan dari area penggembalaan. Hewan juga bisa sangat ketakutan sehingga mereka berenang terlalu cepat ke permukaan.

Sebagian besar tingkat kebisingan saat ini di laut berasal dari kapal, industri dan Angkatan Laut. Bagi mamalia laut, suara merupakan indera yang penting. Dengan membuat suara dan mendengarkan, mereka menavigasi dan berkomunikasi satu sama lain.

“Ketika kita manusia melakukan operasi militer, menavigasi lalu lintas kapal atau mencari minyak dan gas, kita membuat banyak kebisingan, yang mengganggu paus," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (29/6/2021).

"Maka penting kita mengatur kebisingan dengan cara sebaik mungkin agar kita mendapatkan yang paling sedikit. kemungkinan efek negatif," sambung Kvadsheim.

Melalui stimulasi frekuensi terendah, para peneliti berharap untuk melihat betapa sedikit suara yang dibutuhkan sebelum paus merasakannya. Elektroda dipasang pada kepala dan tubuh paus menggunakan cangkir hisap. Sinyal yang dikirim antara telinga dan otak akan memberi peneliti indikasi suara apa yang didengar paus.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1296 seconds (0.1#10.140)