Analis: Warga Afghanistan, sebagai Korban Perang AS akan Tetap Menderita Setelah Penarikan Pasukan
loading...
A
A
A
KABUL - Warga Afghanistan , sebagai korban dari apa yang disebut perang melawan teror yang dipimpin Amerika Serikat (AS), akan terus menderita setelah penarikan pasukan AS dari negara itu. AS dijadwalkan akan merampungkan penarikan pasukan pada 11 September 2021 mendatang.
"Rakyat Afghanistan sebagai korban dari apa yang disebut perang melawan teror yang dipimpin AS telah menderita dalam perang selama 20 tahun, dan akan terus menderita, bahkan setelah pasukan ditarik keluar karena para militan masih sangat aktif," kata analis Afghanistan, Nazari Pariani.
Pariani menuturkan, AS dan negara-negara sekutunya menginvasi rezim Taliban di Afghanistan dengan alasan negara itu menyediakan perlindungan bagi pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden, dan menggulingkan pemerintahan Taliban. Tetapi, ucapnya, operasi itu tidak mengurangi kemampuan Taliban, maupun al-Qaeda
Dia menggambarkan penarikan pasukan AS pada tahap ini sebagai tidak bertanggung jawab, karena dilakukan ketika para militan masih aktif dan pertempuran terus berlanjut.
"Fase pertama perang berakhir dengan penarikan pasukan dan fase perang berikutnya akan lebih berbahaya dan Afghanistan tidak akan merangkul perdamaian dalam waktu dekat," ucapnya, seperti dilansir Xinhua.
Dirinya mengaku meragukan pernyataan Presiden AS, Joe Biden bahwa Washington telah mencapai tujuannya, yaitu menghukum Osama dan menghancurkan jaringan al-Qaeda. Di mana, menurutnya, tidak perlu perang yang mahal dan melancarkan invasi militer di negara miskin seperti Afghanistan.
"Membunuh Osama dan menghancurkan kelompok teror adalah tujuan kecil yang tidak pernah mengharuskan melancarkan perang yang mahal dan terpanjang dalam sejarah AS. Tujuan AS seharusnya lebih besar daripada yang dinyatakan oleh Washington," ujarnya.
"Pertempuran terus berlanjut dan al-Qaeda serta kelompok yang berpikiran sama aktif di Afghanistan dan perang brutal merenggut nyawa warga Afghanistan setiap hari," sambungnya.
"Rakyat Afghanistan sebagai korban dari apa yang disebut perang melawan teror yang dipimpin AS telah menderita dalam perang selama 20 tahun, dan akan terus menderita, bahkan setelah pasukan ditarik keluar karena para militan masih sangat aktif," kata analis Afghanistan, Nazari Pariani.
Pariani menuturkan, AS dan negara-negara sekutunya menginvasi rezim Taliban di Afghanistan dengan alasan negara itu menyediakan perlindungan bagi pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden, dan menggulingkan pemerintahan Taliban. Tetapi, ucapnya, operasi itu tidak mengurangi kemampuan Taliban, maupun al-Qaeda
Dia menggambarkan penarikan pasukan AS pada tahap ini sebagai tidak bertanggung jawab, karena dilakukan ketika para militan masih aktif dan pertempuran terus berlanjut.
"Fase pertama perang berakhir dengan penarikan pasukan dan fase perang berikutnya akan lebih berbahaya dan Afghanistan tidak akan merangkul perdamaian dalam waktu dekat," ucapnya, seperti dilansir Xinhua.
Dirinya mengaku meragukan pernyataan Presiden AS, Joe Biden bahwa Washington telah mencapai tujuannya, yaitu menghukum Osama dan menghancurkan jaringan al-Qaeda. Di mana, menurutnya, tidak perlu perang yang mahal dan melancarkan invasi militer di negara miskin seperti Afghanistan.
"Membunuh Osama dan menghancurkan kelompok teror adalah tujuan kecil yang tidak pernah mengharuskan melancarkan perang yang mahal dan terpanjang dalam sejarah AS. Tujuan AS seharusnya lebih besar daripada yang dinyatakan oleh Washington," ujarnya.
"Pertempuran terus berlanjut dan al-Qaeda serta kelompok yang berpikiran sama aktif di Afghanistan dan perang brutal merenggut nyawa warga Afghanistan setiap hari," sambungnya.