Indonesia Kerahkan ‘Pasukan Setan’, Benny Wenda ‘Merengek’ pada Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia mengerahkan “Pasukan Setan” ke Papua Barat. Pentolan separatis, Benny Wenda , ”merengek” pada dunia internasional dengan menyebut Indonesia segera melakukan tindakan keras besar-besaran.
“Pasukan Setan”—sebutan untuk Pasukan Yonif 315/Garuda yang bermarkas di Ciomas Bogor—dikerahkan setelah seorang jenderal intelijen gugur ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua Barat. Kelompok bersenjata itu, oleh pemerintah Indonesia, telah dilabeli sebagai kelompok teroris.
Benny Wenda, pentolan separatis yang bersembunyi di Oxford, Inggris, dan dideklarsikan sebagai presiden sementara United Liberation Movement of West Papua (ULMWP), mengatakan dalam sebuah pernyataan kemarin bahwa memutus internet adalah pengulangan dari pemberontakan "Papua spring" pada Agustus-September 2019.
Dia mengeklaim situasinya sedang berkembang sebagai "operasi militer terbesar sejak akhir 1970-an".
“Saya mengeluarkan peringatan mendesak ini [kepada] dunia—operasi militer besar-besaran Indonesia, beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, akan segera terjadi di Papua Barat,” kata Wenda.
"Internet sedang diputus, ratusan pasukan lagi dikerahkan, dan kami menerima laporan bahwa warga sipil Papua Barat melarikan diri dari desa mereka di Kabupaten Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Nduga,” ujarnya, seperti dikutip Asia Pacific Report, Rabu (5/5/2021).
Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan Panglima TNI dan Kepala Polri untuk mengejar dan menangkap seluruh anggota KKB Papua Barat. Perintah "tindakan keras" ini dikeluarkan setelah Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN) Daerah Papua, Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Karya Nugraha gugur ditembak kelompok separatis bersenjata.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan akan “membahas masalah HAM nanti” setelah menumpas KKB Papua Barat.
Sekitar 400 tentara “Pasukan Setan” dikerahkan ke Kabupaten Nduga.
Laporan terbaru mengatakan lebih dari 21.000 tentara Indonesia telah dikerahkan ke wilayah Papua Barat dalam tiga tahun terakhir.
Benny Wenda resah dengan tindakan tegas militer Indonesia.
“Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), pasukan elite TNI AL sedang dikerahkan. Saya sendiri menyaksikan akibat dari operasi militer ini ketika saya masih kecil, melihat desa saya dibom dan keluarga saya terbunuh,” katanya.
“Saya harus melarikan diri dan hidup di hutan selama enam tahun. Itu membuat hati saya menangis karena ini akan terjadi pada lebih banyak orang lagi.“
Pentolan separatis ini menolak label teroris untuk KKB Papua Barat.
“Mereka yang di Papua Barat yang mengangkat senjata bukanlah teroris. Mereka tidak terhubung dengan ideologi agama atau jaringan pendanaan internasional,” kata Wenda.
“Mereka hanya mempertahankan tanah mereka dari penjajah ilegal. Mereka memiliki sedikit pengetahuan tentang dunia luar, mereka bertempur tanpa alas kaki untuk membela rakyat mereka dari militer modern.”
“Mungkin beberapa ratus dari mereka menghadapi pasukan yang terdiri lebih dari 20.000 tentara, termasuk Densus 88, yang dilatih cara membunuh rakyat saya selama bertahun-tahun oleh Barat,” imbuh dia.
“Ini adalah seruan saya kepada dunia, kepada PBB, kepada Forum Kepulauan Pasifik, kepada para pemimpin Melanesia, kepada Organisasi Negara-negara Afrika, Karibia dan Pasifik (ACP), dan kepada pemerintah Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda dan AS.”
“Kami akan menyaksikan pembantaian lain di Papua Barat. Anda memiliki kekuatan untuk campur tangan dan membantu kami menemukan solusi damai untuk krisis,” ujarnya.
Versi pemerintah Indonesia, KKB Papua Barat-lah yang terus-terusan melakukan tindakan teror.
Baru-baru ini, KKB yang juga dikenal dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) membakar bangunan SD Inpres Mayuberi, dua unit rumah dinas guru, dan Puskesmas lama Ilaga Utara di Kampung Mayuberi, Distrik Ilaga Utara. Selain itu OPM juga merusak fasilitas jalan dan jembatan berupa Jembatan Kimak, Jalan Tagaloa dan Jalan Wuloni (Pintu Angin).
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal menjelaskan, berdasarkan laporan tersebut aksi pembakaran dilakukan pada Minggu 2 Mei 2021 sekitar pukul 22.30 WIT.
Pembakaran awalnya diketahui Kepala Distrik Ilaga Utara, Joni Elatotagam yang kemudian dilaporkan ke Satreskrim Polresta Puncak pada Senin (3/5/2021). "Dalam laporannya, dia menyatakan melihat asap hitam tebal di Kampung Mayuberi. Saat itu Joni Elatotagam sedang berada di Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten sekitar pukul 23.00 WIT," kata Kabid Humas dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews.com.
Dia menjelaskan bahwa KKB OPM membakar lima ruang kelas dan rumah dinas guru SD di Kampung Mayuberi, gedung rumah Puskesmas Lama yang digunakan masyarakat sebagai kios sementara.
"Selain itu, KKP OPM yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah sejak Kamis (29/4/2021) juga merusak Jalan Tagola, Jalan Wuloni (Pintu Air) dan Jembatan Kimak," paparnya.
“Pasukan Setan”—sebutan untuk Pasukan Yonif 315/Garuda yang bermarkas di Ciomas Bogor—dikerahkan setelah seorang jenderal intelijen gugur ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua Barat. Kelompok bersenjata itu, oleh pemerintah Indonesia, telah dilabeli sebagai kelompok teroris.
Benny Wenda, pentolan separatis yang bersembunyi di Oxford, Inggris, dan dideklarsikan sebagai presiden sementara United Liberation Movement of West Papua (ULMWP), mengatakan dalam sebuah pernyataan kemarin bahwa memutus internet adalah pengulangan dari pemberontakan "Papua spring" pada Agustus-September 2019.
Dia mengeklaim situasinya sedang berkembang sebagai "operasi militer terbesar sejak akhir 1970-an".
“Saya mengeluarkan peringatan mendesak ini [kepada] dunia—operasi militer besar-besaran Indonesia, beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, akan segera terjadi di Papua Barat,” kata Wenda.
"Internet sedang diputus, ratusan pasukan lagi dikerahkan, dan kami menerima laporan bahwa warga sipil Papua Barat melarikan diri dari desa mereka di Kabupaten Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Nduga,” ujarnya, seperti dikutip Asia Pacific Report, Rabu (5/5/2021).
Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan Panglima TNI dan Kepala Polri untuk mengejar dan menangkap seluruh anggota KKB Papua Barat. Perintah "tindakan keras" ini dikeluarkan setelah Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN) Daerah Papua, Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Karya Nugraha gugur ditembak kelompok separatis bersenjata.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan akan “membahas masalah HAM nanti” setelah menumpas KKB Papua Barat.
Sekitar 400 tentara “Pasukan Setan” dikerahkan ke Kabupaten Nduga.
Laporan terbaru mengatakan lebih dari 21.000 tentara Indonesia telah dikerahkan ke wilayah Papua Barat dalam tiga tahun terakhir.
Benny Wenda resah dengan tindakan tegas militer Indonesia.
“Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), pasukan elite TNI AL sedang dikerahkan. Saya sendiri menyaksikan akibat dari operasi militer ini ketika saya masih kecil, melihat desa saya dibom dan keluarga saya terbunuh,” katanya.
“Saya harus melarikan diri dan hidup di hutan selama enam tahun. Itu membuat hati saya menangis karena ini akan terjadi pada lebih banyak orang lagi.“
Pentolan separatis ini menolak label teroris untuk KKB Papua Barat.
“Mereka yang di Papua Barat yang mengangkat senjata bukanlah teroris. Mereka tidak terhubung dengan ideologi agama atau jaringan pendanaan internasional,” kata Wenda.
“Mereka hanya mempertahankan tanah mereka dari penjajah ilegal. Mereka memiliki sedikit pengetahuan tentang dunia luar, mereka bertempur tanpa alas kaki untuk membela rakyat mereka dari militer modern.”
“Mungkin beberapa ratus dari mereka menghadapi pasukan yang terdiri lebih dari 20.000 tentara, termasuk Densus 88, yang dilatih cara membunuh rakyat saya selama bertahun-tahun oleh Barat,” imbuh dia.
“Ini adalah seruan saya kepada dunia, kepada PBB, kepada Forum Kepulauan Pasifik, kepada para pemimpin Melanesia, kepada Organisasi Negara-negara Afrika, Karibia dan Pasifik (ACP), dan kepada pemerintah Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda dan AS.”
“Kami akan menyaksikan pembantaian lain di Papua Barat. Anda memiliki kekuatan untuk campur tangan dan membantu kami menemukan solusi damai untuk krisis,” ujarnya.
Versi pemerintah Indonesia, KKB Papua Barat-lah yang terus-terusan melakukan tindakan teror.
Baru-baru ini, KKB yang juga dikenal dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) membakar bangunan SD Inpres Mayuberi, dua unit rumah dinas guru, dan Puskesmas lama Ilaga Utara di Kampung Mayuberi, Distrik Ilaga Utara. Selain itu OPM juga merusak fasilitas jalan dan jembatan berupa Jembatan Kimak, Jalan Tagaloa dan Jalan Wuloni (Pintu Angin).
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal menjelaskan, berdasarkan laporan tersebut aksi pembakaran dilakukan pada Minggu 2 Mei 2021 sekitar pukul 22.30 WIT.
Pembakaran awalnya diketahui Kepala Distrik Ilaga Utara, Joni Elatotagam yang kemudian dilaporkan ke Satreskrim Polresta Puncak pada Senin (3/5/2021). "Dalam laporannya, dia menyatakan melihat asap hitam tebal di Kampung Mayuberi. Saat itu Joni Elatotagam sedang berada di Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten sekitar pukul 23.00 WIT," kata Kabid Humas dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews.com.
Dia menjelaskan bahwa KKB OPM membakar lima ruang kelas dan rumah dinas guru SD di Kampung Mayuberi, gedung rumah Puskesmas Lama yang digunakan masyarakat sebagai kios sementara.
"Selain itu, KKP OPM yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah sejak Kamis (29/4/2021) juga merusak Jalan Tagola, Jalan Wuloni (Pintu Air) dan Jembatan Kimak," paparnya.
(min)