Beredar Video Wanita Afghanistan Memohon Ampun Dicambuk Taliban 40 Kali
loading...
A
A
A
KABUL - Sebuah rekaman video yang memperlihatan seorang wanita Afghanistan memohon ampun saat dicambuk 40 kali oleh Taliban muncul di jagad maya. Kemunculan video ini memicu ketakutan di warga Afghanistan akan kondisi negara itu ketika Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (27/4/2021), wanita itu dicambuk karena dilapokan berbicara dengan seorang pria via telepon. Sejumlah pria menyaksikan ketika hukuman dijatuhkan saat penduduk desa beralih mendukung Taliban untuk menegakkan keadilan, tidak percaya dengan pemerintah di Kabul yang dianggap ompong.
Rekaman terhadap peristiwa yang terjadi di desa di luar Haftgola, Herat, di barat laut Afghanistan itu muncul di Facebook pada 13 April tetapi diperkirakan berasal dari akhir tahun lalu, menurut France 24.
Video tersebut memperlihatkan wanita yang menjadi pesakitan itu digiring ke dalam lingkaran yang dibentuk oleh puluhan pria yang menonton untuk menerima hukuman yang dijatuhkan oleh tiga tetua Taliban.
Video yang diambil menggunakan ponsel pintar itu menunjukkan wanita tersebut digiring ke dalam lingkaran oleh seorang pria berjanggut putih, salah satu tetua setempat.
Pria itu, bersama dengan dua tetua lainnya, yang bertindak sebagai hakim yang memproklamirkan diri dan menjatuhkan hukuman untuk 'hubungan tidak bermoral' wanita itu.
Seorang pria pertama-tama mengambil cambuk sebelum menyerahkan kepada yang lain yang tampaknya mencambuk wanita itu lebih keras saat dia memohon belas kasihan.
"Saya bertobat, ini salah saya, saya mengacau," teriak wanita itu sambil menggeliat di bawah burqanya.
France 24 melaporkan pemuda yang berbicara dengan wanita itu melalui telepon juga ditangkap dan ditahan di sel penjara pada saat rekaman itu direkam.
Kemunculan video ini berfungsi untuk menggarisbawahi kekuatan yang masih dimiliki Taliban di negara itu meskipun Washington telah melakukan intervensi militer selama dua dekade dan triliunan dolar dikucurkan untuk meningkatkan kehidupan.
Presiden AS Joe Biden pada awal bulan ini mengumumkan rencananya untuk menarik 2.500 tentara AS yang tersisa pada 11 September, bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan 9/11.
Keputusan sepihak ini mengabaikan tanggal yang ditetapkan oleh Taliban dan pemerintah Afghanistan dalam Perjanjian Doha pada Februari tahun lalu menyusul pembicaraan damai yang ditengahi oleh Washington. Menurut perjanjian itu, pasukan AS dan sekutunya NATO harus menarik diri dari Afghanistan dalam waktu 14 bulan, pada 1 Mei 2021, asalkan kedua pihak menjunjung tinggi sisi perjanjian mereka.
Garis waktu baru yang ditetapkan Biden hingga September membuat geram Taliban yang kini berusaha menjauhkan diri dari dorongan pimpinan AS untuk perdamaian.
Kelompok itu mengatakan awal bulan ini bahwa delegasinya tidak akan lagi melakukan perjalanan ke Turki untuk konferensi perdamaian yang dimaksudkan untuk memulai negosiasi.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan mereka yang bertanggung jawab untuk menunda pemindahan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan akan 'dimintai pertanggungjawaban'.
"Jika perjanjian (Doha) dilanggar dan pasukan asing gagal keluar dari negara kami pada tanggal yang ditentukan, masalah pasti akan bertambah dan mereka yang gagal mematuhi perjanjian akan dimintai pertanggungjawaban," tulis Mujahid di Twitter.
Berita tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa Taliban akan melancarkan serangan musim semi, peningkatan serangan yang biasanya terjadi saat cuaca semakin hangat.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (27/4/2021), wanita itu dicambuk karena dilapokan berbicara dengan seorang pria via telepon. Sejumlah pria menyaksikan ketika hukuman dijatuhkan saat penduduk desa beralih mendukung Taliban untuk menegakkan keadilan, tidak percaya dengan pemerintah di Kabul yang dianggap ompong.
Rekaman terhadap peristiwa yang terjadi di desa di luar Haftgola, Herat, di barat laut Afghanistan itu muncul di Facebook pada 13 April tetapi diperkirakan berasal dari akhir tahun lalu, menurut France 24.
Video tersebut memperlihatkan wanita yang menjadi pesakitan itu digiring ke dalam lingkaran yang dibentuk oleh puluhan pria yang menonton untuk menerima hukuman yang dijatuhkan oleh tiga tetua Taliban.
Video yang diambil menggunakan ponsel pintar itu menunjukkan wanita tersebut digiring ke dalam lingkaran oleh seorang pria berjanggut putih, salah satu tetua setempat.
Pria itu, bersama dengan dua tetua lainnya, yang bertindak sebagai hakim yang memproklamirkan diri dan menjatuhkan hukuman untuk 'hubungan tidak bermoral' wanita itu.
Seorang pria pertama-tama mengambil cambuk sebelum menyerahkan kepada yang lain yang tampaknya mencambuk wanita itu lebih keras saat dia memohon belas kasihan.
"Saya bertobat, ini salah saya, saya mengacau," teriak wanita itu sambil menggeliat di bawah burqanya.
France 24 melaporkan pemuda yang berbicara dengan wanita itu melalui telepon juga ditangkap dan ditahan di sel penjara pada saat rekaman itu direkam.
Kemunculan video ini berfungsi untuk menggarisbawahi kekuatan yang masih dimiliki Taliban di negara itu meskipun Washington telah melakukan intervensi militer selama dua dekade dan triliunan dolar dikucurkan untuk meningkatkan kehidupan.
Presiden AS Joe Biden pada awal bulan ini mengumumkan rencananya untuk menarik 2.500 tentara AS yang tersisa pada 11 September, bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan 9/11.
Keputusan sepihak ini mengabaikan tanggal yang ditetapkan oleh Taliban dan pemerintah Afghanistan dalam Perjanjian Doha pada Februari tahun lalu menyusul pembicaraan damai yang ditengahi oleh Washington. Menurut perjanjian itu, pasukan AS dan sekutunya NATO harus menarik diri dari Afghanistan dalam waktu 14 bulan, pada 1 Mei 2021, asalkan kedua pihak menjunjung tinggi sisi perjanjian mereka.
Garis waktu baru yang ditetapkan Biden hingga September membuat geram Taliban yang kini berusaha menjauhkan diri dari dorongan pimpinan AS untuk perdamaian.
Kelompok itu mengatakan awal bulan ini bahwa delegasinya tidak akan lagi melakukan perjalanan ke Turki untuk konferensi perdamaian yang dimaksudkan untuk memulai negosiasi.
Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan mereka yang bertanggung jawab untuk menunda pemindahan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan akan 'dimintai pertanggungjawaban'.
"Jika perjanjian (Doha) dilanggar dan pasukan asing gagal keluar dari negara kami pada tanggal yang ditentukan, masalah pasti akan bertambah dan mereka yang gagal mematuhi perjanjian akan dimintai pertanggungjawaban," tulis Mujahid di Twitter.
Berita tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa Taliban akan melancarkan serangan musim semi, peningkatan serangan yang biasanya terjadi saat cuaca semakin hangat.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)