India dan Pakistan Gelar Perundingan Rahasia Atasi Kebuntuan Kashmir
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Para perwira tinggi intelijen India dan Pakistan mengadakan perundingan rahasia di Dubai pada Januari untuk menenangkan ketegangan militer di wilayah Kashmir yang disengketakan.
Informasi itu diungkapkan orang-orang yang mengetahui masalah tersebut pada Reuters di Delhi.
Hubungan antara rival bersenjata nuklir itu telah membeku sejak pemboman bunuh diri terhadap konvoi militer India di Kashmir pada 2019.
Para pelaku pengeboman itu diduga militan yang berbasis di Pakistan yang menyebabkan India mengirim pesawat tempur ke Pakistan.
Pada 2020, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mencabut otonomi Kashmir yang diperintah India untuk memperketat cengkeramannya atas wilayah itu.
Langkah India memprovokasi kemarahan di Pakistan dan memicu penurunan hubungan diplomatik serta penangguhan perdagangan bilateral.
“Tetapi kedua pemerintah telah membuka kembali jalur belakang diplomasi untuk peta jalan sederhana normalisasi hubungan selama beberapa bulan ke depan,” ungkap sejumlah sumber.
Kashmir telah lama menjadi titik api antara India dan Pakistan, yang keduanya mengklaim seluruh wilayah itu tetapi hanya menguasai sebagian.
“Pejabat dari Research and Analysis Wing India, badan mata-mata eksternal, dan Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI) melakukan perjalanan ke Dubai untuk pertemuan yang difasilitasi pemerintah Uni Emirat Arab,” papar dua orang sumber.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India tidak menanggapi permintaan komentar. Militer Pakistan, yang mengontrol ISI, juga tidak menanggapi.
Tapi Ayesha Siddiqa, analis pertahanan Pakistan, mengatakan dia yakin pejabat intelijen India dan Pakistan telah bertemu selama beberapa bulan di negara ketiga.
“Saya pikir telah ada pertemuan di Thailand, di Dubai, di London antara orang-orang dengan level tertinggi,” ujar dia.
Pertemuan semacam itu telah terjadi di masa lalu juga, terutama selama masa krisis tetapi tidak pernah diumumkan secara terbuka.
“Ada banyak hal yang masih bisa salah,” papar salah satu orang di Delhi.
“Itulah mengapa tidak ada yang membicarakannya di depan umum, kami bahkan tidak punya nama untuk ini, ini bukan proses perdamaian. Anda bisa menyebutnya re-engagement,” tutur salah satu dari mereka.
Kedua negara memiliki alasan mengupayakan pemulihan hubungan. India telah terkunci dalam kebuntuan perbatasan dengan China sejak tahun lalu dan tidak ingin militer kewalahan menghadapi Pakistan.
Pakistan, sekutu China, terperosok dalam kesulitan ekonomi dan terlibat program bailout IMF.
“Pakistan tidak dapat mengatasi ketegangan yang meningkat di perbatasan Kashmir untuk waktu yang lama,” papar para ahli.
Pakistan juga harus menstabilkan perbatasan Afghanistan di sebelah baratnya saat Amerika Serikat mundur.
“Lebih baik bagi India dan Pakistan untuk berbicara daripada tidak berbicara, dan bahkan lebih baik itu dilakukan secara diam-diam daripada dalam sorotan publisitas,” ungkap Myra MacDonald, mantan jurnalis Reuters yang baru saja menerbitkan buku tentang India, Pakistan dan perang di perbatasan Kashmir.
“Tapi saya tidak melihat itu melampaui manajemen dasar ketegangan, mungkin untuk membawa kedua negara selama periode yang sulit. Pakistan perlu mengatasi penarikan AS dari Afghanistan, sementara India harus menghadapi situasi yang jauh lebih tidak stabil di perbatasan yang disengketakan dengan China," papar dia.
Setelah pertemuan Januari, India dan Pakistan mengumumkan mereka akan menghentikan penembakan lintas batas di sepanjang Garis Kontrol (LoC) yang membagi Kashmir menjadi dua bagian.
“Gencatan senjata itu masih berlaku,” ungkap pejabat militer di kedua negara.
Kedua belah pihak juga mengisyaratkan rencana mengadakan pemilu di wilayah mereka di Kashmir tahun ini sebagai bagian dari upaya membawa keadaan normal ke wilayah yang tercabik pertumpahan darah selama beberapa dekade.
“Keduanya juga setuju menghentikan retorika mereka,” papar orang-orang yang diajak bicara Reuters.
Ini termasuk Pakistan yang mencabut keberatan kerasnya terhadap Modi yang mencabut otonomi Kashmir pada Agustus 2019, sementara Delhi menahan diri untuk tidak menyalahkan Pakistan atas semua kekerasan di sisi Garis Kontrolnya.
Detail ini belum pernah dilaporkan sebelumnya. India telah lama menyalahkan Pakistan atas pemberontakan di Kashmir, tuduhan yang dibantah Pakistan.
"Ada pengakuan akan ada serangan di dalam Kashmir, telah ada diskusi tentang bagaimana menanganinya dan tidak membiarkan upaya ini tergelincir oleh serangan berikutnya," papar salah satu sumber.
Namun, belum ada rencana besar untuk menyelesaikan sengketa Kashmir yang telah berlangsung selama 74 tahun itu.
“Sebaliknya, kedua belah pihak berusaha mengurangi ketegangan untuk membuka jalan bagi keterlibatan yang luas,” papar semua sumber yang diajak bicara Reuters.
"Pakistan sedang transit dari domain geo-strategis ke domain geo-ekonomi," ujar Raoof Hasan, asisten khusus Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, pada Reuters.
“Perdamaian, baik di dalam maupun di sekitar dengan tetangganya, adalah konstituen kunci untuk memfasilitasi itu.”
Informasi itu diungkapkan orang-orang yang mengetahui masalah tersebut pada Reuters di Delhi.
Hubungan antara rival bersenjata nuklir itu telah membeku sejak pemboman bunuh diri terhadap konvoi militer India di Kashmir pada 2019.
Para pelaku pengeboman itu diduga militan yang berbasis di Pakistan yang menyebabkan India mengirim pesawat tempur ke Pakistan.
Pada 2020, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mencabut otonomi Kashmir yang diperintah India untuk memperketat cengkeramannya atas wilayah itu.
Langkah India memprovokasi kemarahan di Pakistan dan memicu penurunan hubungan diplomatik serta penangguhan perdagangan bilateral.
“Tetapi kedua pemerintah telah membuka kembali jalur belakang diplomasi untuk peta jalan sederhana normalisasi hubungan selama beberapa bulan ke depan,” ungkap sejumlah sumber.
Kashmir telah lama menjadi titik api antara India dan Pakistan, yang keduanya mengklaim seluruh wilayah itu tetapi hanya menguasai sebagian.
“Pejabat dari Research and Analysis Wing India, badan mata-mata eksternal, dan Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI) melakukan perjalanan ke Dubai untuk pertemuan yang difasilitasi pemerintah Uni Emirat Arab,” papar dua orang sumber.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India tidak menanggapi permintaan komentar. Militer Pakistan, yang mengontrol ISI, juga tidak menanggapi.
Tapi Ayesha Siddiqa, analis pertahanan Pakistan, mengatakan dia yakin pejabat intelijen India dan Pakistan telah bertemu selama beberapa bulan di negara ketiga.
“Saya pikir telah ada pertemuan di Thailand, di Dubai, di London antara orang-orang dengan level tertinggi,” ujar dia.
Pertemuan semacam itu telah terjadi di masa lalu juga, terutama selama masa krisis tetapi tidak pernah diumumkan secara terbuka.
“Ada banyak hal yang masih bisa salah,” papar salah satu orang di Delhi.
“Itulah mengapa tidak ada yang membicarakannya di depan umum, kami bahkan tidak punya nama untuk ini, ini bukan proses perdamaian. Anda bisa menyebutnya re-engagement,” tutur salah satu dari mereka.
Kedua negara memiliki alasan mengupayakan pemulihan hubungan. India telah terkunci dalam kebuntuan perbatasan dengan China sejak tahun lalu dan tidak ingin militer kewalahan menghadapi Pakistan.
Pakistan, sekutu China, terperosok dalam kesulitan ekonomi dan terlibat program bailout IMF.
“Pakistan tidak dapat mengatasi ketegangan yang meningkat di perbatasan Kashmir untuk waktu yang lama,” papar para ahli.
Pakistan juga harus menstabilkan perbatasan Afghanistan di sebelah baratnya saat Amerika Serikat mundur.
“Lebih baik bagi India dan Pakistan untuk berbicara daripada tidak berbicara, dan bahkan lebih baik itu dilakukan secara diam-diam daripada dalam sorotan publisitas,” ungkap Myra MacDonald, mantan jurnalis Reuters yang baru saja menerbitkan buku tentang India, Pakistan dan perang di perbatasan Kashmir.
“Tapi saya tidak melihat itu melampaui manajemen dasar ketegangan, mungkin untuk membawa kedua negara selama periode yang sulit. Pakistan perlu mengatasi penarikan AS dari Afghanistan, sementara India harus menghadapi situasi yang jauh lebih tidak stabil di perbatasan yang disengketakan dengan China," papar dia.
Setelah pertemuan Januari, India dan Pakistan mengumumkan mereka akan menghentikan penembakan lintas batas di sepanjang Garis Kontrol (LoC) yang membagi Kashmir menjadi dua bagian.
“Gencatan senjata itu masih berlaku,” ungkap pejabat militer di kedua negara.
Kedua belah pihak juga mengisyaratkan rencana mengadakan pemilu di wilayah mereka di Kashmir tahun ini sebagai bagian dari upaya membawa keadaan normal ke wilayah yang tercabik pertumpahan darah selama beberapa dekade.
“Keduanya juga setuju menghentikan retorika mereka,” papar orang-orang yang diajak bicara Reuters.
Ini termasuk Pakistan yang mencabut keberatan kerasnya terhadap Modi yang mencabut otonomi Kashmir pada Agustus 2019, sementara Delhi menahan diri untuk tidak menyalahkan Pakistan atas semua kekerasan di sisi Garis Kontrolnya.
Detail ini belum pernah dilaporkan sebelumnya. India telah lama menyalahkan Pakistan atas pemberontakan di Kashmir, tuduhan yang dibantah Pakistan.
"Ada pengakuan akan ada serangan di dalam Kashmir, telah ada diskusi tentang bagaimana menanganinya dan tidak membiarkan upaya ini tergelincir oleh serangan berikutnya," papar salah satu sumber.
Namun, belum ada rencana besar untuk menyelesaikan sengketa Kashmir yang telah berlangsung selama 74 tahun itu.
“Sebaliknya, kedua belah pihak berusaha mengurangi ketegangan untuk membuka jalan bagi keterlibatan yang luas,” papar semua sumber yang diajak bicara Reuters.
"Pakistan sedang transit dari domain geo-strategis ke domain geo-ekonomi," ujar Raoof Hasan, asisten khusus Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, pada Reuters.
“Perdamaian, baik di dalam maupun di sekitar dengan tetangganya, adalah konstituen kunci untuk memfasilitasi itu.”
(sya)