Ketegangan Militer Rusia-Ukraina, Apa yang Sebenarnya Terjadi

Selasa, 13 April 2021 - 16:00 WIB
loading...
A A A
Pada April 2014, tepat setelah aneksasi Krimea oleh Rusia, separatis pro-Rusia merebut sebagian besar wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur. Sebelumnya, demonstrasi pro-Barat berbulan-bulan di ibu kota Ukraina, Kyiv, telah memaksa keluar presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych.

Dikenal sebagai Donbas, zona konfliknya sebagian besar berbahasa Rusia, dan sekarang banyak penduduknya memiliki paspor Rusia. Presiden Putin mengatakan Rusia akan membela warga Rusia di luar negeri, jika mereka terlihat berisiko.

Hubungan Rusia-Ukraina sekarang sudah pasti bermusuhan, tetapi ini bukan perang habis-habisan. Ada bentrokan sporadis di garis depan Donbas.

Penggunaan pasukan khusus GRU, perang dunia maya, dan propaganda dalam konflik ini dan lainnya dikenal sebagai "perang hibrida" - bukan perang panas, tetapi juga bukan konflik beku. Laporan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Kongres tahun lalu menyoroti peran GRU.



Ada pertempuran besar-besaran pada 2014, sebelum gencatan senjata pada 2015. Ada beberapa pertukaran tahanan sejak itu.

Lebih dari 13.000 orang tewas dalam konflik tersebut. Ukraina mengatakan 26 tentaranya telah tewas di Donbas sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 50 pada tahun 2020. Para separatis mengatakan lebih dari 20 tentaranya telah tewas tahun ini.

Mengapa Rusia sekarang mengancam Ukraina lagi?
Analis Rusia-Ukraina termasuk Pavel Felgengauer dan James Sherr mencatat beberapa faktor yang memperburuk ketegangan.

Pada bulan Februari, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjatuhkan sanksi pada Viktor Medvedchuk, seorang oligarki Ukraina yang kuat dan teman Presiden Putin. Ukraina juga melarang siaran tiga stasiun TV pro-Rusia.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1258 seconds (0.1#10.140)