Belum Diajukan, Iran Tolak Mentah-mentah Proposal Perjanjian AS
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran telah mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan membatasi program nuklirnya sampai Washington mencabut sanksi sepihaknya. Ini adalah teguran yang jelas terhadap proposal perjanjian nuklir baru yang sedang disiapkan oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden .
Menurut outlet media Politico, mengutip pejabat yang mengetahui proposal itu, Presiden Joe Biden memberikan sentuhan terakhir pada tawaran ke Teheran yang akan memberikan bantuan dari sanksi AS. Sebagai gantinya, Iran akan diminta untuk menghentikan beberapa pengembangan nuklirnya, termasuk pekerjaan sentrifugal canggih dan pengayaan uranium hingga kemurnian 20%.
Namun proposal tawaran yang dilaporkan itu telah mendapat sambutan yang dingin di Teheran. Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Press TV bahwa Iran akan menghentikan 20% pengayaan nuklirnya hanya jika AS pertama-tama mengakhiri semua sanksi yang dikenakan pada Republik Islam itu. Pejabat itu memperingatkan bahwa Teheran akan mengurangi komitmennya di bawah perjanjian nuklir 2015 jika Washington menolak untuk mencabut pembatasan ekonomi. Ia juga memperingatkan bahwa waktu hampir habis bagi AS untuk membalikkan arah.
Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan tanggapan serupa untuk kesepakatan baru Biden yang dilaporkan itu.
“Tidak ada proposal yang dibutuhkan AS untuk bergabung kembali dengan JCPOA. Ini hanya membutuhkan keputusan politik oleh AS untuk sepenuhnya dan segera melaksanakan semua kewajibannya,” tulis misi diplomatik Iran dalam sebuah tweet seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (30/3/2021).
Di bawah Donald Trump, Washington secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang memberikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran. Pemerintahan Trump kemudian secara sepihak memberlakukan kembali pembatasan ekonomi di Republik Islam, mendorong Teheran untuk mengurangi komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan tersebut.
Pemerintah AS yang baru telah menawarkan untuk bergabung dengan Eropa, China, dan Rusia untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut, tetapi sejauh ini Teheran telah menolak tawaran tersebut. Iran menegaskan bahwa sanksi harus dicabut sebelum kembali ke meja perundingan.
Teheran semakin lelah dengan Washington sejak Trump menarik diri dari kesepakatan pada 2018. Awal bulan ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran tidak percaya pada janji-janji Washington, dan hanya pencabutan sanksi secara penuh akan memulihkan niat baik antara kedua bangsa.
Menurut outlet media Politico, mengutip pejabat yang mengetahui proposal itu, Presiden Joe Biden memberikan sentuhan terakhir pada tawaran ke Teheran yang akan memberikan bantuan dari sanksi AS. Sebagai gantinya, Iran akan diminta untuk menghentikan beberapa pengembangan nuklirnya, termasuk pekerjaan sentrifugal canggih dan pengayaan uranium hingga kemurnian 20%.
Namun proposal tawaran yang dilaporkan itu telah mendapat sambutan yang dingin di Teheran. Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Press TV bahwa Iran akan menghentikan 20% pengayaan nuklirnya hanya jika AS pertama-tama mengakhiri semua sanksi yang dikenakan pada Republik Islam itu. Pejabat itu memperingatkan bahwa Teheran akan mengurangi komitmennya di bawah perjanjian nuklir 2015 jika Washington menolak untuk mencabut pembatasan ekonomi. Ia juga memperingatkan bahwa waktu hampir habis bagi AS untuk membalikkan arah.
Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan tanggapan serupa untuk kesepakatan baru Biden yang dilaporkan itu.
“Tidak ada proposal yang dibutuhkan AS untuk bergabung kembali dengan JCPOA. Ini hanya membutuhkan keputusan politik oleh AS untuk sepenuhnya dan segera melaksanakan semua kewajibannya,” tulis misi diplomatik Iran dalam sebuah tweet seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (30/3/2021).
Di bawah Donald Trump, Washington secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang memberikan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran. Pemerintahan Trump kemudian secara sepihak memberlakukan kembali pembatasan ekonomi di Republik Islam, mendorong Teheran untuk mengurangi komitmennya sendiri berdasarkan kesepakatan tersebut.
Pemerintah AS yang baru telah menawarkan untuk bergabung dengan Eropa, China, dan Rusia untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut, tetapi sejauh ini Teheran telah menolak tawaran tersebut. Iran menegaskan bahwa sanksi harus dicabut sebelum kembali ke meja perundingan.
Teheran semakin lelah dengan Washington sejak Trump menarik diri dari kesepakatan pada 2018. Awal bulan ini, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran tidak percaya pada janji-janji Washington, dan hanya pencabutan sanksi secara penuh akan memulihkan niat baik antara kedua bangsa.
(ian)