Korban Kekerasan Myanmar Dapat Perawatan di Perbatasan Thailand

Selasa, 30 Maret 2021 - 14:48 WIB
loading...
A A A
“Pasukan keamanan di daerah itu menembakkan senjata kaliber yang jauh lebih berat dari biasanya pada Senin untuk membersihkan barikade kantong pasir,” ungkap saksi mata. Tidak segera jelas jenis senjata apa yang digunakan pasukan keamanan.

Televisi pemerintah melaporkan pasukan keamanan menggunakan "senjata anti huru hara" untuk membubarkan kerumunan "orang-orang teroris yang kejam" yang menghancurkan trotoar dan satu orang terluka.

Seorang warga Dagon Selatan pada Selasa (30/3) mengatakan lebih banyak tembakan terdengar di daerah itu semalam hingga meningkatkan kekhawatiran lebih banyak korban.

Polisi dan juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk komentar dari Reuters.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak para jenderal Myanmar menghentikan pembunuhan dan penindasan demonstrasi.

Dalam taktik baru, pengunjuk rasa berusaha untuk meningkatkan kampanye pembangkangan sipil pada Selasa dengan meminta penduduk membuang sampah ke jalan-jalan di persimpangan jalan utama.

“Aksi serangan sampah ini adalah serangan untuk menentang junta,” tulis poster di media sosial.

Aksi itu bertentangan dengan seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara di beberapa lingkungan Yangon pada Senin yang mendesak penduduk membuang sampah dengan benar.

“Sekitar 510 warga sipil telah tewas dalam hampir dua bulan upaya menghentikan protes,” papar laporan kelompok advokasi AAPP.

Total korban tewas pada Sabtu, hari paling berdarah sejauh ini, telah meningkat menjadi 141, sesuai data AAPP.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)