Demonstran Minta Bantuan Kelompok Etnis Myanmar untuk Hadapi Junta Militer
loading...
A
A
A
YANGON - Kelompok demonstran meminta bantuan kelompok etnis Myanmar untuk menghadapi junta militer . Permintaan bantuan ini datang di tengah semakin brutalnya aksi polisi dan tentara Myanmar terhadap para demonstran.
Komite Pemogokan Umum Kebangsaan (GSCN), salah satu kelompok protes utama, dalam sebuah surat terbuka yang diposting di Facebook mendesak kelompok etnis bersenjata untuk melindungi mereka yang menentang junta, khususnya wanita, anak-anak dan orang tua.
"Kami mendesak kelompok etnis bersenjata untuk secara kolektif melindungi orang-orang, pemuda, wanita, anak-anak dan orang tua yang menentang kekuasaan militer," ujar GSCN, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin (29/3/2021).
Sementara itu, sebelumnya Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan - Selatan (RCSS) mengatakan, pihaknya tidak akan berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa jika pasukan junta militer terus membunuhi pengunjuk rasa.
RCSS, yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand, adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta tersebut dan berjanji untuk berdiri bersama para pengunjuk rasa. Dua lusin atau lebih faksi etnis bersenjata menguasai sebagian besar negara itu.
"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari Angkatan Bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang. Ini bukan untuk perlindungan demokrasi juga, tapi bagaimana mereka merusak demokrasi," kata J Yawd Serk, ketua RCSS.
Dia kemudian mengatakan bahwa seluruh kelompok etnis di Myanmar saat ini harus bergandengan tangan dan bersama-sama melawan keganasan junta militer.
"Kelompok etnis bersenjata sekarang memiliki musuh yang sama dan kami perlu bergandengan tangan dan melukai mereka yang menyakiti rakyat. Kami perlu bergabung bersama," ujarnya.
Komite Pemogokan Umum Kebangsaan (GSCN), salah satu kelompok protes utama, dalam sebuah surat terbuka yang diposting di Facebook mendesak kelompok etnis bersenjata untuk melindungi mereka yang menentang junta, khususnya wanita, anak-anak dan orang tua.
"Kami mendesak kelompok etnis bersenjata untuk secara kolektif melindungi orang-orang, pemuda, wanita, anak-anak dan orang tua yang menentang kekuasaan militer," ujar GSCN, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin (29/3/2021).
Sementara itu, sebelumnya Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan - Selatan (RCSS) mengatakan, pihaknya tidak akan berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa jika pasukan junta militer terus membunuhi pengunjuk rasa.
RCSS, yang beroperasi di dekat perbatasan Thailand, adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis bersenjata yang mengecam kudeta tersebut dan berjanji untuk berdiri bersama para pengunjuk rasa. Dua lusin atau lebih faksi etnis bersenjata menguasai sebagian besar negara itu.
"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar bukanlah hari Angkatan Bersenjata, ini lebih seperti hari mereka membunuh orang. Ini bukan untuk perlindungan demokrasi juga, tapi bagaimana mereka merusak demokrasi," kata J Yawd Serk, ketua RCSS.
Dia kemudian mengatakan bahwa seluruh kelompok etnis di Myanmar saat ini harus bergandengan tangan dan bersama-sama melawan keganasan junta militer.
"Kelompok etnis bersenjata sekarang memiliki musuh yang sama dan kami perlu bergandengan tangan dan melukai mereka yang menyakiti rakyat. Kami perlu bergabung bersama," ujarnya.
(esn)