Inggris Tambah Bom Nuklir, Rusia: Pukulan Telak bagi Pengendalian Senjata!

Rabu, 17 Maret 2021 - 18:49 WIB
loading...
Inggris Tambah Bom Nuklir,...
Rudal Trident Inggris yang ditembakkan dari kapal selam. Misil ini mampu membawa hulu ledak nuklir. Foto/UK Defence Journal
A A A
MOSKOW - Moskow menyesalkan keputusan Inggris yang membalikkan kebijakannya dengan memutuskan untuk menambah hulu ledak nuklirnya dari 180 menjadi 260. Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut keputusan itu sebagai pukulan telak bagi pengendalian senjata.

Kementerian itu, seperti dikutip kantor berita RIA, Rabu (17/3/2021), mengatakan Moskow akan mempertimbangkan langkah London saat mengerjakan perencanaan militernya tersebut.



Seperti diberitakan sebelumnya, Inggris pada hari Selasa menerbitkan dokumen yang menguraikan kalibrasi ulang kebijakan luar negerinya yang mencakup pengumuman untuk menumbuhkan persenjataan nuklirnya, membalikkan komitmen sebelumnya untuk mengurangi persediaan bom pemusnah massal tersebut.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyampaikan penyesalan serupa yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia. “Kami sangat menyesal Inggris telah memilih jalur peningkatan hulu ledak nuklir ini. Keputusan ini merugikan stabilitas internasional dan keamanan strategis," katanya kepada wartawan.

“Kehadiran hulu ledak nuklir inilah yang mengancam perdamaian di seluruh dunia,” ujarnya.

Langkah Inggris ini bertentangan dengan kesepakatan baru-baru ini antara Moskow dan Washington.

Pada bulan Januari, Rusia setuju dengan Amerika Serikat untuk memperpanjang pakta nuklir utama antara kedua negara yang merupakan perjanjian pengurangan senjata terakhir yang tersisa antara bekas saingan Perang Dingin.



Moskow juga telah mendorong Washington dan Teheran untuk kembali ke kesepakatan nuklir Iran yang dikenal sebagai perjanjian JCPOA 2015. Ditandatangani pada 2015, perjanjian itu menawarkan keringanan sanksi dengan imbalan pembatasan ambisi nuklir Teheran dan jaminan tidak akan mencari bom atom.

Namun para penandatangannya berusaha keras untuk membuatnya tetap hidup setelah mantan presiden AS Donald Trump secara sepihak Amerika keluar dari JCPOA pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi Amerika terhadap Iran.

Dokumen kebijakan luar negeri Inggris juga mengidentifikasi Rusia sebagai ancaman langsung paling akut terhadap Inggris, yang menunjukkan "spektrum penuh" bahaya.

Peskov pada hari Rabu mengatakan bahwa Inggris telah mengutip "ancaman" tanpa penjelasan. "Ini tidak benar," katanya."Tidak ada ancaman yang datang dari Rusia."

Hubungan Moskow dan London telah memburuk secara drastis sejak dugaan serangan racun terhadap mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal di kota Salisbury, Inggris, pada tahun 2018 dengan racun saraf Novichok.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2129 seconds (0.1#10.140)