Peternakan Bulu di China Ini Dicap sebagai 'Pabrik Virus'

Senin, 15 Maret 2021 - 15:35 WIB
loading...
A A A
Virus corona diperkirakan telah melompat dari trenggiling yang terinfeksi oleh kelelawar ke manusia di pasar basah di Wuhan, yang secara luas diyakini sebagai sumber wabah.

Para ahli mengatakan peternakan bulu, di samping pasar basah dan situasi ekstrem lainnya di mana hewan liar dan tertekan disimpan di dekat tempat penyimpanan virus dan harus segera ditutup untuk melindungi keselamatan publik.

China adalah rumah bagi negara industri penghasil bulu terbesar di dunia, memelihara 14 juta rubah, 13,5 juta anjing rakun, dan 11,6 juta cerpelai pada 2019. Pada periode yang sama, angka terbaru yang tersedia Inggris mengimpor bulu ÂŁ5,3 juta dari China saja , dan ÂŁ25,5 juta antara 2015 dan 2019.

The Mirror berkampanye bersama Humane Society International/UK, yang ivestigatornya menangkap rekaman di 13 peternakan antara November dan Desember, menyerukan larangan segera atas penjualan produk bulu di Inggris.

Claire Bass, direktur eksekutif HSI/UK mengatakan, “Dalam beberapa bulan terakhir, publik dihadapkan pada fakta bahwa peternakan bulu bukan hanya tempat penderitaan hewan yang sangat besar, tetapi juga dapat bertindak sebagai pabrik virus.”

“Kondisi kehidupan di peternakan bulu, yang mengurung spesies liar pada kepadatan tinggi dan dalam jarak dekat, gagal memenuhi kebutuhan kesejahteraan paling dasar hewan, membuat mereka sangat stres, yang dapat menyebabkan sistem kekebalan mereka terganggu,” ujarnya, yang dilansir Senin (15/3/2021).

“Cerpelai, rubah, dan anjing rakun semuanya mampu terinfeksi virus corona, dan wabah virus SARS-CoV-2 di peternakan bulu di seluruh Eropa dan Amerika Utara telah menghadapkan kami pada kenyataan yang menakutkan bahwa pabrik peternakan bulu menciptakan kondisi yang ideal untuk penyakit menyebar dari satu hewan ke hewan lain, dan virus bermutasi menjadi bentuk yang berpotensi mematikan bagi manusia,” paparnya.

“Kami tidak membutuhkan busana bulu yang sembrono. Dan kita tentunya tidak membutuhkan reservoir yang tidak perlu ini untuk virus corona. Lebih dari sebelumnya, sekarang saatnya membuat sejarah bulu.”

Penyelidikan dilakukan hanya beberapa hari setelah Four Paws, sebuah organisasi kesejahteraan hewan, menulis kepada kepala PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menuntut perombakan radikal tentang bagaimana manusia memperlakukan hewan untuk mencegah pandemi di masa depan.

Surat tersebut memperingatkan bagaimana praktik berisiko harus "segera dihentikan", dengan larangan peternakan bulu, pasar hewan hidup, diakhirinya perdagangan kucing dan anjing pedaging, dan tindakan keras terhadap perdagangan satwa liar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1954 seconds (0.1#10.140)