China Operasikan Sistem Rudal HQ-19, Pesaing THAAD AS
loading...
A
A
A
BEIJING - Militer China dilaporkan telah mengoperasikan sistem pencegat rudal anti-balistik HQ-19, yang diklaim setara dengan sistem rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan media lokal yang dikutip Eurasian Times, Jumat (12/3/2021), Beijing akhirnya memutuskan untuk membuat pencegat rudal anti-balistik HQ-19 beroperasi, yang akan meningkatkan kekuatan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Sistem pertahanan HQ-19 adalah versi yang sangat ditingkatkan dari HQ-9 dan dirancang untuk melawan rudal balistik dan satelit di ujung bawah orbit rendah Bumi.
Laporan tersebut mengatakan HQ-19 dipersenjatai dengan hulu ledak kendaraan pembunuh kinetik eksosfer (kkv) tujuan ganda, yang kemungkinan akan digunakan untuk melawan hulu ledak rudal balistik atau satelit.
Sistem tersebut dianggap setara dengan sistem pertahanan rudal anti-balistik THAAD buatan AS. Sistem Amerika itu disebut-sebut sebagai sistem pertahanan rudal tercanggih di dunia bersama dengan S-400 buatan Rusia.
Dikembangkan setelah Perang Teluk 1991, THAAD telah dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik jarak pendek, medium dan jarak menengah dalam fase terminalnya dengan mencegat target menggunakan pendekatan hit-to-kill.
Menurut para ahli, THAAD juga secara umum dipandang paling mampu melawan rudal balistik jarak menengah.
Pada 2018, China telah mengumumkan bahwa mereka telah melakukan pengujian HQ-19 yang berhasil, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang sistem persenjataan itu.
Peluncuran tersebut kemungkinan merupakan bagian dari upaya Beijing untuk melindungi diri dari potensi ancaman regional, sepertiekspansipasukan rudal balistik India dan Korea Selatan, atau bahkan menjadi kedok untuk pengembangan senjata anti-satelit yang berkelanjutan.
“China berhasil melakukan uji coba sistem pertahanan jalan tengah yang berbasis di darat. Uji intersepsi rudal bersifat defensif dan tidak ditargetkan ke negara mana pun,” kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.
Menurut laporan media lokal yang dikutip Eurasian Times, Jumat (12/3/2021), Beijing akhirnya memutuskan untuk membuat pencegat rudal anti-balistik HQ-19 beroperasi, yang akan meningkatkan kekuatan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Sistem pertahanan HQ-19 adalah versi yang sangat ditingkatkan dari HQ-9 dan dirancang untuk melawan rudal balistik dan satelit di ujung bawah orbit rendah Bumi.
Laporan tersebut mengatakan HQ-19 dipersenjatai dengan hulu ledak kendaraan pembunuh kinetik eksosfer (kkv) tujuan ganda, yang kemungkinan akan digunakan untuk melawan hulu ledak rudal balistik atau satelit.
Sistem tersebut dianggap setara dengan sistem pertahanan rudal anti-balistik THAAD buatan AS. Sistem Amerika itu disebut-sebut sebagai sistem pertahanan rudal tercanggih di dunia bersama dengan S-400 buatan Rusia.
Dikembangkan setelah Perang Teluk 1991, THAAD telah dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik jarak pendek, medium dan jarak menengah dalam fase terminalnya dengan mencegat target menggunakan pendekatan hit-to-kill.
Menurut para ahli, THAAD juga secara umum dipandang paling mampu melawan rudal balistik jarak menengah.
Pada 2018, China telah mengumumkan bahwa mereka telah melakukan pengujian HQ-19 yang berhasil, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang sistem persenjataan itu.
Peluncuran tersebut kemungkinan merupakan bagian dari upaya Beijing untuk melindungi diri dari potensi ancaman regional, sepertiekspansipasukan rudal balistik India dan Korea Selatan, atau bahkan menjadi kedok untuk pengembangan senjata anti-satelit yang berkelanjutan.
“China berhasil melakukan uji coba sistem pertahanan jalan tengah yang berbasis di darat. Uji intersepsi rudal bersifat defensif dan tidak ditargetkan ke negara mana pun,” kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.
(min)