Pembalasan Jurnalis China: Australia Lakukan Genosida terhadap Aborigin

Jum'at, 12 Maret 2021 - 02:00 WIB
loading...
Pembalasan Jurnalis...
Penampil lokal menari selama upacara pembukaan National Indigenous Constitutional Convention, konferensi untuk menghasilkan tanggapan konsensus tentang pengakuan masyarakat adat dalam konstitusi Australia. Foto/AAP/Lucy Hughes Jones/ via REUTERS
A A A
BEIJING - Jurnalis senior dari salah satu surat kabar milik negara China membalas Amerika Serikat (AS) dan Australia dengan menuduh keduanya melakukan genosida terhadap suku Indian dan Aborigin. Itu merupakan pembalasan setelah Washington dan Canberra menuduh Beijing melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Uighur .

Pemerintah China selama ini berada di bawah pengawasan ketat dari kelompok hak asasi manusia (HAM) atas perlakuan terhadap penduduk Uighur di Xinjiang, wilayah yang berbatasan dengan Rusia, Kazakhstan, dan Mongolia di barat laut negara itu.



Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, dalam tweet-nya Rabu malammenyatakan bahwa Australia dan AS menunjukkan kemunafikan dalam kecaman mereka terhadap Beijing. Menurutnya, kedua negara itu secara historis melakukan pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat.

“Apa itu genosida? Membantai penduduk asli Amerika dan Aborigin Australia, memaksa orang-orang yang dijajah untuk berbicara bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, mengubah cara hidup mereka, ini adalah genosida, bukan?,” tulis dia.

Global Times berada di bawah payung surat kabar yang dikelola Partai Komunis China, People's Daily, publikasi resmi dari Komite Sentral negara China.

Global Times telah diberi label di beberapa negara sebagai ”Fox News-nya China” karena kecenderungannya untuk propaganda.

Minggu ini, sebuah laporan oleh 50 ahli hukum internasional dan genosida memutuskan bahwa aktivitas China di Xinjiang melanggar setiap ketentuan Konvensi Genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Laporan tersebut, yang dirilis pada hari Selasa oleh lembaga think tank Newlines Institute for Strategy and Policy, mengeklaim bahwa pemerintah China memikul tanggung jawab negara atas genosida yang sedang berlangsung terhadap Uighur yang melanggar Konvensi Genosida PBB.

Departemen Luar Negeri AS memperkirakan hingga dua juta orang Uighur—minoritas Muslim yang berasal dari Xinjiang—diyakini telah ditempatkan di pusat-pusat penahanan.

Para mantan tahanan mengaku bahwa mereka menjadi sasaran indoktrinasi, pelecehan seksual dan bahkan disterilkan secara paksa saat berada di kamp.

"Ini adalah kekuatan global utama, yang kepemimpinannya adalah arsitek genosida," kata Azeem Ibrahim, Direktur Inisiatif Khusus di Newlines Institute.



China membantah tuduhan itu, dengan mengatakan pusat-pusat kamp itu dimaksudkan untuk mencegah ekstremisme agama dan terorisme.

Pada 7 Maret, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebut klaim pelanggaran HAM "tidak masuk akal" dan mendesak orang untuk mengunjungi Xinjiang untuk melihat sendiri.

“Kami menyambut lebih banyak orang untuk mengunjungi Xinjiang. Melihat akan percaya dan kebohongan akan runtuh dengan sendirinya,” kata Wang, dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Global Times.

Menyusul komentar Yi, mitranya dari Australia, Marise Payne, bersumpah untuk mempertahankan tekanan terhadap China dan mengatakan dia mendukung kritik atas perlakuan terhadap Uighur.

“Bukti yang menunjukkan penggunaan kerja paksa, penggunaan sterilisasi paksa, dan pelecehan sistematis terhadap perempuan dan berbagai tindakan lainnya merupakan pelanggaran berat HAM,” katanya.

Ada lebih dari 12 juta orang Uighur yang tinggal di provinsi itu sesuai perkiraan terbaru.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1169 seconds (0.1#10.140)