Pentagon Janji Tembakkan Rudal Hipersonik Pertama AS 30 Hari Lagi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon menjanjikan akan menguji tembak rudal hipersonik pertama militer Amerika Serikat (AS) dalam waktu 30 hari ke depan. Misil canggih yang dimaksud adalah adalah AGM-183A Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW).
Brigadir Jenderal Heath Collins, Pejabat Eksekutif Program Angkatan Udara AS untuk Senjata, mengatakan dalam rilisnya bahwa booster test flight (BTF) dari ARRW Lockheed Martin akan terjadi dalam 30 hari ke depan, diikuti oleh beberapa booster tambahan.
“Kendaraan uji BTF-1 telah selesai dan sedang menjalani pengujian darat untuk memverifikasi kesiapannya untuk terbang. Tim tersebut telah berhasil mengatasi tantangan COVID dan menyelesaikan temuan teknis yang tidak biasa dalam sistem senjata pertama," kata Collins.
"Kami telah meminimalkan penundaan jadwal sambil mempertahankan fokus laser pada kekakuan teknik. BTF pertama kami akan terjadi dalam 30 hari ke depan, diikuti oleh beberapa booster tambahan dan uji terbang all-up-round pada akhir tahun," imbuh dia.
Uji tembak rudal hipersonik pertama AS ini akan dilakukan di California's Naval Air Station Point Mugu, fasilitas pengembangan dan pengujian rudal utama.
Kendaraan uji penguat adalah bagian mesin roket dari senjata hipersonik, yang mempercepat kendaraan luncur ARRW hingga kecepatan lebih dari 5 Mach sebelum menerbangkan kendaraan luncur untuk terbang menuju sasarannya.
Namun, menurut rilisnya yang dikutip SINDOnews.com, Selasa (9/3/2021), tes yang akan datang hanya pada mesin roket, bukan kendaraan luncur.
Kecepatan dan kemampuan manuver mereka yang sangat cepat membuat mereka hampir kebal terhadap sebagian besar sistem intersepsi rudal, dan waktu pembakaran mesin yang lebih singkat membuat pendeteksian mereka menggunakan sistem peringatan dini orbital menjadi tugas yang membuat frustrasi.
Ini bukan pertama kalinya ARRW mengudara. Sejak Juni 2019, Angkatan Udara AS telah melakukan tujuh tes captive-carry dengan rudal digantung di bawah sayap pembom B-52 Stratofortress, pesawat yang akan menjadi pengiriman utama misil tersebut.
AS saat ini tidak memiliki senjata hipersonik operasional, yang membuatnya tertinggal jauh di belakang Rusia dan China selama bertahun-tahun. Rusia dan China masing-masing memiliki lebih dari satu rudal hipersonik yang sudah beroperasi.
Rudal hipersonik Amerika lainnya, Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) yang sedang dikembangkan bersama oleh Lockheed, Raytheon, dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Rudal jelajah hipersonik menggunakan scramjet, sejenis mesin jet yang dioptimalkan untuk kecepatan sangat cepat.
Brigadir Jenderal Heath Collins, Pejabat Eksekutif Program Angkatan Udara AS untuk Senjata, mengatakan dalam rilisnya bahwa booster test flight (BTF) dari ARRW Lockheed Martin akan terjadi dalam 30 hari ke depan, diikuti oleh beberapa booster tambahan.
“Kendaraan uji BTF-1 telah selesai dan sedang menjalani pengujian darat untuk memverifikasi kesiapannya untuk terbang. Tim tersebut telah berhasil mengatasi tantangan COVID dan menyelesaikan temuan teknis yang tidak biasa dalam sistem senjata pertama," kata Collins.
"Kami telah meminimalkan penundaan jadwal sambil mempertahankan fokus laser pada kekakuan teknik. BTF pertama kami akan terjadi dalam 30 hari ke depan, diikuti oleh beberapa booster tambahan dan uji terbang all-up-round pada akhir tahun," imbuh dia.
Uji tembak rudal hipersonik pertama AS ini akan dilakukan di California's Naval Air Station Point Mugu, fasilitas pengembangan dan pengujian rudal utama.
Kendaraan uji penguat adalah bagian mesin roket dari senjata hipersonik, yang mempercepat kendaraan luncur ARRW hingga kecepatan lebih dari 5 Mach sebelum menerbangkan kendaraan luncur untuk terbang menuju sasarannya.
Namun, menurut rilisnya yang dikutip SINDOnews.com, Selasa (9/3/2021), tes yang akan datang hanya pada mesin roket, bukan kendaraan luncur.
Kecepatan dan kemampuan manuver mereka yang sangat cepat membuat mereka hampir kebal terhadap sebagian besar sistem intersepsi rudal, dan waktu pembakaran mesin yang lebih singkat membuat pendeteksian mereka menggunakan sistem peringatan dini orbital menjadi tugas yang membuat frustrasi.
Ini bukan pertama kalinya ARRW mengudara. Sejak Juni 2019, Angkatan Udara AS telah melakukan tujuh tes captive-carry dengan rudal digantung di bawah sayap pembom B-52 Stratofortress, pesawat yang akan menjadi pengiriman utama misil tersebut.
AS saat ini tidak memiliki senjata hipersonik operasional, yang membuatnya tertinggal jauh di belakang Rusia dan China selama bertahun-tahun. Rusia dan China masing-masing memiliki lebih dari satu rudal hipersonik yang sudah beroperasi.
Rudal hipersonik Amerika lainnya, Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) yang sedang dikembangkan bersama oleh Lockheed, Raytheon, dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Rudal jelajah hipersonik menggunakan scramjet, sejenis mesin jet yang dioptimalkan untuk kecepatan sangat cepat.
(min)