Sebanyak 3,3 Juta Orang di Afrika Bisa Tewas akibat COVID-19
loading...
A
A
A
JOHANNESBURG - Sebanyak 3,3 juta orang di Afrika bisa meninggal tahun ini akibat pandemi virus corona baru, COVID-19. Prediksi angka kematian itu adalah laporan skenario terburuk yang dirilis Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika (UNECA).
Prediksi kematian itu mengutip pemodelan dari Imperial College London. Dalam skenario terbaik pun wabah itu bisa menyebabkan 300.000 kematian di Afrika pada tahun ini.
Laporan dari UNECA dirilis Jumat. Dalam skenario terburuk disebutkan bahwa tak hanya 3,3 juta orang bisa meninggal, tapi 1,2 miliar orang bisa terinfeksi.
"Bahkan dengan social distancing yang intens dalam skenario terbaik, benua itu dapat melihat lebih dari 122 juta (orang) terinfeksi," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip ABC News, sabtu (18/4/2020).
Para ahli memperingatkan bahwa skenario apa pun akan membanjiri sistem kesehatan Afrika yang sebagian besar rapuh dan kekurangan dana.
Menurut UNECA, di bawah skenario kasus terbaik sebanyak USD44 miliar akan dibutuhkan untuk tes, ali pelindung diri (APD) dan perawatan. Sedangkan skenario kasus terburuk akan menelan biaya USD446 miliar.
Benua Afrika pada Jumat memiliki lebih dari 18.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, tetapi para ahli mengatakan Afrika adalah wilayah yang terancam dilanda pandemi dalam beberapa pekan setelah Eropa dengan kondisi yang diprediksi akan serupa.
Laporan baru itu adalah proyeksi publik yang paling rinci untuk infeksi coronavirus dan kematian di Afrika, di mana lebih dari 1,3 miliar orang bersiap menghadapi pandemi.
Laporan UNECA mengatakan kemiskinan, kondisi perkotaan yang padat dan masalah kesehatan yang meluas membuat Afrika sangat rentan terhadap virus itu. "Dari semua benua, Afrika memiliki prevalensi tertinggi dari kondisi-kondisi tertentu yang mendasarinya, seperti TBC dan HIV/AIDS," bunyi laporan tersebut.
Pada hari Kamis, seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan satu proyeksi selama enam bulan ke depan menunjukkan lebih dari 10 juta kasus virus yang parah.
"Tapi ini masih harus diperbaiki," kata Michel Yao, manajer operasi darurat WHO di Afrika, yang menambahkan bahwa langkah-langkah kesehatan masyarakat dapat berdampak dalam membatasi kasus. Dia tidak memberikan sumber proyeksi.
Laporan baru itu juga memperingatkan derita ekonomi yang parah di seluruh Afrika di tengah pandemi, dengan pertumbuhan ekonomi menyusut 2,6% dalam skenario terburuk dan diperkirakan 27 juta orang didorong ke dalam kemiskinan ekstrem. Bank Dunia mengatakan Afrika sub-Sahara dapat jatuh ke dalam resesi pertamanya dalam seperempat abad.
"Bisnis yang runtuh mungkin tidak akan pernah pulih," kata laporan baru itu. "Tanpa respons cepat, pemerintah berisiko kehilangan kendali dan menghadapi kerusuhan."
Hampir 20 pemimpin Eropa dan Afrika minggu ini menyerukan moratorium segera atas semua pembayaran utang Afrika, publik dan swasta, sampai pandemi berakhir, serta sedikitnya USD100 miliar dalam bantuan keuangan sesegera mungkin sehingga negara-negara Afrika dapat fokus memerangi virus.
Prediksi kematian itu mengutip pemodelan dari Imperial College London. Dalam skenario terbaik pun wabah itu bisa menyebabkan 300.000 kematian di Afrika pada tahun ini.
Laporan dari UNECA dirilis Jumat. Dalam skenario terburuk disebutkan bahwa tak hanya 3,3 juta orang bisa meninggal, tapi 1,2 miliar orang bisa terinfeksi.
"Bahkan dengan social distancing yang intens dalam skenario terbaik, benua itu dapat melihat lebih dari 122 juta (orang) terinfeksi," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip ABC News, sabtu (18/4/2020).
Para ahli memperingatkan bahwa skenario apa pun akan membanjiri sistem kesehatan Afrika yang sebagian besar rapuh dan kekurangan dana.
Menurut UNECA, di bawah skenario kasus terbaik sebanyak USD44 miliar akan dibutuhkan untuk tes, ali pelindung diri (APD) dan perawatan. Sedangkan skenario kasus terburuk akan menelan biaya USD446 miliar.
Benua Afrika pada Jumat memiliki lebih dari 18.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, tetapi para ahli mengatakan Afrika adalah wilayah yang terancam dilanda pandemi dalam beberapa pekan setelah Eropa dengan kondisi yang diprediksi akan serupa.
Laporan baru itu adalah proyeksi publik yang paling rinci untuk infeksi coronavirus dan kematian di Afrika, di mana lebih dari 1,3 miliar orang bersiap menghadapi pandemi.
Laporan UNECA mengatakan kemiskinan, kondisi perkotaan yang padat dan masalah kesehatan yang meluas membuat Afrika sangat rentan terhadap virus itu. "Dari semua benua, Afrika memiliki prevalensi tertinggi dari kondisi-kondisi tertentu yang mendasarinya, seperti TBC dan HIV/AIDS," bunyi laporan tersebut.
Pada hari Kamis, seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan satu proyeksi selama enam bulan ke depan menunjukkan lebih dari 10 juta kasus virus yang parah.
"Tapi ini masih harus diperbaiki," kata Michel Yao, manajer operasi darurat WHO di Afrika, yang menambahkan bahwa langkah-langkah kesehatan masyarakat dapat berdampak dalam membatasi kasus. Dia tidak memberikan sumber proyeksi.
Laporan baru itu juga memperingatkan derita ekonomi yang parah di seluruh Afrika di tengah pandemi, dengan pertumbuhan ekonomi menyusut 2,6% dalam skenario terburuk dan diperkirakan 27 juta orang didorong ke dalam kemiskinan ekstrem. Bank Dunia mengatakan Afrika sub-Sahara dapat jatuh ke dalam resesi pertamanya dalam seperempat abad.
"Bisnis yang runtuh mungkin tidak akan pernah pulih," kata laporan baru itu. "Tanpa respons cepat, pemerintah berisiko kehilangan kendali dan menghadapi kerusuhan."
Hampir 20 pemimpin Eropa dan Afrika minggu ini menyerukan moratorium segera atas semua pembayaran utang Afrika, publik dan swasta, sampai pandemi berakhir, serta sedikitnya USD100 miliar dalam bantuan keuangan sesegera mungkin sehingga negara-negara Afrika dapat fokus memerangi virus.
(min)