Polisi Tembaki Demonstran Myanmar, Dua Orang tewas di Mandalay
loading...
A
A
A
MANDALAY - Dua orang tewas di kota terbesar kedua Myanmar , Mandalay, saat polisi menembaki para pengunjuk rasa penentang kudeta militer 1 Februari.
"Dua puluh orang terluka dan dua orang lainnya tewas," ungkap Ko Aung, pemimpin badan layanan darurat relawan Parahita Darhi di kota itu.
Para penentang kudeta turun ke jalan di beberapa kota besar dan kecil di Myanmar bersama para anggota etnis minoritas, penyair dan pekerja transportasi.
Mereka menuntut diakhirinya kekuasaan militer dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta tokoh lainnya.
Lihat infografis: Indonesia Putuskan untuk Borong 36 Rafale dan 8 F-15EX
Beberapa pengunjuk rasa menyerang polisi dengan ketapel di Mandalay. Polisi menanggapi dengan menembakkan gas air mata dan senjata api, meskipun pada awalnya tidak jelas apakah mereka menggunakan peluru tajam atau peluru karet.
“Seorang pria meninggal karena luka di kepala,” papar para pekerja media, termasuk Lin Khaing, asisten editor Voice of Myanmar di kota itu.
Seorang dokter sukarelawan membenarkan ada dua orang meninggal dalam unjuk rasa itu. “Satu tembakan di kepala dan meninggal di tempat. Seorang lainnya tewas kemudian dengan luka peluru di dada,” papar dokter relawan itu.
"Dua puluh orang terluka dan dua orang lainnya tewas," ungkap Ko Aung, pemimpin badan layanan darurat relawan Parahita Darhi di kota itu.
Para penentang kudeta turun ke jalan di beberapa kota besar dan kecil di Myanmar bersama para anggota etnis minoritas, penyair dan pekerja transportasi.
Mereka menuntut diakhirinya kekuasaan militer dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta tokoh lainnya.
Lihat infografis: Indonesia Putuskan untuk Borong 36 Rafale dan 8 F-15EX
Beberapa pengunjuk rasa menyerang polisi dengan ketapel di Mandalay. Polisi menanggapi dengan menembakkan gas air mata dan senjata api, meskipun pada awalnya tidak jelas apakah mereka menggunakan peluru tajam atau peluru karet.
“Seorang pria meninggal karena luka di kepala,” papar para pekerja media, termasuk Lin Khaing, asisten editor Voice of Myanmar di kota itu.
Seorang dokter sukarelawan membenarkan ada dua orang meninggal dalam unjuk rasa itu. “Satu tembakan di kepala dan meninggal di tempat. Seorang lainnya tewas kemudian dengan luka peluru di dada,” papar dokter relawan itu.