Duterte Minta AS Membayar Jika Ingin Pasukannya Tetap di Filipina
loading...
A
A
A
MANILA - Presiden Rodrigo Duterte mengakui bahwa "keadaan darurat" dari situasi geopolitik membuat kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS) di Filipina menjadi suatu keharusan. Namun, kali ini dia meminta Washington untuk membayar jika ingin pasukannya tetap di Manila.
“Saya mau berikan pemberitahuan, kalau ada agen Amerika di sini, kalau mau VFA [Visiting Forces Agreement], harus bayar. Anda harus membayar karena itu tanggung jawab bersama," kata Presiden Duterte pada Jumat malam.
“Bagian tanggung jawab Anda tidak datang gratis karena, bagaimanapun, ketika perang pecah, kita semua membayar,” ujarnya, selama pemeriksaan aset baru Angkatan Udara Filipina di Pangkalan Udara Clark, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (13/2/2021).
Duterte mengatakan dia senang menempatkan perasaan buruknya tentang AS dan fokus pada kerjasama, di tengah ketegangan yang membara di Laut China Selatan.
"Dulu, saya tersinggung, kami meminta begitu banyak dari mereka karena mereka telah mengambil begitu banyak dari kami secara gratis," katanya. "[Tetapi] keadaan mendesak saat itu membutuhkan kehadiran mereka [tentara Amerika] di sini."
Pada Februari 2020, Duterte membatalkan VFA yang berusia 20 tahun dengan AS, setelah Washington mencabut visa Ronald Dela Rosa, orang dekatnya yang sekarang jadi senator Filipina. Namun, pemimpin Filipina itu telah dua kali menunda langkah untuk mengusir pasukan AS.
Pada bulan November, pemerintah mengumumkan akan menangguhkan pembatalan VFA dalam enam bulan lagi, untuk menemukan pengaturan yang lebih ditingkatkan, saling menguntungkan, dapat disepakati bersama, dan lebih efektif serta bertahan lama.
Perjanjian tersebut memungkinkan pasukan AS untuk mengadakan latihan militer gabungan, pelatihan kontraintelijen dan untuk terlibat dalam misi bantuan kemanusiaan di Filipina.
“Saya mau berikan pemberitahuan, kalau ada agen Amerika di sini, kalau mau VFA [Visiting Forces Agreement], harus bayar. Anda harus membayar karena itu tanggung jawab bersama," kata Presiden Duterte pada Jumat malam.
“Bagian tanggung jawab Anda tidak datang gratis karena, bagaimanapun, ketika perang pecah, kita semua membayar,” ujarnya, selama pemeriksaan aset baru Angkatan Udara Filipina di Pangkalan Udara Clark, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (13/2/2021).
Duterte mengatakan dia senang menempatkan perasaan buruknya tentang AS dan fokus pada kerjasama, di tengah ketegangan yang membara di Laut China Selatan.
"Dulu, saya tersinggung, kami meminta begitu banyak dari mereka karena mereka telah mengambil begitu banyak dari kami secara gratis," katanya. "[Tetapi] keadaan mendesak saat itu membutuhkan kehadiran mereka [tentara Amerika] di sini."
Pada Februari 2020, Duterte membatalkan VFA yang berusia 20 tahun dengan AS, setelah Washington mencabut visa Ronald Dela Rosa, orang dekatnya yang sekarang jadi senator Filipina. Namun, pemimpin Filipina itu telah dua kali menunda langkah untuk mengusir pasukan AS.
Pada bulan November, pemerintah mengumumkan akan menangguhkan pembatalan VFA dalam enam bulan lagi, untuk menemukan pengaturan yang lebih ditingkatkan, saling menguntungkan, dapat disepakati bersama, dan lebih efektif serta bertahan lama.
Perjanjian tersebut memungkinkan pasukan AS untuk mengadakan latihan militer gabungan, pelatihan kontraintelijen dan untuk terlibat dalam misi bantuan kemanusiaan di Filipina.
(min)