Latihan Perang Nabi Besar, Jenderal Iran Sesumbar Mampu Bakar Sarang Musuh
loading...
A
A
A
TEHERAN - Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran , Mayor Jenderal Hossein Salami, sesumbar mampu membakar sarang musuh jika kekuatan ofensif dan defensif pasukan darat IRGC digabungkan.
Klaim itu disampaikan di sela-sela latihan perang dengan nama sandi "Nabi Besar 16" di wilayah barat daya Iran, hari Jumat.
Selama beberapa minggu terakhir, Angkatan Bersenjata Iran telah melakukan serangkaian latihan perang, karena ketegangan antara Teheran dan Washington tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
"Jika kekuatan nyata dari pasukan darat dilakukan, itu akan membakar rumah dan sarang musuh," kata Salami, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (13/2/2021).
Jenderal tersebut menunjukkan bahwa pasukan darat IRGC memperoleh kekuatan ofensif mereka dengan menggunakan sistem senjata yang berbeda. "Pasukan ini telah mencapai kekuatan defensif tetap dan bergerak di darat untuk melawan musuh," ujarnya.
Dia juga memuji latihan perang "Nabi Besar 16", yang menurut Salami memamerkan kombinasi dari semua elemen utama kekuatan tempur darat IRGC.
Latihan tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian latihan perang yang telah diadakan Iran selama beberapa bulan terakhir di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.
Pada pertengahan Januari, ratusan ilmuwan Iran mendesak Pasukan Dirgantara IRGC untuk menghancurkan setiap pesawat tempur AS, terutama pesawat pembom B-52 dan kapal perang Amerika jika mereka melewati perbatasan Iran.
Dalam sepucuk surat kepada Komandan Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh yang ditandatangani oleh 840 profesor universitas, mereka menyebut Pasukan Dirgantara IRGC sebagai "Penakluk Ayn al-Asad", dengan anggukan yang jelas pada serangan rudal Pasukan Dirgantara IRGC di pangkalan udara AS di Irak tahun lalu.
Surat itu muncul beberapa hari setelah komandan Angkatan Laut IRGC; Laksamana Muda Alireza Tangsiri, menyatakan bahwa Republik Islam memiliki kendali penuh atas Teluk Persia dan mendominasi seluruh perairan.
Tangsiri juga menegaskan bahwa AS tidak punya pilihan selain menarik diri dari kawasan Teluk, yang katanya adalah "rumah" bagi Iran dan negara-negara Muslim di tepi selatan" wilayah tersebut.
Klaim itu disampaikan di sela-sela latihan perang dengan nama sandi "Nabi Besar 16" di wilayah barat daya Iran, hari Jumat.
Selama beberapa minggu terakhir, Angkatan Bersenjata Iran telah melakukan serangkaian latihan perang, karena ketegangan antara Teheran dan Washington tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
"Jika kekuatan nyata dari pasukan darat dilakukan, itu akan membakar rumah dan sarang musuh," kata Salami, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (13/2/2021).
Jenderal tersebut menunjukkan bahwa pasukan darat IRGC memperoleh kekuatan ofensif mereka dengan menggunakan sistem senjata yang berbeda. "Pasukan ini telah mencapai kekuatan defensif tetap dan bergerak di darat untuk melawan musuh," ujarnya.
Dia juga memuji latihan perang "Nabi Besar 16", yang menurut Salami memamerkan kombinasi dari semua elemen utama kekuatan tempur darat IRGC.
Latihan tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian latihan perang yang telah diadakan Iran selama beberapa bulan terakhir di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.
Pada pertengahan Januari, ratusan ilmuwan Iran mendesak Pasukan Dirgantara IRGC untuk menghancurkan setiap pesawat tempur AS, terutama pesawat pembom B-52 dan kapal perang Amerika jika mereka melewati perbatasan Iran.
Dalam sepucuk surat kepada Komandan Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh yang ditandatangani oleh 840 profesor universitas, mereka menyebut Pasukan Dirgantara IRGC sebagai "Penakluk Ayn al-Asad", dengan anggukan yang jelas pada serangan rudal Pasukan Dirgantara IRGC di pangkalan udara AS di Irak tahun lalu.
Surat itu muncul beberapa hari setelah komandan Angkatan Laut IRGC; Laksamana Muda Alireza Tangsiri, menyatakan bahwa Republik Islam memiliki kendali penuh atas Teluk Persia dan mendominasi seluruh perairan.
Tangsiri juga menegaskan bahwa AS tidak punya pilihan selain menarik diri dari kawasan Teluk, yang katanya adalah "rumah" bagi Iran dan negara-negara Muslim di tepi selatan" wilayah tersebut.
(min)