Pakar: Ekonomi Israel Tak Siap Hadapi Serangan Siber Iran
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Ekonomi Israel belum siap hadapi serangan siber Iran , saat Teheran dan Moskow menjalin kerja sama keamanan siber.
Peringatan itu diungkapkan Pendiri dan CEO perusahaan konsultasi siber Israel, Konfidas Digital Ltd, Ram Levi.
Portal online yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA), Rai Al-Youm melaporkan Levi menjelaskan pada harian Israel, Yedioth Ahronoth bahwa kesepakatan Rusia-Iran sebagian besar akan memperkuat perlindungan Iran dari serangan siber, serta kemampuan Iran melakukan serangan siber.
Menurut Levi, kesepakatan itu akan memberi Iran kemampuan yang sebelumnya tidak mereka miliki.
Lihat infografis: Kim Jong Un Larang Warganya Cukur ala Barat dan Pakai Jins Ketat
"Yang mengkhawatirkan kami adalah Rusia dan Iran pada titik tertentu akan memiliki kerja sama intelijen dan bagaimana melakukan serangan. Ini akan memperkuat Iran," ungkap Levi.
Lihat video: Waspada Banjir, Debit Air di Pos Panus Depok Siaga II
Levi juga mengatakan, "Setiap negara memiliki kemampuan pertahanan siber, negara itu juga akan berusaha mengembangkannya. Dalam kasus Iran, upaya ini akan menargetkan Israel."
Itu artinya, serangan siber Iran yang menargetkan Israel bisa merontokkan ekonomi rezim Zionis.
Sementara itu, Duta Besar (Dubes) Iran untuk PBB Majid Takht-Ravanchi memperingatkan Israel untuk setiap pernyataan "provokatif" dan "salah".
Dia menekankan, “Republik Islam akan menanggapi setiap ancaman atau tindakan yang salah."
Dalam sepucuk surat pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan presiden Dewan Keamanan yang dikirim pada Sabtu, Takht-Ravanchi mengatakan, "Rezim Israel baru-baru ini tidak hanya melipatgandakan pernyataan provokatif dan panasnya terhadap Republik Islam Iran tetapi juga berencana melakukan ancaman perangnya terhadap Iran."
"Contoh terbaru dari ancaman semacam itu adalah pernyataan yang dibuat kepala staf militer Israel pada 26 Januari 2021, di mana, di samping klaim sembrono atas program nuklir damai Iran, dia juga mengatakan angkatan bersenjata Israel menyiapkan sejumlah rencana operasional," papar dia.
Takht-Ravanchi melanjutkan, "Ancaman-ancaman ini merupakan pelanggaran berat terhadap Chapter 2 Piagam PBB dan memerlukan jawaban yang proporsional dari komunitas dunia, mengingat sejarah kelam serangan rezim Israel terhadap negara-negara di kawasan itu."
Dalam kasus serangan Israel, Takht-Ravanchi menegaskan, "Kami berhak membela diri dan menanggapi dengan pasti setiap ancaman atau tindakan yang salah oleh rezim Israel."
"Sangat jelas bahwa rezim Israel harus memikul tanggung jawab penuh atas konsekuensi tindakan salah yang tak terkendali," papar dia.
Peringatan itu diungkapkan Pendiri dan CEO perusahaan konsultasi siber Israel, Konfidas Digital Ltd, Ram Levi.
Portal online yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA), Rai Al-Youm melaporkan Levi menjelaskan pada harian Israel, Yedioth Ahronoth bahwa kesepakatan Rusia-Iran sebagian besar akan memperkuat perlindungan Iran dari serangan siber, serta kemampuan Iran melakukan serangan siber.
Menurut Levi, kesepakatan itu akan memberi Iran kemampuan yang sebelumnya tidak mereka miliki.
Lihat infografis: Kim Jong Un Larang Warganya Cukur ala Barat dan Pakai Jins Ketat
"Yang mengkhawatirkan kami adalah Rusia dan Iran pada titik tertentu akan memiliki kerja sama intelijen dan bagaimana melakukan serangan. Ini akan memperkuat Iran," ungkap Levi.
Lihat video: Waspada Banjir, Debit Air di Pos Panus Depok Siaga II
Levi juga mengatakan, "Setiap negara memiliki kemampuan pertahanan siber, negara itu juga akan berusaha mengembangkannya. Dalam kasus Iran, upaya ini akan menargetkan Israel."
Itu artinya, serangan siber Iran yang menargetkan Israel bisa merontokkan ekonomi rezim Zionis.
Sementara itu, Duta Besar (Dubes) Iran untuk PBB Majid Takht-Ravanchi memperingatkan Israel untuk setiap pernyataan "provokatif" dan "salah".
Dia menekankan, “Republik Islam akan menanggapi setiap ancaman atau tindakan yang salah."
Dalam sepucuk surat pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan presiden Dewan Keamanan yang dikirim pada Sabtu, Takht-Ravanchi mengatakan, "Rezim Israel baru-baru ini tidak hanya melipatgandakan pernyataan provokatif dan panasnya terhadap Republik Islam Iran tetapi juga berencana melakukan ancaman perangnya terhadap Iran."
"Contoh terbaru dari ancaman semacam itu adalah pernyataan yang dibuat kepala staf militer Israel pada 26 Januari 2021, di mana, di samping klaim sembrono atas program nuklir damai Iran, dia juga mengatakan angkatan bersenjata Israel menyiapkan sejumlah rencana operasional," papar dia.
Takht-Ravanchi melanjutkan, "Ancaman-ancaman ini merupakan pelanggaran berat terhadap Chapter 2 Piagam PBB dan memerlukan jawaban yang proporsional dari komunitas dunia, mengingat sejarah kelam serangan rezim Israel terhadap negara-negara di kawasan itu."
Dalam kasus serangan Israel, Takht-Ravanchi menegaskan, "Kami berhak membela diri dan menanggapi dengan pasti setiap ancaman atau tindakan yang salah oleh rezim Israel."
"Sangat jelas bahwa rezim Israel harus memikul tanggung jawab penuh atas konsekuensi tindakan salah yang tak terkendali," papar dia.
(sya)