Rezim Erdogan Dituding 'Jual' Uighur dengan Imbalan Vaksin China

Sabtu, 06 Februari 2021 - 05:37 WIB
loading...
A A A
Baik otoritas Turki dan China bersikeras bahwa rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi tidak dimaksudkan untuk menargetkan warga Uighur untuk dideportasi. Media pemerintah China menyebut kekhawatiran seperti itu "tercoreng," dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menyangkal adanya hubungan antara vaksin dan perjanjian itu.

"Saya pikir spekulasi Anda tidak berdasar," kata Wang pada konferensi pers hari Kamis lalu.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan pada bulan Desember bahwa penundaan vaksin tidak terkait dengan masalah etnis Uighur.

“Kami tidak menggunakan Uighur untuk tujuan politik, kami membela hak asasi mereka,” tegas Cavusoglu.

Tetapi meskipun sangat sedikit yang benar-benar dideportasi untuk saat ini, penahanan baru-baru ini telah membuat merinding komunitas Uighur Turki yang diperkirakan berjumlah 50.000 orang. Dan dalam beberapa pekan terakhir, duta besar Turki di Beijing memuji vaksin China sambil menambahkan bahwa Ankara menghargai "kerja sama yudisial" dengan China. Banyak etnis Uighur takut pernyataan itu adalah sebuah kode untuk kemungkinan tindakan tegas.



Di masa lalu, sejumlah kecil etnis Uighur telah pergi ke Suriah untuk berlatih dengan militan. Tetapi kebanyakan etnis Uighur di Turki menghindari para ekstrimis dan khawatir mereka menyakiti perjuangan Uighur.

Pengacara yang mewakili warga Uighur yang ditahan mengatakan bahwa dalam kebanyakan kasus, polisi Turki tidak memiliki bukti terkait dengan kelompok teror. Profesor hukum Ankara Ilyas Dogan yakin penahanan itu bermotif politik.

"Mereka tidak memiliki bukti konkret," kata Dogan, yang mewakili enam orang Uighur yang sekarang berada di pusat deportasi. Mereka tidak serius.

Bahkan jika RUU itu disahkan, Dogan meragukan akan ada deportasi massal, mengingat simpati publik yang luas untuk etnis Uighur di Turki. Namun dia yakin kemungkinan individu dideportasi akan meningkat secara signifikan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1566 seconds (0.1#10.140)