Pemimpin Pemberontak: Kudeta Militer Mengancam Nasib Gencatan Senjata Myanmar
loading...
A
A
A
YANGON - Gencatan senjata Myanmar yang rapuh dengan beberapa gerakan pemberontak etnis bersenjata berada dalam bahaya setelah kudeta militer Senin lalu.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Serukan Pembebasan Aung Sang Suu Kyi
Kekhawatiran itu disampaikan seorang perwakilan senior dari koalisi kelompok pemberontak Myanmar kepada Reuters.
Lebih dari dua lusin kelompok etnis bersenjata aktif di perbatasan Myanmar. Beberapa telah menandatangani perjanjian gencatan senjata, sedangkan yang lain terus mengobarkan konflik yang berkobar secara sporadis.
Baca Juga: Imbas Kudeta, AS Isyaratkan Jatuhkan Sanksi pada Militer Myanmar
Jenderal Yawd Serk dari Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan (RCSS), yang juga bertindak sebagai ketua koalisi yang mewakili 10 kelompok dalam Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA), mengutuk kudeta militer pada hari Senin yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi .
“Militer mengutamakan kepentingan pribadi, dan ini menyebabkan hilangnya kepercayaan,” katanya, menyerukan kepada militer Myanmar untuk membuktikan ketulusannya dengan mengadakan pembicaraan dengan semua pihak.
Baca Juga: Inggris Khawatir Kudeta Bisa Bawa Kembali Myanmar ke Era Kegelapan
"Kami telah melihat bentrokan selama gencatan senjata saat ini, tetapi mulai sekarang jika ada lebih banyak bentrokan, saya dapat melihat itu meningkat bahkan lebih di bawah pemerintahan militer," ujarnya, yang dilansir Kamis (4/2/2021). Dia menyerukan pembebasan Suu Kyi dan politisi lain yang ditahan.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Serukan Pembebasan Aung Sang Suu Kyi
Kekhawatiran itu disampaikan seorang perwakilan senior dari koalisi kelompok pemberontak Myanmar kepada Reuters.
Lebih dari dua lusin kelompok etnis bersenjata aktif di perbatasan Myanmar. Beberapa telah menandatangani perjanjian gencatan senjata, sedangkan yang lain terus mengobarkan konflik yang berkobar secara sporadis.
Baca Juga: Imbas Kudeta, AS Isyaratkan Jatuhkan Sanksi pada Militer Myanmar
Jenderal Yawd Serk dari Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan (RCSS), yang juga bertindak sebagai ketua koalisi yang mewakili 10 kelompok dalam Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA), mengutuk kudeta militer pada hari Senin yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi .
“Militer mengutamakan kepentingan pribadi, dan ini menyebabkan hilangnya kepercayaan,” katanya, menyerukan kepada militer Myanmar untuk membuktikan ketulusannya dengan mengadakan pembicaraan dengan semua pihak.
Baca Juga: Inggris Khawatir Kudeta Bisa Bawa Kembali Myanmar ke Era Kegelapan
"Kami telah melihat bentrokan selama gencatan senjata saat ini, tetapi mulai sekarang jika ada lebih banyak bentrokan, saya dapat melihat itu meningkat bahkan lebih di bawah pemerintahan militer," ujarnya, yang dilansir Kamis (4/2/2021). Dia menyerukan pembebasan Suu Kyi dan politisi lain yang ditahan.