Pemimpin Pemberontak: Kudeta Militer Mengancam Nasib Gencatan Senjata Myanmar

Kamis, 04 Februari 2021 - 05:02 WIB
loading...
Pemimpin Pemberontak:...
Para tentara militer Myanmar dalam sebuah parade. Foto/REUTERS
A A A
YANGON - Gencatan senjata Myanmar yang rapuh dengan beberapa gerakan pemberontak etnis bersenjata berada dalam bahaya setelah kudeta militer Senin lalu.

Baca juga : Dewan Keamanan PBB Serukan Pembebasan Aung Sang Suu Kyi

Kekhawatiran itu disampaikan seorang perwakilan senior dari koalisi kelompok pemberontak Myanmar kepada Reuters.

Baca juga: Suu Kyi Dikudeta dan Ditahan, Pengungsi Muslim Rohingya Bersukacita

Lebih dari dua lusin kelompok etnis bersenjata aktif di perbatasan Myanmar. Beberapa telah menandatangani perjanjian gencatan senjata, sedangkan yang lain terus mengobarkan konflik yang berkobar secara sporadis.

Baca juga : Imbas Kudeta, AS Isyaratkan Jatuhkan Sanksi pada Militer Myanmar

Jenderal Yawd Serk dari Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan (RCSS), yang juga bertindak sebagai ketua koalisi yang mewakili 10 kelompok dalam Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA), mengutuk kudeta militer pada hari Senin yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi .

“Militer mengutamakan kepentingan pribadi, dan ini menyebabkan hilangnya kepercayaan,” katanya, menyerukan kepada militer Myanmar untuk membuktikan ketulusannya dengan mengadakan pembicaraan dengan semua pihak.

Baca juga : Inggris Khawatir Kudeta Bisa Bawa Kembali Myanmar ke Era Kegelapan

"Kami telah melihat bentrokan selama gencatan senjata saat ini, tetapi mulai sekarang jika ada lebih banyak bentrokan, saya dapat melihat itu meningkat bahkan lebih di bawah pemerintahan militer," ujarnya, yang dilansir Kamis (4/2/2021). Dia menyerukan pembebasan Suu Kyi dan politisi lain yang ditahan.

Yawd Serk adalah presiden RCSS, yang bergabung dengan gencatan senjata bersama faksi-faksi lain dengan pemerintah sipil sejak 2015. Gencatan sejata itu dirancang untuk menjadi bagian dari proses perdamaian yang lebih luas untuk mengakhiri perselisihan selama beberapa dekade.

Baca juga: Dikudeta Militer, Suu Kyi Dituduh Mengimpor Walkie-Talkie Secara Ilegal

Yawd Serk mengatakan militer Myanmar telah menghubungi organisasinya setelah kudeta untuk berjanji tidak akan mengubah gencatan senjata.

Setidaknya delapan kelompok pemberontak lainnya belum bergabung dengan NCA, termasuk Arakan Army (Tentara Arakan), kelompok bersenjata yang telah memerangi tentara Myanmar di negara bagian Rakhine yang bermasalah dalam beberapa tahun terakhir dan menyetujui gencatan senjata sementara November lalu.

"Kami mengamati dengan cermat situasi saat ini," kata juru bicara Arakan Army.

Seorang analis mengatakan kudeta dapat mengakibatkan tekanan internasional dan domestik terhadap militer, dan memperkuat tangan kelompok etnis dalam mendorong otonomi.

Baca juga : Diplomatnya Dijebloskan ke Penjara, Eropa Takut Iran Balas Dendam

“Bahaya nyata bagi kelompok-kelompok ini adalah ketidakmampuan kronis mereka untuk menghadirkan front persatuan, yang secara historis telah memungkinkan militer Myanmar untuk memecah belah dan memerintah atau melakukan negosiasi tanpa batas,” kata Anthony Davis, seorang analis di IHS-Jane's, sebuah perusahaan konsultan keamanan global.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Rusia Tidak Takut dengan...
Rusia Tidak Takut dengan Ancaman Sanksi Besar-besaran dari Barat
Kubu Garis Keras Pro-Modi:...
Kubu Garis Keras Pro-Modi: Gencatan Senjata Gagalkan India Menang Perang atas Pakistan
Kronologi India-Pakistan...
Kronologi India-Pakistan Gencatan Senjata setelah Situs Kendali Nuklir Islamabad Nyaris Jadi Target
Ini Jawaban Rusia setelah...
Ini Jawaban Rusia setelah Ditekan untuk Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina
Putin Perintahkan Gencatan...
Putin Perintahkan Gencatan Senjata 3 Hari Dimulai, Ukraina Sebut Hanya Sandiwara
AS Menuntut Perundingan...
AS Menuntut Perundingan Langsung Rusia-Ukraina Tanpa Mediator
Gencatan Senjata Gaza...
Gencatan Senjata Gaza Palestina, Wakil PM Malaysia Sebut Negaranya Senada dengan Indonesia
Kim Jong Un Pantau Uji...
Kim Jong Un Pantau Uji Coba Rudal Balistik Korut, Tekankan Kesiapan Kekuatan Nuklir
Putin Ingin Berunding...
Putin Ingin Berunding Langsung dengan Ukraina, Tanpa Syarat
Rekomendasi
Daftar Lengkap 51 Pati...
Daftar Lengkap 51 Pati TNI AU Dimutasi Jenderal Agus Subiyanto pada Akhir April 2025
Teuku Ryzki Minta Aldy...
Teuku Ryzki Minta Aldy Maldini Selesaikan Dugaan Penipuan: Nggak Boleh Ngilang!
Usai Kerusuhan, 56 Warga...
Usai Kerusuhan, 56 Warga Binaan Lapas Muara Beliti Dipindah ke Nusakambangan
Berita Terkini
Mengapa India dan Pakistan...
Mengapa India dan Pakistan Sepakat Melakukan Gencatan Senjata?
Israel Dukung Penuh...
Israel Dukung Penuh India dalam Perang Melawan Pakistan, Ini 5 Alasannya
267 Paus yang Pernah...
267 Paus yang Pernah Memimpin Gereja Katolik
Trump Dikabarkan Akan...
Trump Dikabarkan Akan Mengakui Palestina saat Berkunjung ke Arab Saudi
Ini Bukti Militer Pakistan...
Ini Bukti Militer Pakistan Dicintai Rakyatnya, Pengusaha Ini Sumbang Rp2,9 Miliar
Hilang selama 43 Tahun,...
Hilang selama 43 Tahun, Jenazah Tentara Israel Ditemukan di Jantung Suriah
Infografis
Trump Bela Putin, Tepis...
Trump Bela Putin, Tepis Klaim Rusia Tolak Gencatan Senjata
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved