Terungkap, Polisi China Lakukan Pemantauan Ekstensif Aktivitas Muslim Uighur
loading...
A
A
A
"Akibatnya, seorang pria Uighur yang tidak ada hubungannya dengan kelompok itu ditangkap dan diawasi meskipun polisi mencatat bahwa dia berperilaku baik dan kami tidak curiga," demikian laporan itu seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (31/1/2021).
Menurut catatan yang dilihat oleh The Intercept, polisi memutuskan untuk mengontrol dan memantau pria tersebut berdasarkan aktivitas religius kakak perempuan tertuanya beberapa bulan sebelumnya.
Catatan polisi mencatat bahwa saudara perempuan pria itu telah mengundang pasangan Uighur lainnya untuk bergabung dengan grup diskusi agama di aplikasi perpesanan Tencent QQ.
"Catatan polisi mencatat bahwa pasangan lain masuk ke grup setiap hari dari jam 7 pagi hingga 11:30 malam, dan bahwa suaminya telah berhenti merokok dan minum, dan istrinya mulai mengenakan pakaian sederhana," bunyi catatan itu.
Pasangan itu kemudian dikirim ke kamp pendidikan ulang, sementara nasib kakak perempuan dan suaminya tetap tidak diketahui.
Laporan semacam itu menambah bukti penindasan sehari-hari yang dihadapi oleh minoritas Muslim di Xinjiang, serta bagaimana aktivitas keagamaan Muslim sehari-hari dipandang oleh otoritas China sebagai penanda ekstremisme.
Basis data itu juga berisi bukti yang menunjukkan bahwa program kesehatan "Fisik untuk Semua" China dimasukkan ke dalam pengawasan negara terhadap kelompok Muslim.
Di bagian lain, terungkap penggunaan alat yang ekstensif oleh polisi untuk mengunduh data dari ponsel, yang dikenal sebagai "pedang anti-terorisme", serta pemantauan aplikasi perpesanan seluler WeChat.
Menurut catatan yang dilihat oleh The Intercept, polisi memutuskan untuk mengontrol dan memantau pria tersebut berdasarkan aktivitas religius kakak perempuan tertuanya beberapa bulan sebelumnya.
Catatan polisi mencatat bahwa saudara perempuan pria itu telah mengundang pasangan Uighur lainnya untuk bergabung dengan grup diskusi agama di aplikasi perpesanan Tencent QQ.
"Catatan polisi mencatat bahwa pasangan lain masuk ke grup setiap hari dari jam 7 pagi hingga 11:30 malam, dan bahwa suaminya telah berhenti merokok dan minum, dan istrinya mulai mengenakan pakaian sederhana," bunyi catatan itu.
Pasangan itu kemudian dikirim ke kamp pendidikan ulang, sementara nasib kakak perempuan dan suaminya tetap tidak diketahui.
Laporan semacam itu menambah bukti penindasan sehari-hari yang dihadapi oleh minoritas Muslim di Xinjiang, serta bagaimana aktivitas keagamaan Muslim sehari-hari dipandang oleh otoritas China sebagai penanda ekstremisme.
Basis data itu juga berisi bukti yang menunjukkan bahwa program kesehatan "Fisik untuk Semua" China dimasukkan ke dalam pengawasan negara terhadap kelompok Muslim.
Di bagian lain, terungkap penggunaan alat yang ekstensif oleh polisi untuk mengunduh data dari ponsel, yang dikenal sebagai "pedang anti-terorisme", serta pemantauan aplikasi perpesanan seluler WeChat.