Senat AS Restui Antony Blinken Jadi Menteri Luar Negeri
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Senat Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi Antony Blinken sebagai Menteri Luar Negeri yang baru. Blinken, rekan lama Presiden AS Joe Biden , mendapat persetujuan Senat dengan suara 78-22.
Dengan dikonfirmasinya Blinken, Presiden Joe Biden sekarang memiliki sejumlah anggota kunci untuk tim keamanan nasionalnya. Selain Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan - yang tidak memerlukan konfirmasi Senat - Direktur Intelijen Nasional Avril Haines telah dikonfirmasi pada Hari Pelantikan dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin juga telah dikonfirmasi pada Jumat lalu.
Ditetapkannya Blinken sebagai Menteri Luar Negeri AS disambut baik oleh anggota parlemen di kedua sisi serta asosiasi profesional untuk Dinas Luar Negeri AS.
"Kepemimpinan Departemen Luar Negeri, badan kabinet tertua negara kami, mewakili tanggung jawab besar," kata Asosiasi Dinas Luar Negeri Amerika (AFSA) dalam sebuah pernyataan.
"Seperti yang telah kami lakukan untuk para pendahulunya, AFSA mengucapkan selamat dan selamat datang kepada Menteri Blinken. Kami mengucapkan semoga sukses kepada Menteri dan timnya di tahun-tahun mendatang. AFSA dan anggotanya berjanji untuk bekerja bersama mereka untuk memperkuat karir Dinas Luar Negeri dan melindungi serta meningkatkan institusi diplomasi Amerika," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari CNN, Rabu (27/1/2021).
Menteri Luar Negeri AS ke-71 itu menghadapi tantangan untuk memulihkan posisi Amerika di mata dunia dan menghidupkan kembali departemen di mana banyak orang merasa kehilangan semangat di bawah pemerintahan sebelumnya.
Dia juga akan berada di garis depan dalam mengarahkan perubahan tajam dari kebijakan luar negeri "America First" ke kebijakan yang berfokus pada multilateralisme dan koalisi.
Selama sidang konfirmasi pekan lalu, Blinken berjanji untuk terlibat kembali dengan Kongres tentang masalah kebijakan utama luar negeri AS.
Dia mendapat tekanan terkait Iran dan upaya untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015. Sementara Blinken menjelaskan bahwa pemerintahan Biden merasa dunia lebih aman dengan kesepakatan nuklir Iran, dia tidak menawarkan secara spesifik rencana untuk bergabung kembali dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang mana pemerintahan Trump menarik diri pada 2018.
"Presiden terpilih percaya bahwa jika Iran kembali ke kepatuhan, kami juga akan melakukannya," kata Blinken pada audiensi sehari sebelum pelantikan pekan lalu.
"Tapi, kami akan menggunakannya sebagai platform dengan sekutu dan mitra kami yang sekali lagi akan berada di sisi yang sama dengan kami, untuk mencari kesepakatan yang lebih lama dan lebih kuat. Dan juga, seperti yang Anda dan ketua tunjukkan dengan benar, untuk menangkap masalah lain, terutama yang berkaitan dengan rudal dan aktivitas destabilisasi Iran. Itu akan menjadi tujuannya," imbunya.
"Karena itu, saya pikir kita masih jauh dari sana, kita harus melihat begitu Presiden terpilih menjabat, langkah apa yang sebenarnya diambil dan siap diambil Iran," ujar Blinken.
Mengenai China, dia mengakui bahwa Presiden Donald Trump benar dalam mengambil pendekatan yang lebih keras ke China.
"Saya sangat tidak setuju, dengan cara dia melakukannya di sejumlah bidang, tetapi prinsip dasarnya adalah benar, dan saya pikir itu sebenarnya membantu kebijakan luar negeri kita," ucap Blinken.
Dia berjanji untuk memulihkan badan yang sekarang dia pimpin, dengan mengatakan berkomitmen untuk memajukan keamanan dan kemakmuran dengan membangun korps diplomatik yang sepenuhnya mewakili Amerika dalam semua bakat dan keragamannya.
Dan di mana pendahulunya Mike Pompeo berjanji untuk membawa "kesombongan," Blinken menyerukan "kerendahan hati dan kepercayaan diri."
"Kerendahan hati karena kita memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan di rumah untuk meningkatkan posisi kita di luar negeri," jelasnya.
"Dan kerendahan hati karena sebagian besar masalah dunia bukan tentang kita, bahkan saat itu memengaruhi kita. Tidak satu pun tantangan besar yang kita hadapi dapat dipenuhi oleh satu negara yang bertindak sendiri - bahkan yang sekuat AS," urainya.
"Tapi kami juga akan bertindak dengan keyakinan bahwa Amerika dalam kondisi terbaiknya masih memiliki kemampuan yang lebih besar daripada negara mana pun di dunia untuk memobilisasi orang lain demi kebaikan yang lebih besar," tegas Blinken.
Dengan dikonfirmasinya Blinken, Presiden Joe Biden sekarang memiliki sejumlah anggota kunci untuk tim keamanan nasionalnya. Selain Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan - yang tidak memerlukan konfirmasi Senat - Direktur Intelijen Nasional Avril Haines telah dikonfirmasi pada Hari Pelantikan dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin juga telah dikonfirmasi pada Jumat lalu.
Ditetapkannya Blinken sebagai Menteri Luar Negeri AS disambut baik oleh anggota parlemen di kedua sisi serta asosiasi profesional untuk Dinas Luar Negeri AS.
"Kepemimpinan Departemen Luar Negeri, badan kabinet tertua negara kami, mewakili tanggung jawab besar," kata Asosiasi Dinas Luar Negeri Amerika (AFSA) dalam sebuah pernyataan.
"Seperti yang telah kami lakukan untuk para pendahulunya, AFSA mengucapkan selamat dan selamat datang kepada Menteri Blinken. Kami mengucapkan semoga sukses kepada Menteri dan timnya di tahun-tahun mendatang. AFSA dan anggotanya berjanji untuk bekerja bersama mereka untuk memperkuat karir Dinas Luar Negeri dan melindungi serta meningkatkan institusi diplomasi Amerika," sambung pernyataan itu seperti dilansir dari CNN, Rabu (27/1/2021).
Menteri Luar Negeri AS ke-71 itu menghadapi tantangan untuk memulihkan posisi Amerika di mata dunia dan menghidupkan kembali departemen di mana banyak orang merasa kehilangan semangat di bawah pemerintahan sebelumnya.
Dia juga akan berada di garis depan dalam mengarahkan perubahan tajam dari kebijakan luar negeri "America First" ke kebijakan yang berfokus pada multilateralisme dan koalisi.
Selama sidang konfirmasi pekan lalu, Blinken berjanji untuk terlibat kembali dengan Kongres tentang masalah kebijakan utama luar negeri AS.
Dia mendapat tekanan terkait Iran dan upaya untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015. Sementara Blinken menjelaskan bahwa pemerintahan Biden merasa dunia lebih aman dengan kesepakatan nuklir Iran, dia tidak menawarkan secara spesifik rencana untuk bergabung kembali dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang mana pemerintahan Trump menarik diri pada 2018.
"Presiden terpilih percaya bahwa jika Iran kembali ke kepatuhan, kami juga akan melakukannya," kata Blinken pada audiensi sehari sebelum pelantikan pekan lalu.
"Tapi, kami akan menggunakannya sebagai platform dengan sekutu dan mitra kami yang sekali lagi akan berada di sisi yang sama dengan kami, untuk mencari kesepakatan yang lebih lama dan lebih kuat. Dan juga, seperti yang Anda dan ketua tunjukkan dengan benar, untuk menangkap masalah lain, terutama yang berkaitan dengan rudal dan aktivitas destabilisasi Iran. Itu akan menjadi tujuannya," imbunya.
"Karena itu, saya pikir kita masih jauh dari sana, kita harus melihat begitu Presiden terpilih menjabat, langkah apa yang sebenarnya diambil dan siap diambil Iran," ujar Blinken.
Mengenai China, dia mengakui bahwa Presiden Donald Trump benar dalam mengambil pendekatan yang lebih keras ke China.
"Saya sangat tidak setuju, dengan cara dia melakukannya di sejumlah bidang, tetapi prinsip dasarnya adalah benar, dan saya pikir itu sebenarnya membantu kebijakan luar negeri kita," ucap Blinken.
Dia berjanji untuk memulihkan badan yang sekarang dia pimpin, dengan mengatakan berkomitmen untuk memajukan keamanan dan kemakmuran dengan membangun korps diplomatik yang sepenuhnya mewakili Amerika dalam semua bakat dan keragamannya.
Dan di mana pendahulunya Mike Pompeo berjanji untuk membawa "kesombongan," Blinken menyerukan "kerendahan hati dan kepercayaan diri."
"Kerendahan hati karena kita memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan di rumah untuk meningkatkan posisi kita di luar negeri," jelasnya.
"Dan kerendahan hati karena sebagian besar masalah dunia bukan tentang kita, bahkan saat itu memengaruhi kita. Tidak satu pun tantangan besar yang kita hadapi dapat dipenuhi oleh satu negara yang bertindak sendiri - bahkan yang sekuat AS," urainya.
"Tapi kami juga akan bertindak dengan keyakinan bahwa Amerika dalam kondisi terbaiknya masih memiliki kemampuan yang lebih besar daripada negara mana pun di dunia untuk memobilisasi orang lain demi kebaikan yang lebih besar," tegas Blinken.
(ber)