Israel Deportasi Penjahat Seks Malka Leifer ke Australia

Selasa, 26 Januari 2021 - 08:10 WIB
loading...
Israel Deportasi Penjahat Seks Malka Leifer ke Australia
Malka Leifer, warga Israel yang melakukan kejahatan seksual di Australia. Foto/REUTERS
A A A
TEL AVIV - Israel mengekstradisi Malka Leifer, seorang mantan kepala sekolah ultra-Ortodoks Yahudi yang melakukan banyak pelecehan seksual terhadap siswa, ke Australia .

Ekstradisi terhadap Leifer mengakhiri perselisihan hukum selama enam tahun terakhir.

"Kami mengonfirmasi deportasi tersebut," kata Kementerian Kehakiman Israel dalam pesan WhatsApp hari Senin (25/1/2021), tanpak memberikan rincian lebih lanjut.



Media Israel melaporkan penjahat seks itu pergi dengan penerbangan pagi ke Australia, beberapa jam sebelum bandara Israel Ben Gurion ditutup sebagai bagian dari tindakan pencegahan COVID-19.

"Dia melakukan perjalanan ke Australia melalui Frankfurt, dan akan tiba di Australia hari ini (hari Senin)," tulis The Jerusalem Post.

Leifer, seorang warga Israel, dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak saat dia bekerja sebagai guru dan kepala sekolah di sekolah ultra-Ortodoks di Melbourne, Australia.

Menurut media Australia, dia menghadapi 74 dakwaan pelecehan seksual terhadap anak perempuan.

Setelah tuduhan terhadapnya muncul di Australia pada 2008, Leifer dan keluarganya pergi ke Israel dan pindah ke pemukiman Emmanuel di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki Israel.



Pada bulan Desember, Mahkamah Agung Israel menolak banding terakhir pengacaranya terhadap ekstradisi Leifer dalam keputusan yang diucapkan dengan keras.

"Lebih dari enam tahun telah berlalu sejak permintaan diajukan ke pengadilan distrik Yerusalem untuk menyatakan pemohon diekstradisi ke Australia," tulis Mahkamah Agung.

"Sejak itu, tidak ada proses yang tidak diambil pemohon untuk mencegah ekstradisinya, termasuk atas dasar penyakit mental."

Harian Israel, Haaretz, mengutip Jeremy Leibler dari Federasi Zionis Australia yang mengkritik penundaan ekstradisi tersebut.

"Bahwa Leifer dibiarkan melarikan diri dari keadilan begitu lama adalah parodi," katanya.

“Meskipun lega karena sistem peradilan Israel akhirnya menang, waktu dan proses yang mengakibatkan penundaan ini sama sekali tidak dapat diterima," ujarnya.



Upaya ekstradisi sebelumnya antara 2014 dan 2016 gagal setelah Leifer dirawat di rumah sakit jiwa dan pendapat para ahli menemukan bahwa dia tidak cocok untuk diadili.

Tapi penyelidik swasta yang menyamar kemudian merekam Leifer sedang berbelanja dan menyetorkan cek di bank, tampaknya menjalani kehidupan normal.

Ini mendorong otoritas Israel untuk melakukan penyelidikan apakah dia memalsukan penyakit mental untuk menghindari ekstradisi, yang menyebabkan penangkapannya kembali pada Februari 2018.

Mei lalu, hakim pengadilan distrik Yerusalem Chana Lomp memutuskan; "Itu bukan masalah psikotik dari penyakit mental seperti dalam definisi hukumnya dan dia layak untuk diadili."

Perselisihan hukum menyebabkan beberapa ketegangan antara sekutu Israel dan Australia, di mana ekstradisi Leifer menjadi masalah utama yang diangkat Presiden Israel Reuven Rivlin selama kunjungan ke Australia Februari lalu.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1606 seconds (0.1#10.140)