Pandemi Virus Corona Intai Kamp Pengungsi Rohingya

Jum'at, 15 Mei 2020 - 22:33 WIB
loading...
Pandemi Virus Corona...
Bangladesh mengkonfirmasi kasus Covid-19 pertama di kamp pengungsi Rohingya. Foto/Time
A A A
DHAKA - Tim medis Bangladesh berpacu dengan waktu untuk mencegah "mimpi buruk" pandemi virus Corona di kamp pengungsi Rohingya. Ini terjadi setelah kasus pertama infeksi virus Corona dikonfirmasi di kota gubuk yang berpenduduk hampir satu juta Rohingya.

Sekitar 750 ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari serangan militer Myanmar pada 2017 tinggal di gang-gang sempit dari jaringan 34 kamp di distrik Bazar Cox di Bangladesh tenggara. Sejumlah pihak telah memperingatkan bahwa pandemi virus Corona dapat menyebar cepat seperti api di kamp pengungsian terbsar di dunia itu.

Koordinator kesehatan setempat Abu Toha Bhuiyan awalnya mengatakan pada hari Kamis bahwa dua pengungsi telah dinyatakan positif.

Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengatakan satu kasus adalah seorang pria Rohingya, dan yang lainnya adalah seorang pria lokal yang tinggal di dekat kamp. Keduanya sedang dirawat di sebuah klinik di kamp pengungsian tersebut.

Juru bicara WHO, Catalin Bercaru mengatakan bahwa tim investigasi sedang dikerahkan dan kontak para pria sedang dilacak untuk di karantina dan dites.

Pejabat pemerintah setempat Mahfuzar Rahman mengatakan satu blok di satu kamp, yang menampung sekitar 5.000 orang, ditutup.

"Kami telah mengunci blok, melarang siapa pun memasuki atau meninggalkan rumah mereka," katanya seperti dikutip dari AFP, Jumat (15/5/2020).

Ia mengatakan mereka juga berusaha untuk "melacak jejak" orang-orang yang telah bertemu dengan orang yang terinfeksi dan mereka semua akan dibawa ke pusat isolasi yang didirikan di kamp-kamp.

Pada awal April, pihak berwenang telah mengunci distrik Box di sekitar Cox Bazar - rumah bagi 3,4 juta orang termasuk para pengungsi - setelah munculnya sejumlah kasus Covid-19.

Bangladesh membatasi lalu lintas masuk dan keluar dari kamp dan memaksa organisasi bantuan untuk memangkas 80 persen tenaga kerja.

Negara berpenduduk 160 juta orang ini telah melakukan lockdown dan telah menunjukkan peningkatan yang cepat kasus virus Corona dalam beberapa hari terakhir, dengan hampir 19.000 kasus dan 300 kematian pada Kamis malam.

Seorang pejabat senior AS yang telah mengunjungi para pengungsi mengatakan hanya masalah waktu bagi virus itu untuk mencapai kamp pengungsian.

"Kamp pengungsi sangat ramai. Virus Covid akan menyebar sangat cepat ke sana," kata Sam Brownback, duta besar untuk kebebasan beragama internasional.

Pengacara senior Refugees International untuk hak asasi manusia, Daniel Sullivan, mengatakan kasus Covid-19 pertama adalah "realisasi dari skenario mimpi buruk".

"Kami sedang melihat prospek yang sangat nyata bahwa ribuan orang mungkin meninggal karena Covid-19, dengan tidak ada tempat perawatan intensif di kamp-kamp pengungsian," kata Shamim Jahan dari Save the Children

Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan lainnya juga mengkritik Bangladesh karena memotong akses internet di kamp-kamp itu. Pihak berwenang beralasan itu dilakukan untuk memerangi perdagangan narkoba dan kegiatan kriminal lainnya.

Kurangnya akses internet berarti informasi sulit didapat dan munculnya desas-desus, misalnya virus Corona selalu berakibat fatal.

"Komunikasi terbuka sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan melacak penyebaran penyakit," kata Sullivan.

"Saya telah menyerukan kepada pemerintah Bangladesh untuk memberikan akses internet. Sepertinya saya menggelikan bahwa mereka tidak," kata Brownback kepada wartawan di Washington.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1511 seconds (0.1#10.140)