Dua Orang di India Meninggal Setelah Disuntik Vaksin COVID-19
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Dua orang di India meninggal setelah disuntik vaksin COVID-19 . Namun pemerintah India bersikeras bahwa pemberian vaksin tidak bisa disalahkan atas peristiwa tersebut.
Pada hari Minggu, seorang pekerja rumah sakit berusia 52 tahun di Moradabad, Uttar Pradesh meninggal sehari setelah menerima suntikan vaksin COVID-19. Putra pria itu mengatakan kepada media lokal bahwa dia yakin ayahnya meninggal karena efek samping dari vaksin. Dia mengatakan bahwa ayahnya menderita sedikit radang paru-paru, batuk dan pilek sebelum disuntik, namun kondisinya memburuk setelah divaksinasi. Korban mengeluh sesak serta nyeri di dada dan dilarikan ke rumah sakit, di mana dia dinyatakan meninggal.
Namun, pejabat pemerintah mengklaim bahwa korbanmeninggal karena serangan jantung sembari menekankan bahwa kematian tersebut tidak terkait dengan vaksinasi COVID-19. Hasil otopsi mengungkapkan bahwa korban mengalami pembekuan darah dan terdapat kantong nanah di paru-parunya.
"Pasien telah diberikan vaksin Covishield dan ditempatkan di ruang observasi selama 30 menit setelah mendapat suntikan vaksin, di mana dia tidak melaporkan efek samping apa pun," klaim pejabat kesehatan setempat seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (19/1/2021).
Kematian kedua dilaporkan di Bellary di Karnataka. Korbannya laki-laki berusia 43 tahun divaksinasi pada hari Sabtu dan meninggal pada hari Senin. Pemerintah mengatakan pria itu menderita gagal jantung paru. Tidak jelas obat apa yang diberikan kepadanya.
India memberikan persetujuan darurat untuk dua varian vaksin COVID-19 awal bulan ini: Covaxin dari Bharat Biotech, dan Covishield, vaksin yang didasarkan pada formula AstraZeneca/Oxford dan diproduksi oleh Serum Institute of India.
Menurut media India, India Today, kedua korban termasuk di antara tujuh kasus reaksi parah terhadap vaksin COVID-19 setelah dimulainya kampanye vaksinsasi nasional pada akhir pekan lalu.
Awal pekan ini produsen vaksin COVID-19 India, Bharat Biotech, mengeluarkan lembar fakta yang menyarankan agar tidak memberikan vaksin kepada seseorang yang menderita "alergi apa pun" atau imunokompromi.
Dokumen itu juga mengatakan bahwa orang dengan demam atau gangguan pendarahan sebaiknya tidak diberikan vaksin.
India berharap dapat memvaksinasi 300 juta orang pada Agustus, dimulai dengan 30 juta dokter, perawat, dan pekerja di garis depan lainnya. New Delhi memuji upaya imunisasi, yang disebut sebagai yang terbesar di dunia, sebagai kemenangan kesehatan masyarakat. Namun anggota parlemen dan pengawas menuduh pemerintah mempercepat persetujuan untuk dua vaksin tersebut.
Vaksin Covaxin asli India belum menyelesaikan uji coba fase tiga, dan ada juga masalah transparansi seputar Covishield.
Pada hari Minggu, seorang pekerja rumah sakit berusia 52 tahun di Moradabad, Uttar Pradesh meninggal sehari setelah menerima suntikan vaksin COVID-19. Putra pria itu mengatakan kepada media lokal bahwa dia yakin ayahnya meninggal karena efek samping dari vaksin. Dia mengatakan bahwa ayahnya menderita sedikit radang paru-paru, batuk dan pilek sebelum disuntik, namun kondisinya memburuk setelah divaksinasi. Korban mengeluh sesak serta nyeri di dada dan dilarikan ke rumah sakit, di mana dia dinyatakan meninggal.
Namun, pejabat pemerintah mengklaim bahwa korbanmeninggal karena serangan jantung sembari menekankan bahwa kematian tersebut tidak terkait dengan vaksinasi COVID-19. Hasil otopsi mengungkapkan bahwa korban mengalami pembekuan darah dan terdapat kantong nanah di paru-parunya.
"Pasien telah diberikan vaksin Covishield dan ditempatkan di ruang observasi selama 30 menit setelah mendapat suntikan vaksin, di mana dia tidak melaporkan efek samping apa pun," klaim pejabat kesehatan setempat seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (19/1/2021).
Kematian kedua dilaporkan di Bellary di Karnataka. Korbannya laki-laki berusia 43 tahun divaksinasi pada hari Sabtu dan meninggal pada hari Senin. Pemerintah mengatakan pria itu menderita gagal jantung paru. Tidak jelas obat apa yang diberikan kepadanya.
India memberikan persetujuan darurat untuk dua varian vaksin COVID-19 awal bulan ini: Covaxin dari Bharat Biotech, dan Covishield, vaksin yang didasarkan pada formula AstraZeneca/Oxford dan diproduksi oleh Serum Institute of India.
Menurut media India, India Today, kedua korban termasuk di antara tujuh kasus reaksi parah terhadap vaksin COVID-19 setelah dimulainya kampanye vaksinsasi nasional pada akhir pekan lalu.
Awal pekan ini produsen vaksin COVID-19 India, Bharat Biotech, mengeluarkan lembar fakta yang menyarankan agar tidak memberikan vaksin kepada seseorang yang menderita "alergi apa pun" atau imunokompromi.
Dokumen itu juga mengatakan bahwa orang dengan demam atau gangguan pendarahan sebaiknya tidak diberikan vaksin.
India berharap dapat memvaksinasi 300 juta orang pada Agustus, dimulai dengan 30 juta dokter, perawat, dan pekerja di garis depan lainnya. New Delhi memuji upaya imunisasi, yang disebut sebagai yang terbesar di dunia, sebagai kemenangan kesehatan masyarakat. Namun anggota parlemen dan pengawas menuduh pemerintah mempercepat persetujuan untuk dua vaksin tersebut.
Vaksin Covaxin asli India belum menyelesaikan uji coba fase tiga, dan ada juga masalah transparansi seputar Covishield.
(ber)