China: Keputusan Rusia Keluar dari Perjanjian Open Skies Tidak Bisa Dihindari
loading...
A
A
A
BEIJING - Kementerian Luar Negeri China mengatakan, keputusan Rusia untuk keluar dari Perjanjian Open Skies tidak dapat dihindari. Hal ini, ucap kementerian itu, karena posisi Amerika Serikat (AS) dalam masalah tersebut.
"Sejauh yang saya mengerti, alasan langsung bagi Moskow untuk memulai prosedur penarikan diri dari Perjanjian Open Skies adalah keluarnya AS secara sepihak darinya, terlepas dari posisi internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
"Ini secara serius merusak kepercayaan bilateral antara angkatan bersenjata kedua negara. dan transparansi antara pihak terkait," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (18/1/2021).
Dia kemudian mengatakan bahwaRusia mencoba untuk mempertahankan perjanjian itu, tetapi Moskow belum menerima reaksi positif dari AS dan anggota lain dari perjanjian tersebut.
Seperti diketahui, pekan lalu Rusia mengumumkan keluar dari perjanjian militer Open Skies, sebuah langkah yang merusak perjanjian pertahanan pasca-Perang Dingin. Moskow menyalahkanAS keluar lebih dari perjanjian itu pada 2020 lalu.
Perjanjian Open Skies memungkinkan negara-negara yang menandatanganinya melakukan penerbangan pengawasan atau mata-mata tak bersenjata di wilayah satu sama lain sesuai jadwal. "Karena kurangnya kemajuan dalam negosiasi seputar kelanjutan perjanjian dalam keadaan baru, Kementerian berwenang untuk mengumumkan dimulainya persiapan untuk penarikan," sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Alasan utama di balik langkah Moskow adalah kegagalan untuk mengamankan jaminan bahwa intelijen yang dikumpulkan oleh anggota blok militer NATO yang dipimpin AS tidak akan diteruskan ke AS.
"AS dengan arogan mengabaikan proposal kami untuk menyelesaikan masalah in. Menyadari bahwa Washington akan memerlukan langkah-langkah balasan untuk mengatasi masalah Rusia untuk mencapai kesepakatan. Mereka menghentikan konsultasi dan menuduh negara kami melakukan tindakan pelanggaran perjanjian. Tuduhan yang dibuat-buat ini digunakan oleh mereka sebagai dalih pertama untuk mengusulkan 'tindakan balasan' dan kemudian menarik diri dari perjanjian," imbuhnya.
"Sejauh yang saya mengerti, alasan langsung bagi Moskow untuk memulai prosedur penarikan diri dari Perjanjian Open Skies adalah keluarnya AS secara sepihak darinya, terlepas dari posisi internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
"Ini secara serius merusak kepercayaan bilateral antara angkatan bersenjata kedua negara. dan transparansi antara pihak terkait," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (18/1/2021).
Dia kemudian mengatakan bahwaRusia mencoba untuk mempertahankan perjanjian itu, tetapi Moskow belum menerima reaksi positif dari AS dan anggota lain dari perjanjian tersebut.
Seperti diketahui, pekan lalu Rusia mengumumkan keluar dari perjanjian militer Open Skies, sebuah langkah yang merusak perjanjian pertahanan pasca-Perang Dingin. Moskow menyalahkanAS keluar lebih dari perjanjian itu pada 2020 lalu.
Perjanjian Open Skies memungkinkan negara-negara yang menandatanganinya melakukan penerbangan pengawasan atau mata-mata tak bersenjata di wilayah satu sama lain sesuai jadwal. "Karena kurangnya kemajuan dalam negosiasi seputar kelanjutan perjanjian dalam keadaan baru, Kementerian berwenang untuk mengumumkan dimulainya persiapan untuk penarikan," sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Alasan utama di balik langkah Moskow adalah kegagalan untuk mengamankan jaminan bahwa intelijen yang dikumpulkan oleh anggota blok militer NATO yang dipimpin AS tidak akan diteruskan ke AS.
"AS dengan arogan mengabaikan proposal kami untuk menyelesaikan masalah in. Menyadari bahwa Washington akan memerlukan langkah-langkah balasan untuk mengatasi masalah Rusia untuk mencapai kesepakatan. Mereka menghentikan konsultasi dan menuduh negara kami melakukan tindakan pelanggaran perjanjian. Tuduhan yang dibuat-buat ini digunakan oleh mereka sebagai dalih pertama untuk mengusulkan 'tindakan balasan' dan kemudian menarik diri dari perjanjian," imbuhnya.
(esn)