Mahathir: Biden Mungkin akan Perbaiki Hubungan dengan Asia, Akhiri Perang Dagang Konyol
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan, setelah empat tahun berurusan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) , Donald Trump, Asia dapat mengharapkan Joe Biden untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara yang secara tradisional mendukung AS. Dia juga berharap Biden mengakhiri "perang perdagangan konyol" dengan China.
"Saya berharap ini berbeda dari Trump, karena Trump praktis tidak tahu apa-apa tentang Asia Tenggara," kata Mahathir dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (14/1/2021).
"Trump dulu menentang hampir setiap negara, tetapi sekarang saya pikir Biden ingin membalikkan kebijakan itu dan memiliki pemahaman atau hubungan persahabatan dengan banyak negara, yang di masa lalu cukup mendukung Amerika," sambungnya.
Biden pada November lalu mengatakan bahwa AS akan "siap untuk memimpin" lagi di panggung global, ketika ia secara resmi mengambil alih jabatan pada 20 Januari, setelah dunia bergulat dengan kebijakan "Amerika Pertama" Trump yang memusuhi sekutu dan memicu perang perdagangan dengan China.
"Saya tidak percaya dia (Biden) akan melanjutkan perang perdagangan konyol dengan China ini. Seharusnya ada beberapa upaya untuk mungkin menyelesaikan beberapa masalah ketidakseimbangan dalam perdagangan, tetapi mempertahankan perang dagang bukanlah sesuatu yang saya pikir akan dilakukan Biden," ujarnya.
AS dan China, dua ekonomi terbesar dunia telah berselisih sejak Juli 2018. Ini diawali oleh tuntutan AS agar China mengadopsi perubahan kebijakan yang akan lebih melindungi kekayaan intelektualwarga Amerika dan membuat pasar China lebih dapat diakses oleh perusahaan AS.
Perang perdagangan mereka merusak pertumbuhan global dan rantai pasokan yang terbalik selama dua tahun terakhir.
Mahathir mengatakan, Malaysia seperti kebanyakan negara, perlu lebih sensitif terhadap apa yang diinginkan China. Ini karena China terlalu besar untuk dihadapi langsung dalam masalah seperti ketidakseimbangan perdagangan atau pelanggaran HAM.
"China tidak memperlakukan Muslim di sana dengan baik, tetapi kami tidak dapat menghadapi mereka, kami harus sangat berhati-hati dengan cara kami menangani China," tukasnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
"Saya berharap ini berbeda dari Trump, karena Trump praktis tidak tahu apa-apa tentang Asia Tenggara," kata Mahathir dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (14/1/2021).
"Trump dulu menentang hampir setiap negara, tetapi sekarang saya pikir Biden ingin membalikkan kebijakan itu dan memiliki pemahaman atau hubungan persahabatan dengan banyak negara, yang di masa lalu cukup mendukung Amerika," sambungnya.
Biden pada November lalu mengatakan bahwa AS akan "siap untuk memimpin" lagi di panggung global, ketika ia secara resmi mengambil alih jabatan pada 20 Januari, setelah dunia bergulat dengan kebijakan "Amerika Pertama" Trump yang memusuhi sekutu dan memicu perang perdagangan dengan China.
"Saya tidak percaya dia (Biden) akan melanjutkan perang perdagangan konyol dengan China ini. Seharusnya ada beberapa upaya untuk mungkin menyelesaikan beberapa masalah ketidakseimbangan dalam perdagangan, tetapi mempertahankan perang dagang bukanlah sesuatu yang saya pikir akan dilakukan Biden," ujarnya.
AS dan China, dua ekonomi terbesar dunia telah berselisih sejak Juli 2018. Ini diawali oleh tuntutan AS agar China mengadopsi perubahan kebijakan yang akan lebih melindungi kekayaan intelektualwarga Amerika dan membuat pasar China lebih dapat diakses oleh perusahaan AS.
Perang perdagangan mereka merusak pertumbuhan global dan rantai pasokan yang terbalik selama dua tahun terakhir.
Mahathir mengatakan, Malaysia seperti kebanyakan negara, perlu lebih sensitif terhadap apa yang diinginkan China. Ini karena China terlalu besar untuk dihadapi langsung dalam masalah seperti ketidakseimbangan perdagangan atau pelanggaran HAM.
"China tidak memperlakukan Muslim di sana dengan baik, tetapi kami tidak dapat menghadapi mereka, kami harus sangat berhati-hati dengan cara kami menangani China," tukasnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(esn)