Kanada dan Inggris Berbelasungkawa pada Keluarga Korban Sriwijaya Air

Senin, 11 Januari 2021 - 13:31 WIB
loading...
Kanada dan Inggris Berbelasungkawa pada Keluarga Korban Sriwijaya Air
Petugas KNKT memeriksa serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021). Foto/SINDOnews.com/Arif Julianto
A A A
JAKARTA - Pemerintah Kanada dan Inggris ikut berbelasungkawa kepada keluarga dan teman-teman dari korban tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada hari Minggu. Pesawat yang membawa 62 orang ini jatuh di perairan Kepulauan Seribu ketika terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak.

"Berita dari Indonesia sangat memilukan. Belasungkawa kami yang terdalam kepada keluarga, teman, dan orang-orang terkasih yang berada di dalam pesawat Sriwijaya Air Flight 182. Warga Kanada selalu mengingat Anda selama masa sulit ini," tulis Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di akun Twitter-nya, @JustinTrudeau, 10 Januari 2021. (Baca: Sudah 104 Kecelakaan Pesawat, Indonesia Tempat Paling Berbahaya di Asia )

Ucapan belasungkawa pemerintah Inggris disampaikan Menteri Luar Negeri Dominic Raab via akun Twitter-nya, @DominicRaab.

"Sangat sedih mendengar tentang kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di Indonesia kemarin. Belasungkawa terdalam saya kepada keluarga yang terkena dampak dan pikiran saya bersama mereka pada saat yang sangat sulit ini," tulis dia, Senin (11/1/2021).

Penyebab tragedi penerbangan ini belum diketahui. Titik area kotak hitam dari Sriwijaya Air SJ 182 telah ditemukan dan diharapkan bisa ditemukan dan diangkat dari perairan.

Situs pelacakan FlightRadar24 melaporkan penerbangan tersebut lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan kemudian naik ke ketinggian 10.900 kaki dalam waktu empat menit tetapi kemudian mulai turun tajam dan berhenti mengirimkan data 21 detik kemudian. (Baca juga: Sriwijaya Air SJ 182 Masih Laik Terbang meski Sudah Berusia Tua )

"Ada banyak suara yang dibuat tentang kecepatan penurunan terakhirnya," kata Geoff Dell, pakar investigasi kecelakaan udara yang berbasis di Australia.

"Ini adalah indikasi dari apa yang terjadi tetapi mengapa itu terjadi masih dalam banyak hal masih merupakan tebakan. Ada banyak cara untuk membuat pesawat turun dengan kecepatan seperti itu," ujarnya.

Pihak maskapai mengatakan pesawat yang jatuh sudah berusia sekitar 26 tahun dan masih laik terbang.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0927 seconds (0.1#10.140)