4 Orang Tewas dan 52 Orang Ditahan dalam Penyerbuan US Capitol
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kepala Departemen Kepolisian Metropolian Washington DC Robert J Contee menyatakan empat orang tewas dan 52 orang ditahan selama insiden penyerbuan US Capitol oleh pendukung Presiden AS Donald Trump .
(BACA JUGA : Justin Bieber vs Tom Cruise Duel Gladiator, Kalian Jago Siapa? )
Contee menjelaskan, 47 dari 52 penangkapan hingga saat ini terkait pelanggaran jam malam pada 6 sore yang diterapkan Walikota Muriel Bowser.
Sebanyak 26 penangkapan melibatkan orang-orang yang ditangkap terkait penyerbuan gedung US Capitol.
Beberapa orang lainnya ditangkap dengan tuduhan membawa senjata api tanpa izin atau terlarang. (Baca Juga: Demokrat Tuntut Trump Segera Dipecat atau Diusir dari Gedung Putih)
“Selain itu, dua bom pipa ditemukan dari markas besar komite nasional Partai Republik dan Partai Demokrat, serta pendingin dari kendaraan di halaman US Capitol yang berisi bom molotov,” ungkap Contee. (Baca Juga: Anggota Kongres AS Kembali Bersidang, Sahkan Kemenangan Pemilu Biden)
Contee menolak mengidentifikasi wanita petugas Kepolisian Capitol yang ditembak dan dibunuh. Dia menyatakan masih menunggu pemberitahuan dari keluarga terdekat. (Baca Juga: Geram Lihat Pendukung Trump Serbu US Capitol, Biden: Ini Pemberontakan!)
“Tiga orang lainnya juga meninggal pada Rabu (6/1) karena keadaan darurat medis,” ujar dia. “14 petugas polisi terluka, dua di antaranya masih dirawat di rumah sakit.”
Tidak jelas apakah badan polisi federal atau lokal lainnya, termasuk Kepolisian Capitol, telah melakukan penangkapan tambahan.
Sementara jumlah orang yang ditangkap diperkirakan akan bertambah. Jumlah itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan lebih dari 300 orang yang ditangkap polisi setelah protes 1 Juni di distrik tersebut terkait kasus polisi kulit putih membunuh warga kulit hitam George Floyd.
Dalam insiden di dekat Gedung Putih itu, polisi mengayunkan tongkat polisi dan agen federal menembakkan gas air mata, granat flashbang, dan peluru karet untuk memaksa pengunjuk rasa lebih jauh dari Gedung Putih, memungkinkan Presiden Donald Trump berjalan melintasi Taman Lafayette dan memegang Alkitab di depan Gereja St John .
Sementara polisi menghadapi kritik keras karena terlalu agresif di Lafayette Square, namun, Kepolisian US Capitol kini menghadapi pertanyaan tentang mengapa mereka tidak berbuat lebih banyak untuk mengamankan Capitol dan membiarkan banyak perusuh kemudian keluar dari gedung tanpa penangkapan.
(BACA JUGA : Harley-Davidson Buat Pesta Virtual Untuk Bikers Harley di Asia )
Walikota Bowser mengatakan polisi bermaksud meminta bantuan publik dalam mengidentifikasi perusuh.
Banyak para perusuh itu berpose untuk foto di dalam US Capitol dan gambar-gambar mereka dapat dilihat dalam video viral di media sosial tanpa masker wajah.
"Kami akan mengawasi. Beberapa dari mereka, kami pikir harus bertanggung jawab atas pembantaian itu," ujar dia.
(BACA JUGA : Jelang Australia Terbuka, Si Cantik Camila Giorgi Pamer Foto Menggoda )
Pada Rabu malam, FBI juga meminta publik mengirimkan tips, seperti gambar, video, dan informasi lain untuk membantu agen mengidentifikasi orang yang "secara aktif memicu kekerasan".
Bowser juga memperpanjang deklarasi darurat publik selama 15 hari, memungkinkannya membatasi pergerakan orang di sekitar kota jika perlu.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(BACA JUGA : Justin Bieber vs Tom Cruise Duel Gladiator, Kalian Jago Siapa? )
Contee menjelaskan, 47 dari 52 penangkapan hingga saat ini terkait pelanggaran jam malam pada 6 sore yang diterapkan Walikota Muriel Bowser.
Sebanyak 26 penangkapan melibatkan orang-orang yang ditangkap terkait penyerbuan gedung US Capitol.
Beberapa orang lainnya ditangkap dengan tuduhan membawa senjata api tanpa izin atau terlarang. (Baca Juga: Demokrat Tuntut Trump Segera Dipecat atau Diusir dari Gedung Putih)
“Selain itu, dua bom pipa ditemukan dari markas besar komite nasional Partai Republik dan Partai Demokrat, serta pendingin dari kendaraan di halaman US Capitol yang berisi bom molotov,” ungkap Contee. (Baca Juga: Anggota Kongres AS Kembali Bersidang, Sahkan Kemenangan Pemilu Biden)
Contee menolak mengidentifikasi wanita petugas Kepolisian Capitol yang ditembak dan dibunuh. Dia menyatakan masih menunggu pemberitahuan dari keluarga terdekat. (Baca Juga: Geram Lihat Pendukung Trump Serbu US Capitol, Biden: Ini Pemberontakan!)
“Tiga orang lainnya juga meninggal pada Rabu (6/1) karena keadaan darurat medis,” ujar dia. “14 petugas polisi terluka, dua di antaranya masih dirawat di rumah sakit.”
Tidak jelas apakah badan polisi federal atau lokal lainnya, termasuk Kepolisian Capitol, telah melakukan penangkapan tambahan.
Sementara jumlah orang yang ditangkap diperkirakan akan bertambah. Jumlah itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan lebih dari 300 orang yang ditangkap polisi setelah protes 1 Juni di distrik tersebut terkait kasus polisi kulit putih membunuh warga kulit hitam George Floyd.
Dalam insiden di dekat Gedung Putih itu, polisi mengayunkan tongkat polisi dan agen federal menembakkan gas air mata, granat flashbang, dan peluru karet untuk memaksa pengunjuk rasa lebih jauh dari Gedung Putih, memungkinkan Presiden Donald Trump berjalan melintasi Taman Lafayette dan memegang Alkitab di depan Gereja St John .
Sementara polisi menghadapi kritik keras karena terlalu agresif di Lafayette Square, namun, Kepolisian US Capitol kini menghadapi pertanyaan tentang mengapa mereka tidak berbuat lebih banyak untuk mengamankan Capitol dan membiarkan banyak perusuh kemudian keluar dari gedung tanpa penangkapan.
(BACA JUGA : Harley-Davidson Buat Pesta Virtual Untuk Bikers Harley di Asia )
Walikota Bowser mengatakan polisi bermaksud meminta bantuan publik dalam mengidentifikasi perusuh.
Banyak para perusuh itu berpose untuk foto di dalam US Capitol dan gambar-gambar mereka dapat dilihat dalam video viral di media sosial tanpa masker wajah.
"Kami akan mengawasi. Beberapa dari mereka, kami pikir harus bertanggung jawab atas pembantaian itu," ujar dia.
(BACA JUGA : Jelang Australia Terbuka, Si Cantik Camila Giorgi Pamer Foto Menggoda )
Pada Rabu malam, FBI juga meminta publik mengirimkan tips, seperti gambar, video, dan informasi lain untuk membantu agen mengidentifikasi orang yang "secara aktif memicu kekerasan".
Bowser juga memperpanjang deklarasi darurat publik selama 15 hari, memungkinkannya membatasi pergerakan orang di sekitar kota jika perlu.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)