Geram Lihat Pendukung Trump Serbu US Capitol, Biden: Ini Pemberontakan!
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Ulah ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerbu gedung US Capitol membuat geram Presiden AS terpilih Joe Biden.
Akibat ulah yang bikin kacau itu, Kongres terpaksa menunda sidang yang akan mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilu tersebut.
(BACA JUGA : Pembalap Spanyol dan Italia Kuasai MotoGP, Kemana Rider AS? )
Dengan senjata terhunus dan gas air mata, polisi mengevakuasi para anggota parlemen. Aparat berusaha membersihkan Gedung Capitol dari para pendukung Trump yang masuk melalui aula Kongres.
Adegan mengejutkan yang disiarkan ke penjuru dunia itu pun memicu reaksi para pemimpin dunia. (Baca Juga: Dunia Terkejut Melihat Ulah Pendukung Trump Duduki Gedung US Capitol)
Seorang pengunjuk rasa menduduki panggung Senat dan berteriak, "Trump memenangkan pemilu itu." (Baca Juga: Situasi Politik di AS Memanas, KJRI New York Imbau WNI Hindari Kerumunan)
Para pengunjuk rasa merusak barikade dan bentrok dengan polisi ketika ribuan orang turun ke halaman Capitol. (Baca Juga: Wapres Pence Membangkang pada Trump, Tolak Ubah Hasil Pilpres AS)
Polisi menyatakan gedung Capitol aman tidak lama setelah pukul 17:30 waktu setempat, lebih dari tiga jam setelah diserbu dan diduduki.
Video menunjukkan para pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi menembakkan gas air mata di dalam gedung.
Kepala Kepolisian Metropolitan Washington Robert Contee mengatakan anggota kerumunan menggunakan bahan kimia yang mengiritasi untuk menyerang polisi dan beberapa orang lainnya terluka.
“Seorang warga sipil tewas setelah ditembak selama kekacauan itu,” papar laporan media lokal.
FBI mengatakan telah melucuti dua perangkat peledak yang dicurigai dibawa para pendukung Trump.
“Itu adalah serangan paling merusak pada bangunan ikonik itu sejak tentara Inggris membakarnya pada tahun 1814,” ungkap pernyataan US Capitol Historical Society.
Adegan kacau terungkap setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukungnya. Dia mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu dicuri darinya karena penipuan dan penyimpangan yang meluas.
Bahkan sebelum pemilu, Trump menolak berkomitmen untuk transfer kekuasaan secara damai jika dia kalah.
Biden dari Partai Demokrat yang mengalahkan Trump dalam pemilu 3 November itu akan menjabat pada 20 Januari. Dia mengatakan aktivitas para pengunjuk rasa itu "berbatasan dengan hasutan."
Mantan wakil presiden itu mengecam aksi para demonstran yang menyerbu US Capitol, menghancurkan jendela, menduduki kantor, menyerbu Kongres, dan mengancam keselamatan para pejabat terpilih.
"Ini bukan protes, ini pemberontakan!" tegas Biden.
(BACA JUGA : Inilah Manusia Pertama yang Membuka Pintu Surga )
Dia mendesak Trump menyerukan "diakhirinya pengepungan ini" di televisi nasional.
Dalam video yang diunggah ke Twitter, Trump mengulangi klaim palsunya tentang penipuan pemilu tetapi mendesak para pengunjuk rasa untuk pergi.
“Anda harus pulang sekarang, kita harus memiliki kedamaian. Kami mencintaimu. Kamu sangat spesial,” kata Trump.
Twitter Inc kemudian membatasi pengguna untuk me-retweet video Trump, dan Facebook Inc menghapus sepenuhnya, dengan alasan risiko kekerasan.
Wakil Presiden Mike Pence, yang memimpin sesi gabungan Kongres, telah dikawal dari Senat.
Anggota parlemen telah memperdebatkan upaya terakhir para anggota parlemen pro-Trump untuk menantang hasil, yang tidak mungkin berhasil.
Kritikus menyebut upaya anggota parlemen Republik adalah serangan terhadap demokrasi Amerika dan supremasi hukum serta percobaan kudeta legislatif.
Dua petinggi Demokrat teratas di Kongres, Ketua DPR Nancy Pelosi dan Senator Chuck Schumer, meminta Trump meminta semua pengunjuk rasa segera meninggalkan Capitol dan pekarangannya.
Polisi Capitol mengatakan kepada para anggota parlemen di ruang DPR untuk mengambil masker gas dari bawah kursi mereka dan memerintahkan mereka turun ke lantai demi keselamatan mereka.
Petugas mencabut senjatanya saat seseorang mencoba memasuki ruangan DPR.
“Polisi menumpuk furnitur di pintu ruangan DPR ketika pengunjuk rasa mencoba mendobraknya,” papar anggota DPR dari Demokrat Jason Crow di MSNBC.
Ratusan anggota DPR, staf dan jurnalis kemudian dievakuasi ke lokasi yang dirahasiakan.
Para pejabat pemilu dari kedua partai dan pengamat independen mengatakan tidak ada kecurangan yang signifikan dalam kontes 3 November, yang dimenangkan Biden dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilu nasional.
Beberapa pekan telah berlalu sejak negara bagian menyelesaikan sertifikasi bahwa Biden memenangkan pemilu dengan 306 suara Electoral College dibandingkan dengan 232 suara Trump.
Tantangan luar biasa Trump terhadap kemenangan Biden telah ditolak pengadilan di seluruh negeri.
Akibat ulah yang bikin kacau itu, Kongres terpaksa menunda sidang yang akan mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilu tersebut.
(BACA JUGA : Pembalap Spanyol dan Italia Kuasai MotoGP, Kemana Rider AS? )
Dengan senjata terhunus dan gas air mata, polisi mengevakuasi para anggota parlemen. Aparat berusaha membersihkan Gedung Capitol dari para pendukung Trump yang masuk melalui aula Kongres.
Adegan mengejutkan yang disiarkan ke penjuru dunia itu pun memicu reaksi para pemimpin dunia. (Baca Juga: Dunia Terkejut Melihat Ulah Pendukung Trump Duduki Gedung US Capitol)
Seorang pengunjuk rasa menduduki panggung Senat dan berteriak, "Trump memenangkan pemilu itu." (Baca Juga: Situasi Politik di AS Memanas, KJRI New York Imbau WNI Hindari Kerumunan)
Para pengunjuk rasa merusak barikade dan bentrok dengan polisi ketika ribuan orang turun ke halaman Capitol. (Baca Juga: Wapres Pence Membangkang pada Trump, Tolak Ubah Hasil Pilpres AS)
Polisi menyatakan gedung Capitol aman tidak lama setelah pukul 17:30 waktu setempat, lebih dari tiga jam setelah diserbu dan diduduki.
Video menunjukkan para pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi menembakkan gas air mata di dalam gedung.
Kepala Kepolisian Metropolitan Washington Robert Contee mengatakan anggota kerumunan menggunakan bahan kimia yang mengiritasi untuk menyerang polisi dan beberapa orang lainnya terluka.
“Seorang warga sipil tewas setelah ditembak selama kekacauan itu,” papar laporan media lokal.
FBI mengatakan telah melucuti dua perangkat peledak yang dicurigai dibawa para pendukung Trump.
“Itu adalah serangan paling merusak pada bangunan ikonik itu sejak tentara Inggris membakarnya pada tahun 1814,” ungkap pernyataan US Capitol Historical Society.
Adegan kacau terungkap setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukungnya. Dia mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu dicuri darinya karena penipuan dan penyimpangan yang meluas.
Bahkan sebelum pemilu, Trump menolak berkomitmen untuk transfer kekuasaan secara damai jika dia kalah.
Biden dari Partai Demokrat yang mengalahkan Trump dalam pemilu 3 November itu akan menjabat pada 20 Januari. Dia mengatakan aktivitas para pengunjuk rasa itu "berbatasan dengan hasutan."
Mantan wakil presiden itu mengecam aksi para demonstran yang menyerbu US Capitol, menghancurkan jendela, menduduki kantor, menyerbu Kongres, dan mengancam keselamatan para pejabat terpilih.
"Ini bukan protes, ini pemberontakan!" tegas Biden.
(BACA JUGA : Inilah Manusia Pertama yang Membuka Pintu Surga )
Dia mendesak Trump menyerukan "diakhirinya pengepungan ini" di televisi nasional.
Dalam video yang diunggah ke Twitter, Trump mengulangi klaim palsunya tentang penipuan pemilu tetapi mendesak para pengunjuk rasa untuk pergi.
“Anda harus pulang sekarang, kita harus memiliki kedamaian. Kami mencintaimu. Kamu sangat spesial,” kata Trump.
Twitter Inc kemudian membatasi pengguna untuk me-retweet video Trump, dan Facebook Inc menghapus sepenuhnya, dengan alasan risiko kekerasan.
Wakil Presiden Mike Pence, yang memimpin sesi gabungan Kongres, telah dikawal dari Senat.
Anggota parlemen telah memperdebatkan upaya terakhir para anggota parlemen pro-Trump untuk menantang hasil, yang tidak mungkin berhasil.
Kritikus menyebut upaya anggota parlemen Republik adalah serangan terhadap demokrasi Amerika dan supremasi hukum serta percobaan kudeta legislatif.
Dua petinggi Demokrat teratas di Kongres, Ketua DPR Nancy Pelosi dan Senator Chuck Schumer, meminta Trump meminta semua pengunjuk rasa segera meninggalkan Capitol dan pekarangannya.
Polisi Capitol mengatakan kepada para anggota parlemen di ruang DPR untuk mengambil masker gas dari bawah kursi mereka dan memerintahkan mereka turun ke lantai demi keselamatan mereka.
Petugas mencabut senjatanya saat seseorang mencoba memasuki ruangan DPR.
“Polisi menumpuk furnitur di pintu ruangan DPR ketika pengunjuk rasa mencoba mendobraknya,” papar anggota DPR dari Demokrat Jason Crow di MSNBC.
Ratusan anggota DPR, staf dan jurnalis kemudian dievakuasi ke lokasi yang dirahasiakan.
Para pejabat pemilu dari kedua partai dan pengamat independen mengatakan tidak ada kecurangan yang signifikan dalam kontes 3 November, yang dimenangkan Biden dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilu nasional.
Beberapa pekan telah berlalu sejak negara bagian menyelesaikan sertifikasi bahwa Biden memenangkan pemilu dengan 306 suara Electoral College dibandingkan dengan 232 suara Trump.
Tantangan luar biasa Trump terhadap kemenangan Biden telah ditolak pengadilan di seluruh negeri.
(sya)