50 Jurnalis Tewas Sepanjang Tahun 2020, Meksiko Jadi Negara Paling Mematikan

Rabu, 30 Desember 2020 - 00:27 WIB
loading...
50 Jurnalis Tewas Sepanjang Tahun 2020, Meksiko Jadi Negara Paling Mematikan
Setidaknya 50 jurnalis tewas sepanjang tahun 2020. Foto/Geo.tv
A A A
PARIS - Setidaknya 50 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di seluruh dunia tahun ini, sebagian besar terjadi di luar negara yang tengah berperang. Begitu laporan tahunan oleh Reporters Without Borders (RSF).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa jurnalis semakin menjadi sasaran dan dibunuh karena pekerjaan mereka. Sekitar 84% jurnalis yang terbunuh tahun ini sengaja menjadi sasaran, naik dari 63% pada 2019.

Data tahun ini mencakup 1 Januari hingga 15 Desember.



Menurut laporan lembaga yang berasis di Paris, Prancis ini jurnalis yang menerbitkan berita investigasi sangat rentan terhadap serangan.

Sepuluh jurnalis terbunuh setelah menerbitkan investigasi kasus korupsi lokal atau penyalahgunaan dana publik dan empat dibunuh karena laporan mereka tentang kejahatan terorganisir. Sedangkan RSF mencatat tren baru di tahun 2020, tujuh jurnalis tewas saat meliput aksi protes.

"Jumlah keseluruhan pembunuhan turun dari 53 pada 2019, dengan lebih sedikit jurnalis di lapangan tahun ini karena pandemi COVID-19," kata RSF.

Namun laporan itu mencatat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam pembunuhan pekerja media di negara-negara yang dianggap "damai". Pada tahun 2020, 68% jurnalis yang terbunuh bekerja di negara-negara yang tidak berperang. Itu naik dari 62% pada 2019, dan 60% pada 2018.(Baca juga: Jurnalis Perempuan Ini Gugat Putra Mahkota Saudi atas Tuduhan Pelecehan )

"Beberapa orang mungkin berpikir bahwa jurnalis hanyalah korban dari risiko profesi mereka, tetapi jurnalis semakin menjadi sasaran ketika mereka menyelidiki atau meliput subjek sensitif. Yang diserang adalah hak untuk diinformasikan, yang merupakan hak semua orang," kata Christophe Deloire, sekretaris jenderal RSF, dalam sebuah pernyataan seperti dinukil dari CNN, Rabu (30/12/2020).

Dalam laporan itu, Meksiko adalah negara paling mematikan bagi jurnalis pada tahun 2020, dengan delapan wartawan tewas. Laporan itu menambahkan negara ini telah menyaksikan rata-rata delapan hingga 10 jurnalis terbunuh setiap tahun selama lima tahun terakhir.

"Hubungan antara pengedar narkoba dan politisi tetap ada, dan jurnalis yang berani meliput ini atau masalah terkait terus menjadi sasaran pembunuhan biadab," kata laporan itu.

Pembunuhan mengerikan seperti yang dirinci dalam laporan itu termasuk pembunuhan terhadap Julio Valdivia Rodriguez, seorang reporter harian El Mundo, yang tubuhnya ditemukan dipenggal di negara bagian Veracruz. Jenazah Victor Fernando Alvarez Chavez, editor situs berita lokal Punto x Punto Noticias, dipotong-potong di kota pesisir Acapulco.

Irak adalah negara paling mematikan kedua, dengan enam kematian, diikuti oleh Afghanistan, dengan lima. India dan Pakistan berada di urutan keempat, masing-masing melaporkan kematian empat wartawan.(Baca juga: Iran Gantung Ruhollah Zam, Sang Jurnalis Anti-Rezim Pemerintah )

Pengumpulan data RSF dilakukan beberapa hari setelah Committee to Protect Journalists (CPJ) melaporkan 2020 sebagai tahun terburuk dalam catatan pemenjaraan jurnalis. Secara global, setidaknya 274 jurnalis dipenjara, naik dari rekor sebelumnya 272 pada tahun 2016, CPJ melaporkan.

Kenaikan ini sebagian besar berkaitan dengan negara-negara otoriter yang menangkap wartawan yang meliput pandemi dan ketidakstabilan politik.

"Jumlah wartawan yang dipenjara karena tuduhan melaporkan "berita palsu" perlahan meningkat, dan tahun 2020 adalah tahun kelima berturut-turut pemerintah yang represif memenjarakan sedikitnya 250 wartawan," CPJ melaporkan.

Di China, jurnalis independen Zhang Zhan, yang melaporkan dari Wuhan pada awal-awal puncak wabah virus Corona, dipenjara selama empat tahun oleh pengadilan Shanghai, kata pengacaranya, pada Senin lalu.

"Ia dinyatakan bersalah karena memicu perselisihan dan memprovokasi masalah, menurut salah satu pengacaranya," Zhang Keke. (Baca juga: China Adili Jurnalis Warga karena Siarkan Langsung Wabah COVID-19 dari Wuhan )

Pelanggaran biasanya digunakan oleh pemerintah China untuk menargetkan para pembangkang dan aktivis hak asasi manusia.

Di Ethiopia, juru kamera Reuters, Kumerra Gemechu, ditahan tanpa dakwaan pada 24 Desember dan akan ditahan setidaknya selama dua minggu, Reuters melaporkan.

Pemerintah Ethiopia telah menekan kebebasan pers dan mendukung pemutusan komunikasi karena konflik di wilayah Tigray meningkat.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2353 seconds (0.1#10.140)