Spanyol Mendata Warganya yang Menolak Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
MADRID - Spanyol akan mendata orang-orang yang menolak divaksinasi virus corona. Data itu akan dibagi dengan negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Spanyol Salvador Illa mengatakan data tersebut tidak akan dapat diakses oleh publik atau pengusaha.
“Cara untuk mengalahkan virus itu dengan memvaksinasi kita semua, lebih banyak lebih baik," ungkap Illa, dilansir BBC.
Spanyol menjadi salah satu negara di Eropa yang paling parah terkena virus tersebut. (Baca Juga: 8 Orang Disuntik 5 Kali Dosis Vaksin Pfizer, 4 Malah Mengalami Gejala COVID-19)
Saat ini Spanyol sedang meluncurkan vaksin Pfizer-BioNTech yang telah disetujui negara anggota UE pekan lalu. (Lihat Infografis: Dai kondang Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym positif Covid-19)
Dalam wawancara dengan televisi La Sexta pada Senin, Illa menekankan bahwa vaksinasi itu tidak wajib. (Lihat Video: Terpapar Positif Covid19, KH Abdullah Gymnastiar Mohon Jamaah Mendoakannya)
"Apa yang akan dilakukan adalah pendaftaran, yang akan dibagikan dengan mitra Eropa kami, dari orang-orang yang telah ditawari dan menolaknya," ungkap dia.
"Ini bukan dokumen yang akan dipublikasikan dan akan dilakukan dengan sangat menghormati perlindungan data," papar dia.
"Orang-orang yang ditawari terapi (vaksin) yang mereka tolak karena alasan apa pun, akan dicatat dalam register, bahwa tidak ada kesalahan dalam sistem, tidak memberi orang yang kemungkinan telah divaksinasi," ungkap dia.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, jumlah warga Spanyol yang mengatakan mereka tidak mau divaksin telah turun menjadi 28% dari 47% pada November.
Dalam komentar lain pada Senin, Illa mengatakan orang-orang akan dihubungi oleh otoritas regional ketika giliran mereka untuk disuntik.
"Orang-orang yang memutuskan untuk tidak divaksinasi, yang kami anggap keliru, itu adalah hak mereka," ujar dia kepada wartawan.
Dia menambahkan, "Kami akan mencoba memecahkan keraguan. Mendapatkan vaksinasi menyelamatkan nyawa, itu adalah jalan keluar dari pandemi ini."
Jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 di Spanyol naik di atas angka 50.000 pada Senin. Negara ini telah mencatat lebih dari 1,8 juta infeksi selama pandemi.
Spanyol memberlakukan jam malam nasional, antara pukul 23:00 dan 06:00, hingga awal Mei.
Di banyak tempat, orang-orang dalam periode itu hanya diperbolehkan pergi bekerja, membeli obat, atau merawat orang tua atau anak-anak.
Pemimpin daerah dapat mengubah waktu jam malam dan juga dapat menutup perbatasan regional untuk perjalanan.
Menteri Kesehatan (Menkes) Spanyol Salvador Illa mengatakan data tersebut tidak akan dapat diakses oleh publik atau pengusaha.
“Cara untuk mengalahkan virus itu dengan memvaksinasi kita semua, lebih banyak lebih baik," ungkap Illa, dilansir BBC.
Spanyol menjadi salah satu negara di Eropa yang paling parah terkena virus tersebut. (Baca Juga: 8 Orang Disuntik 5 Kali Dosis Vaksin Pfizer, 4 Malah Mengalami Gejala COVID-19)
Saat ini Spanyol sedang meluncurkan vaksin Pfizer-BioNTech yang telah disetujui negara anggota UE pekan lalu. (Lihat Infografis: Dai kondang Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym positif Covid-19)
Dalam wawancara dengan televisi La Sexta pada Senin, Illa menekankan bahwa vaksinasi itu tidak wajib. (Lihat Video: Terpapar Positif Covid19, KH Abdullah Gymnastiar Mohon Jamaah Mendoakannya)
"Apa yang akan dilakukan adalah pendaftaran, yang akan dibagikan dengan mitra Eropa kami, dari orang-orang yang telah ditawari dan menolaknya," ungkap dia.
"Ini bukan dokumen yang akan dipublikasikan dan akan dilakukan dengan sangat menghormati perlindungan data," papar dia.
"Orang-orang yang ditawari terapi (vaksin) yang mereka tolak karena alasan apa pun, akan dicatat dalam register, bahwa tidak ada kesalahan dalam sistem, tidak memberi orang yang kemungkinan telah divaksinasi," ungkap dia.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, jumlah warga Spanyol yang mengatakan mereka tidak mau divaksin telah turun menjadi 28% dari 47% pada November.
Dalam komentar lain pada Senin, Illa mengatakan orang-orang akan dihubungi oleh otoritas regional ketika giliran mereka untuk disuntik.
"Orang-orang yang memutuskan untuk tidak divaksinasi, yang kami anggap keliru, itu adalah hak mereka," ujar dia kepada wartawan.
Dia menambahkan, "Kami akan mencoba memecahkan keraguan. Mendapatkan vaksinasi menyelamatkan nyawa, itu adalah jalan keluar dari pandemi ini."
Jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 di Spanyol naik di atas angka 50.000 pada Senin. Negara ini telah mencatat lebih dari 1,8 juta infeksi selama pandemi.
Spanyol memberlakukan jam malam nasional, antara pukul 23:00 dan 06:00, hingga awal Mei.
Di banyak tempat, orang-orang dalam periode itu hanya diperbolehkan pergi bekerja, membeli obat, atau merawat orang tua atau anak-anak.
Pemimpin daerah dapat mengubah waktu jam malam dan juga dapat menutup perbatasan regional untuk perjalanan.
(sya)