Spanyol Blokade Kapal-kapal Pembawa Senjata untuk Israel dari AS
loading...
A
A
A
MADRID - Pemerintah Spanyol menolak izin berlabuh bagi dua kapal kargo yang diduga membawa senjata untuk Israel yang berangkat dari Amerika Serikat (AS).
Pada tanggal 7 November, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan kepada harian El Pais bahwa kapal-kapal Maersk Denver yang berangkat dari New York pada tanggal 31 Oktober, dan Maersk Seletar yang berangkat pada tanggal 4 November, "tidak akan singgah di Spanyol."
Tindakan ini menyusul permintaan dari anggota parlemen Enrique Santiago, yang meminta jaksa agung untuk campur tangan atas kedatangan kapal-kapal tersebut pada tanggal 9 dan 14 November di Pelabuhan Algeciras, dengan peringatan mengizinkan mereka akan melanggar hukum pidana Spanyol.
Pada bulan Mei, Spanyol mengumumkan larangan bagi kapal-kapal yang membawa perlengkapan militer bagi Israel untuk berlabuh di pelabuhannya.
Namun, penyelidikan oleh Progressive International dan Gerakan Pemuda Palestina (PYM) baru-baru ini mengungkapkan sebanyak 25 pengiriman senjata AS yang menuju Israel berhenti di Pelabuhan Algeciras antara bulan Mei dan September.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Spanyol menanggapi penyelidikan tersebut dengan mengatakan, "Kami sedang meninjau informasi ini dengan kementerian yang bertanggung jawab untuk mengendalikan barang yang memasuki wilayah nasional."
"Jika dikonfirmasi, kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan. Kementerian Luar Negeri telah berulang kali mendesak kontrol yang lebih ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan ini," tegas kementerian tersebut.
Pekan lalu, Kementerian Dalam Negeri Spanyol membatalkan kontrak untuk amunisi Garda Sipil yang bersumber dari perusahaan pertahanan Israel.
"Pemerintah Spanyol berkomitmen menahan penjualan senjata ke Israel sejak konflik di Gaza dimulai. Meskipun ini adalah akuisisi amunisi, Kementerian Dalam Negeri telah memulai prosedur untuk membatalkan pesanan," ungkap kementerian tersebut.
Hamas pada hari Jumat memuji keputusan Spanyol untuk menolak izin berlabuh di pelabuhannya bagi dua kapal kargo yang diduga mengangkut senjata ke Israel.
Pada tanggal 7 November, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan kepada harian El Pais bahwa kapal-kapal Maersk Denver yang berangkat dari New York pada tanggal 31 Oktober, dan Maersk Seletar yang berangkat pada tanggal 4 November, "tidak akan singgah di Spanyol."
Tindakan ini menyusul permintaan dari anggota parlemen Enrique Santiago, yang meminta jaksa agung untuk campur tangan atas kedatangan kapal-kapal tersebut pada tanggal 9 dan 14 November di Pelabuhan Algeciras, dengan peringatan mengizinkan mereka akan melanggar hukum pidana Spanyol.
Pada bulan Mei, Spanyol mengumumkan larangan bagi kapal-kapal yang membawa perlengkapan militer bagi Israel untuk berlabuh di pelabuhannya.
Namun, penyelidikan oleh Progressive International dan Gerakan Pemuda Palestina (PYM) baru-baru ini mengungkapkan sebanyak 25 pengiriman senjata AS yang menuju Israel berhenti di Pelabuhan Algeciras antara bulan Mei dan September.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Spanyol menanggapi penyelidikan tersebut dengan mengatakan, "Kami sedang meninjau informasi ini dengan kementerian yang bertanggung jawab untuk mengendalikan barang yang memasuki wilayah nasional."
"Jika dikonfirmasi, kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan. Kementerian Luar Negeri telah berulang kali mendesak kontrol yang lebih ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan ini," tegas kementerian tersebut.
Pekan lalu, Kementerian Dalam Negeri Spanyol membatalkan kontrak untuk amunisi Garda Sipil yang bersumber dari perusahaan pertahanan Israel.
"Pemerintah Spanyol berkomitmen menahan penjualan senjata ke Israel sejak konflik di Gaza dimulai. Meskipun ini adalah akuisisi amunisi, Kementerian Dalam Negeri telah memulai prosedur untuk membatalkan pesanan," ungkap kementerian tersebut.
Hamas Memuji Keputusan Spanyol
Hamas pada hari Jumat memuji keputusan Spanyol untuk menolak izin berlabuh di pelabuhannya bagi dua kapal kargo yang diduga mengangkut senjata ke Israel.