Derivatsiya-PVO, Senjata Baru Pemusnah Drone Buatan Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia memiliki senjata anti-drone terbaru, dinamai Derivatsiya-PVO. Senjata ini mampu membuat perisai dari hujan proyektil yang kemudian meledak dan memuntahkan pecahan peluru di udara, yang tidak dapat ditembus oleh drone musuh.
Senjata yang mampu menembakkan 120 peluru artileri kaliber besar per menit ini dibuat berdasarkan kendaraan tempur infanteri BPM-3 dan stasiun senjata otomatis AU-220M.
(Baca: Anggaran Pertahanan Dipangkas, Jenderal Rusia Tidak Tertarik Ikut Perlombaan Senjata )
"Perlengkapan amunisinya mencakup proyektil yang diledakkan dan dipandu dari jarak jauh, yang artinya senjata ini dapat menembakkan dan meledakkan peluru dengan sekali tekan, serta menyesuaikan arah peluru mengikuti pergerakan musuh," jelas seorang sumber di kompleks industri militer Rusia, seperti dilansir Russia Beyond The Headline.
Senjata ini dirancang untuk menghancurkan target berukuran kecil, yang terbang di ketinggian beberapa ratus meter. "Drone telah menjadi momok, tidak hanya bagi tentara kita, tetapi juga bagi tentara negara lain di Timur Tengah," ujarnya.
(Baca: Dilakukan Malam Hari, Produsen AK-47 Sukses Uji Coba Rudal Anti Pesawat Terbaru )
"Para militan membuat "helikopter" yang dikendalikan dari jarak jauh dengan berbagai improvisasi, menempelkan bom padanya dan menjadikannya pengebom bunuh diri untuk meledakkan sistem pertahanan udara, tank, dan helikopter mahal. Pada dasarnya, mereka mengincar semua peralatan berharga jutaan dollar," sambungnya.
Dengan kemampuan memuntahkan 120 peluru per menit, Derivatsiya dapat meluncurkan rentetan proyektil dan langsung meledakannya di udara, sehingga pecahan pelurunya dapat memusnahkan drone musuh yang tengah mengudara.
Dalam hal jangkauan tembak, senjata ini setara dengan rudal antitank UMTAS berpemandu laser milik NATO dan sistem amunisi pintar Roketsan MAM-C dan MAM-L yang digunakan Angkatan Udara Turki di Timur Tengah, yakni sekitar 8.000 meter.
(Baca: AS Tambahkan Lebih dari 100 Perusahaan China dan Rusia ke Daftar Militer )
Salah satu kelebihan senjata ini adalah modularisasinya. Sederhananya, senjata ini dapat dipasang, baik pada alat berat dalam bentuk platform roda rantai, kapal multi tonase, ranpur infanteri BRM-3 dan kendaraan pengintai BRM-3K.
“Ada juga versi AU-220M untuk pesawat angkut. Senjata ini mengubah kekuatan tempur Il-76 atau An-12 menjadi setara dengan C-130 Hercules milik Amerika Serikat. Untuk kendaraan pengangkut militer, AU-200M dibuat dalam kaliber 30 dan 105 mm,” jelas sumber tersebut.
Senjata yang mampu menembakkan 120 peluru artileri kaliber besar per menit ini dibuat berdasarkan kendaraan tempur infanteri BPM-3 dan stasiun senjata otomatis AU-220M.
(Baca: Anggaran Pertahanan Dipangkas, Jenderal Rusia Tidak Tertarik Ikut Perlombaan Senjata )
"Perlengkapan amunisinya mencakup proyektil yang diledakkan dan dipandu dari jarak jauh, yang artinya senjata ini dapat menembakkan dan meledakkan peluru dengan sekali tekan, serta menyesuaikan arah peluru mengikuti pergerakan musuh," jelas seorang sumber di kompleks industri militer Rusia, seperti dilansir Russia Beyond The Headline.
Senjata ini dirancang untuk menghancurkan target berukuran kecil, yang terbang di ketinggian beberapa ratus meter. "Drone telah menjadi momok, tidak hanya bagi tentara kita, tetapi juga bagi tentara negara lain di Timur Tengah," ujarnya.
(Baca: Dilakukan Malam Hari, Produsen AK-47 Sukses Uji Coba Rudal Anti Pesawat Terbaru )
"Para militan membuat "helikopter" yang dikendalikan dari jarak jauh dengan berbagai improvisasi, menempelkan bom padanya dan menjadikannya pengebom bunuh diri untuk meledakkan sistem pertahanan udara, tank, dan helikopter mahal. Pada dasarnya, mereka mengincar semua peralatan berharga jutaan dollar," sambungnya.
Dengan kemampuan memuntahkan 120 peluru per menit, Derivatsiya dapat meluncurkan rentetan proyektil dan langsung meledakannya di udara, sehingga pecahan pelurunya dapat memusnahkan drone musuh yang tengah mengudara.
Dalam hal jangkauan tembak, senjata ini setara dengan rudal antitank UMTAS berpemandu laser milik NATO dan sistem amunisi pintar Roketsan MAM-C dan MAM-L yang digunakan Angkatan Udara Turki di Timur Tengah, yakni sekitar 8.000 meter.
(Baca: AS Tambahkan Lebih dari 100 Perusahaan China dan Rusia ke Daftar Militer )
Salah satu kelebihan senjata ini adalah modularisasinya. Sederhananya, senjata ini dapat dipasang, baik pada alat berat dalam bentuk platform roda rantai, kapal multi tonase, ranpur infanteri BRM-3 dan kendaraan pengintai BRM-3K.
“Ada juga versi AU-220M untuk pesawat angkut. Senjata ini mengubah kekuatan tempur Il-76 atau An-12 menjadi setara dengan C-130 Hercules milik Amerika Serikat. Untuk kendaraan pengangkut militer, AU-200M dibuat dalam kaliber 30 dan 105 mm,” jelas sumber tersebut.
(esn)