Analis: Kematian Fakhrizadeh Tak akan Hentikan Program Nuklir Iran
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Analis di Israel dan Iran percaya bahwa kematian Mohsen Fakhrizadeh tidak akan menghentikan program nuklir Teheran. Alasannya, karena Iran memiliki banyak ilmuwan handal yang bisa melanjutkan jejak Fakhrizadeh.
Meir Litvak, direktur Pusat Aliansi untuk Studi Iran dan peneliti utama di Pusat Studi Timur Tengah Dayan di Universitas Tel Aviv, menuturkan, kematian Fakhrizadeh justru akan menjadi pemicu Teheran untuk mempercepat program nuklir mereka.
(Baca: Iran Kantongi Identitas Pelaku Pembunuhan Fakhrizadeh )
"Kematian Fakhrizadeh tidak akan menghentikan kemajuan nuklir Iran, karena mereka memiliki banyak ilmuwan dan pengetahuan yang ada di sana. Faktanya, hal itu mungkin benar-benar memberi Iran alasan untuk mempercepat pengembangan nuklir," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.
Foad Izadi, seorang profesor komunikasi politik di Universitas Teheran setuju dengan pendapat tersebut. Dia menyebut, saat ini bahkan sudah ada bukti kuat, kematian ilmuwan tersebut memperkuat ambisi Teheran.
(Baca: Klaim Terbaru Iran: Ilmuwan Nuklirnya Dibunuh Senjata NATO )
Dia mengatakan, tidak lama setelah kematian Fakhrizadeh, Parlemen Iran mengesahkan undang-undang yang memungkinkan Teheran untuk meningkatkan tingkat pengayaan uranium menjadi 20 persen atau lebih, jauh di atas batas 3,67 persen yang diuraikan oleh kesepakatan nuklir 2015.
Izadi mengatakan, pembunuhan Fakhrizadeh juga akan menimbulkan kesulitan bagi pemerintahan Joe Biden, yang telah mengindikasikan bahwa mereka akan tertarik untuk kembali ke kesepakatan nuklir.
“Iran melihat situasinya, mereka memberikan banyak batasan pada program nuklir dan mereka tidak mendapatkan apapun darinya. Mereka mendapat sanksi, lebih banyak sanksi, dan kemudian mereka membuat ilmuwan terbunuh," ujarnya.
(Baca: Rouhani Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir Iran untuk Picu Perang )
Tidak logis bagi Iran, jelas Izadi, untuk melanjutkan proses di mana pihak mendapatkan keuntungan dan Iran tidak. Ini akan membuat masalah menghidupkan kembali perjanjian nuklir menjadi sulit.
"Seperti yang saya katakan, RUU yang disahkan oleh parlemen Iran menunjukkan bahwa orang-orang tidak senang dengan proses ini dan dengan demikian mereka akan mengubah proses tersebut dan itulah yang kita lihat. Biden harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan Iran agar menerima apa yang mereka pikirkan," tukasnya.
Meir Litvak, direktur Pusat Aliansi untuk Studi Iran dan peneliti utama di Pusat Studi Timur Tengah Dayan di Universitas Tel Aviv, menuturkan, kematian Fakhrizadeh justru akan menjadi pemicu Teheran untuk mempercepat program nuklir mereka.
(Baca: Iran Kantongi Identitas Pelaku Pembunuhan Fakhrizadeh )
"Kematian Fakhrizadeh tidak akan menghentikan kemajuan nuklir Iran, karena mereka memiliki banyak ilmuwan dan pengetahuan yang ada di sana. Faktanya, hal itu mungkin benar-benar memberi Iran alasan untuk mempercepat pengembangan nuklir," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.
Foad Izadi, seorang profesor komunikasi politik di Universitas Teheran setuju dengan pendapat tersebut. Dia menyebut, saat ini bahkan sudah ada bukti kuat, kematian ilmuwan tersebut memperkuat ambisi Teheran.
(Baca: Klaim Terbaru Iran: Ilmuwan Nuklirnya Dibunuh Senjata NATO )
Dia mengatakan, tidak lama setelah kematian Fakhrizadeh, Parlemen Iran mengesahkan undang-undang yang memungkinkan Teheran untuk meningkatkan tingkat pengayaan uranium menjadi 20 persen atau lebih, jauh di atas batas 3,67 persen yang diuraikan oleh kesepakatan nuklir 2015.
Izadi mengatakan, pembunuhan Fakhrizadeh juga akan menimbulkan kesulitan bagi pemerintahan Joe Biden, yang telah mengindikasikan bahwa mereka akan tertarik untuk kembali ke kesepakatan nuklir.
“Iran melihat situasinya, mereka memberikan banyak batasan pada program nuklir dan mereka tidak mendapatkan apapun darinya. Mereka mendapat sanksi, lebih banyak sanksi, dan kemudian mereka membuat ilmuwan terbunuh," ujarnya.
(Baca: Rouhani Tuduh Israel Bunuh Ilmuwan Nuklir Iran untuk Picu Perang )
Tidak logis bagi Iran, jelas Izadi, untuk melanjutkan proses di mana pihak mendapatkan keuntungan dan Iran tidak. Ini akan membuat masalah menghidupkan kembali perjanjian nuklir menjadi sulit.
"Seperti yang saya katakan, RUU yang disahkan oleh parlemen Iran menunjukkan bahwa orang-orang tidak senang dengan proses ini dan dengan demikian mereka akan mengubah proses tersebut dan itulah yang kita lihat. Biden harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan Iran agar menerima apa yang mereka pikirkan," tukasnya.
(esn)